Semesta dan Seorang Lelaki yang Jatuh Cinta

Semesta dan Seorang Lelaki yang Jatuh Cinta

Semesta dan Seorang Lelaki yang Jatuh Cinta
Oleh : Vianda Alshafaq

 

Dunia ini benar-benar gila. Tak ada lagi manusia yang masih waras. Entah bagaimana mereka menggunakan otaknya, aku tak habis pikir.

Aku ini edan. Gila. Tidak waras. Sakit jiwa. Itu yang mereka katakan setiap hari—setiap mereka melihat wajahku. Tanganku rasanya benar-benar gatal untuk mencekik leher mereka. Rasanya ada debur ombak yang menghantam jantungku ketika mereka sudah berada di depanku. Andai saja membunuh mereka tidak akan memberiku hukuman yang akan menjauhkanku darimu, sudah kupastikan mereka hanya tinggal nama hari ini.

Memang apa yang salah kalau aku mencintaimu? Kamu cantik, rambut hitammu selalu tergerai hingga pinggang. Matamu sangat indah. Aku selalu menemukan kedamaian di sana. Menemukan cinta. Dan, menemukan arah untuk berjalan.

Dunia ini benar-benar sudah edan. Para manusia tak berotak itu lebih suka mengurusiku daripada urusannya yang sudah menggunung. Aku ini memang sebatang kara. Sudah kedaluwarsa karena tak kunjung menikah. Tapi, percayalah, sekali pun aku tidak pernah meminta mereka mengurusiku.

“Kau baik-baik saja?”

Kamu membelai tanganku dengan lembut, sama seperti apa yang kamu lakukan setiap kali kita bertemu. Aku hanya mengangguk kecil dan memperlihatkan senyuman termanis yang bisa kuukir.

Aku melihat matamu. Mata yang indah. Mata yang selalu membuat aku melupakan apa yang tengah dunia lakukan: memberikanku beberapa janda untuk dipilih lalu dinikahi. Sepasang matamu selalu memberiku harapan, bahwa mungkin suatu hari dunia benar-benar berhenti mengoceh—mengatai aku gila karena mencintaimu.

“Kenapa kau tidak pilih saja salah satu dari mereka?”

“Jika kamu lupa, maka aku akan mengingatkanmu. Aku mencintaimu. Dan, selamanya akan seperti itu. Persetan dengan apa yang ditawarkan dunia padaku. Aku hanya ingin kamu.”

Senyummu yang seperti bulan sabit itu benar-benar membuat dadaku bergemuruh. Kamu benar-benar hebat. Entah bagaimana caranya kamu membuatku takluk hanya dengan satu senyuman itu.

“Mereka tidak akan pernah berhenti mengataimu gila,” katamu sembari menyandarkan kepalamu di bahuku.

“Apa peduliku? Mereka yang gila. Tidak ada yang salah dalam cinta. Dan, mencintaimu tidak akan pernah menjadi kesalahan hingga aku harus peduli dengan ucapan mereka.”

Aku tidak tahu ada apa denganmu hari ini. Ini bukan kali pertama kita membahas masalah ini. Tapi, hari ini tanggapanmu berbeda. Kamu tak seperti biasanya. Tidak ada kecupan di pipiku ketika aku merutuki mereka—yang menawariku beberapa janda untuk dinikahi.

“Apa kau meragukan cintaku?”

Kamu mengubah posisimu. Mengangkat kepalamu dari bahuku.

“Aku tidak pernah meragukan cintamu. Aku percaya bahwa kamu mencintaiku. Tapi, mereka tidak akan percaya padamu. Tidak akan pernah.”

“Apa yang membuatmu mencintaiku sebegitu dalam? Sampai-sampai kau melupakan seluruh dunia ini hanya karena mencintaiku,” tanyamu seolah-olah kamu tak layak untuk diperlakukan seperti itu.

Aku memilih untuk melepaskan jemarimu dari tanganku, menggengamnya dengan erat sehingga kamu mungkin akan percaya sepenuhnya bahwa aku benar-benar mencintaimu.

“Matamu. Dunia tidak memiliki matamu. Para janda itu tidak memiliki matamu. Hanya matamu yang bisa meyakinkanku bahwa masih ada yang mencintaiku dengan tulus. Bahkan keluarga yang semestinya memelukku ketika aku terpuruk, menatapku jijik.

“Mata mereka menatapku seolah-olah aku adalah penjahat paling kejam di dunia. Mereka menatapku dengan garang seolah-olah mereka ingin sekali menebas leherku dengan parang. Tapi kamu tidak begitu. Kamu menatapku dengan cinta. Kasih sayang. Tulus. Bahkan setelah apa yang pernah aku lakukan, kamu masih menatapku dengan lembut.”

Aku sungguh tak bisa menahan hujan yang sudah berjatuhan di pelupuk mataku. Aku tahu penyesalan tidak akan pernah berguna. Tapi, aku tidak punya pilihan lain selain menyesal. Aku menyesal … telah menusukkan pisau tajam ke jantungmu—waktu itu. [*]

 

Vianda Alshafaq, gadis remaja penyuka senja. Bisa dihubungi melalui facebook: Vianda Alshafaq.

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply