Duha

Duha

Duha;

Kumpulan Puisi Evamuzy

Semua tercipta oleh-Nya
Ada tawa juga lara
Semua setia membersamai rasa
Dititipkan pada jiwa bernama manusia

Ketika harap dijawab alfa
Maka ada lara tercipta
Si manusia keluar durja
Lupa akan hakikatnya

Merasa dunia gelap saja
Bagai nyawa telah jauh dari mata
Sebenarnya, malam pun menyapa
Berkata, apakah kau tak ingin meminta?

Gelap semakin terasa
Ia lupa
Sebentar lagi fajar menyapa
Bahwa Allah tak hanya menciptakan malam saja

Tak diingatnya
Malam mulai meninggalkan ujungnya
Menyambut fajar dengan hangatnya surya
Allah ciptakan cahaya setelah kelam

Duha
Datang dengan fajar menghangat
Luruh menggenggam semangat
Untuk para hati bersih yang terikat pada niat

Duha
Allah ciptakan untuk makhluknya
Semata-mata memberi mereka nyawa
Kepada mereka yang percaya saja

Bahwa Duha adalah cinta dari-Nya

Duha
Membawa semua
Asa, cinta, cita, nyawa dan harapan nyata ….

***

Jika Ini Ramadhan Terakhirku

Semerbak wangi angin bulan nan suci
Denting alunan langkah kecil membangunkan dikala pagi
Kalamnya yang berbahasa tinggi
Diagungkan, lirih mengingatkan para jiwa kembali

Jiwa-jiwa penuh iman merengkuh dengan penuh
Kepada tiap firman milik Sang Pengasih dan Pengasuh
Aku, pun sama ingin luluh
Luluh pada rindu akan karuniaMu

Ramadhan bulan penuh ampunan
Dihembuskan nikmat dan berkah untuk setiap insan
Pintu-pintu surga dibukakan lebar
Kepada jiwa yang senantiasa terisi sabar

Aku, jika ruh terpanggil sebelum gema takbir
Berharap Engkau ampunkan dosa yang terukir
Jika jasad harus tertutup tanah
Adalah bahagia jika ia datang sekarang, di bulan penuh berkah

***

Bukan Rindu

Dia datang dari ujung senja
Menyapa, tersenyum ramah dengan kedipan mata
Kepada siapa? Ya, mereka, para dara ayu memesona
Lucu, menciptakan garis lengkung penuh rona di wajah sang dara

Rangkaian kata penuh makna, terurai lembut dari ujung pena
Dia sebar di hamparan ruang maya
Ada senja, aku, kau, rindu juga luka
Entah luka karena siapa, namun perih pun tetap elok di mata

Lalu, saat tak ada puisi menyapa
Bukan segenggam rindu yang ku punya
Melainkan bait-bait doa terbang hingga ke Arsy sana
Semoga dia bersama para saudara, senantiasa dalam kasih sayang-Nya

Untuk dirimu, ini bukan bait rindu ….

***

Mahar

Usah kau bawa kepingan dinar
Sebagai bekal jabat tangan Ayah
Pun, lazuardi atau permata rubin
Sekadar bongkah batu bisa saja pecah dan punah

Cinta benci makna serakah, Tuan!

Kau, permata indah
Ingatkah mahar Sayidina Ali teruntuk Fatimah?
Bukan selayak milik qorun yang melimpah
Hanya baju perang dari besi nan gagah

Kala sang pemilik cinta telah merestui
Cukup satu mahar, Tuan ….
Iman dalam hati dan bait-bait doa pada Jumat selepas Asar
Teriring ijab semakna janji dan amanat

Sebab, Tuan … mahar itu bukan jerat
Namun, serupa lidi-lidi kuat terikat
Sederhana, biasa saja, tetapi harap penuh manfaat

***

Mungkin ini Kesempatan Terakhirmu (?)

Bukan Khadijah atau Fatimah
Namun, tak tahu malu merekah serakah
Merasa diri alpa dosa
Tanpa sadar selangkah dekat pintu neraka

Surau-surau menggema kalam-Nya
Mengangkat takbir kebesaran asma
Tetap saja ia bergeming
Menyumpal telinga bak mendengar bising

Bahkan, di tiga puluh malam berisi kenikmatan simpuh lalu ampunan
Ia menikmati nafsu dan keculasan
Oh … setan mana yang telah membawa ia dalam buaian?

Menjadikannya anak asuhan

Mushaf berdebu di sudut kamar
Dalam temaram dirinya tak jua gusar
Jari-jari tangan dan hati begitu hubud dunia
Mungkin ia lupa, Hawa saja bisa diusir dari Surga

Atau dia ingin ingatkan kembali? Api di neraka panasnya seribu kali api dunia

***

Bersaing Dengan Bidadari

Aku mengerti, dengan siapa bersaing merebut hati. Ialah kau, perempuan cantik bermata bening, berilmu dengan setumpuk talenta pada tangan juga hati, indah bagai permata.

Jika aku bisa menulis lewat pena, kau sanggup memberikan nyawa pada setiap diksi, menghidupkan kembali kisah masa lalu lewat untaian kata, fiksi disulapmu rasa nyata.

Jika aku bisa melukis lautan biru, dengan kuas di tanganmu, pohon kelapa, awan bergulung-gulung, burung-burung di bawah langit juga wajah sang surya yang ceria tergores dengan indah. Lukisan penuh nyawa.

Jika aku bisa mewarnai dengan baik, kau mampu membuat gradasi warna di sebuah gambar dengan apik, dengan perpaduan warna-warna cantik.

Jika aku cekatan menanam bunga melati, di taman kecil depan rumahmu, berbagai kelopak warna warni bunga cantik tumbuh di pucuk tangkai, di atas gundukan tanah subur dan basah. Menarik para kumbang dan lebah untuk datang, juga kupu-kupu nan ayu.

Dan jika aku bisa menjahit, tangan telatenmu mampu memintal, menyulam, merajut benang, juga memasang bordiran yang cantik pada ujung kain kerudung panjang yang kau kenakan.

Kau, hawa dengan seribu keindahan. (*)

Evamuzy. Penulis amatir dari kota Brebes Jawa Tengah yang hobi dengerin radio.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata



Leave a Reply