Miracle
Oleh : Erlyna
We are a pair of wings
I left you were right, complete
Beautiful fly and pearch
Chest-chest afflicted dark
Seperti malam-malam sebelumnya, lagu pengantar tidur itu terlantun merdu dari bibir mungil Racel.
Gadis hampir tujuh belas tahun, berambut cokelat keemasan dengan bola mata berwarna senada.
Lagu peninggalan almarhum mamanya ini, menurutnya sangat aneh.
“Jangan pernah kau lupa, Sayang. Nyanyikanlah selalu lagu pemanggil saudaramu.”
Padahal, Mama meninggal setengah jam setelah aku lahir ke dunia, begitu menurut cerita Papa.
Setelah menyanyikan lagu yang selalu membuatnya bertanya-tanya, Racel bangkit dari tidurnya.
Ia teringat belum memadamkan lilin di kamar.
Gadis pendiam itu terkejut, dilihatnya lantai kamar yang penuh bercak lumpur. Lalu, sepatu bot yang baru tadi sore dicuci pun seperti baru saja berendam di tanah becek.
Aneh, padahal seharian ini aku mengurung diri di kamar.
“Terulang kembali?”
Kening Racel berlipat penuh tanda tanya. Belum hilang rasa penasarannya, mendadak pintu kamarnya diketuk tiga kali dari luar.
Daun pintu dari papan kayu setebal sepuluh sentimeter itu berderit berat.
Aneh, tidak ada orang.
Tiba-tiba sosok bayangan biru melesat di depannya.
“A-a-apa itu?” Bibir Racel gemetar.
Belum sempat otaknya mencerna, tubuhnya mendadak dingin.
Asap biru itu kini menggulungnya makin rapat. Ia mulai sesak sebelum akhirnya terjatuh.
Terjatuh di hamparan rumput dan pohon-pohon akasia yang lebat dan seram.
“Aku di mana?” tanya Racel menatap sekelilingnya.
“Kamu berada di bait-bait lagu keajaiban,” sebuah suara menyahut.
“Siapa kamu?” tanya Racel panik.
“Aku? Aku adalah Pangeran dari Melodi Keabadian. “
Tiba-tiba sebuah bayangan mendekat ke arah Racel. Bayangan yang semula hanya berupa siluet pudar, tapi perlahan mampu merontokkan jantung Racel dari tempatnya.
Tubuh bayangan itu perlahan nyata.
Lelaki dengan perawakan atletis, rambut ikal sebahu, dan berkumis tipis.
Amboi. Sesaat Racel terpaku, wajahnya bersemu merah.
“Racel, selamat datang. Kenalkan, aku Key. Maaf, aku menjemputmu tanpa izin. Hanya ini usahaku untuk misi yang hampir saja aku putus asa. Mari bekerja sama.”
Racel hanya melongo mendengarkan apa yang diutarakan lelaki itu.
“Bernyanyilah, semerdu dan seindah mungkin,” tukas Key tersenyum tipis.
Ada sesuatu yang entah, tertangkap mata Racel. Sebuah rasa cemas yang mendalam.
“Racel, teruslah bernyanyi ….”
Pikiran Racel kacau, diberondong oleh pemandangan yang sungguh fantastis.
“Mira putri yang jahat! Tak pantas di negeri ini.”
“Bunga dan daun-daun berbicara?”
“Siapa kau? Berani sekali menyanyikan lagu kesayanganku. Kurang ajar!”
Racel melotot, dari balik rimbun pohon, muncul dirinya.
Oh, tidak! Dia berambut hitam dan bergaun merah marun. Tatapannya tajam, sinis.
Sama halnya dengan dirinya, mata gadis itu kini juga melotot.
Bagai pinang dibelah dua.
Wajah Key yang sejak tadi sendu berubah gembira.
“Tibalah waktu kehancuranmu, Nenek Fahis. Tak sia-sia aku menunggu usia Racel sampai tujuh belas tahun.
Racel, bernyanyilah!”
Dari mulut Racel keluar pendar-pendar cahaya indah. Melesat ke arah Mira.
Selama hampir lima menit, tubuh Mira digulung cahaya itu.
Bruk!
“Cukup Racel! Penculik kakakmu telah kalah.”
“Kakak?”
“Benar, kalian kembar. Namun malang, Mira ini diculik oleh dukun pemuja setan. Dan tepat dini hari nanti, di usia ketujuh belas tahun, kakakmu akan dijadikan tumbal ilmunya. Ibumu dibunuhnya, dan aku ditugaskan papamu untuk mengejar dukun penculik itu.
“Kalian siapa?” Mira tersadar, matanya mengerjap indah.
“Kalianlah Miracle, sebuah keajaiban dari cinta.”
“Kakak!!!”
Racel berlari dan memeluk Mira.
Lantas mereka saling melempar pandangan ke arah Key. Lelaki itu tersipu malu, lalu mengerlingkan mata.
“Mari pulang, papa kalian telah menunggu. Dan pastinya sudah tidak sabar menunggu calon menantunya. Kalian masih ingat lagunya kan?”
Mira dan Racel mengangguk, lalu bernyanyi bersama. (*)
Purworejo, 31 Agustus 2019
*
Kita sepasang sayap
Aku kiri kau kanan, lengkap
Terbang indah dan hinggap
Di dada-dada yang dirundung gelap
Erlyna, perempuan sederhana yang menyukai dunia anak-anak. Hobi menulis dan menyaksikan anak-anak menciptakan keajaiban.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata