Alibi Rasa

Alibi Rasa

Alibi Rasa
Oleh : Cahaya Fadillah

Gadis itu berkali-kali mematut wajahnya di cermin kecil berwarna merah jambu khas Jello Kitty. Sesekali bibirnya tertarik ke atas menandakan kalau ia sedang bahagia. Cermin itu dilipat dan disimpan di tas kecil berwarna senada, lalu tangan lentik yang di cat merah jambu juga mengeluarkan benda pipih yang beberapa kali bergetar menandakan ada pesan masuk untuknya.

[Jangan ke mana-mana, tunggulah di sana sebentar lagi]

[Kamu masih di sana? Jangan pergi dulu. Ada yang penting kubicarakan tentang kita]

[Beberapa menit lagi aku akan sampai. Tunggulah sebentar lagi]

Beberapa kalimat itu membuat Via, gadis berlesung pipit di sebelah kiri itu tersenyum lagi, walau waktu sudah berlalu selama empat jam. Pesan itulah yang membuatnya merasa bahagia menunggu dan sama sekali tidak merasa bosan.

Ponsel berwarna merah jambu itu kembali bergetar. Via tersenyum melihat panggilan di ponselnya. ‘Kesayangan’ nama yang disimpan di kontak Via untuk kekasih hatinya bernama Roni.

“Ya, kamu di mana, Sayang.” Dengan gerakan cepat Via menekan tombol hijau dan menjawab panggilan telpon yang membuat ponselnya bergetar.

“Aku sudah di depan. Kamu di mana, Via?” Pertanyaan Roni seakan bernada biasa. Tidak ada nada rindu yang tersirat di sana, tidak seperti biasa.

“Aku, di meja biasa, Say…”

Panggilan itu dimatikan sepihak. Ada rasa yang tidak biasa dirasakan Via kali ini. Namun, ia kembali berpikir positif. Mungkin saja sang kekasih hati menyiapkan kejutan seperti biasa yang selalu ia lakukan di setiap pertemuan mereka yang hanya sebulan sekali.

“Sayang, aku di sini.” Suara Via tercekat ditenggorokan saat melihat Roni masuk dengan seorang wanita.

“Hai, Via. Kita putus. Aku hanya ingin menyampaikan tentang ini padamu.” Tepat di depan Via, Roni mengucap perpisahan tanpa rasa bersalah. Ia malah tersenyum pada wanita di sampingnya. Genggaman tangan mereka berdua sudah jelas membuat hati Via hancur berkeping.

“Tapi, kenapa? Salahku apa?”

“Kamu tidak bisa mikir? Kita hanya bisa bertemu sebulan sekali karena jarak. Lalu, ah sudahlah. Aku malas menjelaskan.”

“Kita bisa bicarakan baik-baik, ‘kan?” lirih Via menahan agar air matanya tidak tumpah.

Roni duduk di hadapan Via. Lalu wanita yang bersama Roni ikut duduk tanpa jarak dengan Roni. Pemandangan itu kini berhasil membuat air mata Via jatuh dengan cepat.

“Apa maksudnya, kamu bersama dia. Dia siapa?”

“Saya pacarnya Roni, gadis serba merah jambu. Ih, aku kira Roni hanya mengada-ada. Tapi benar ya, kamu terlalu kekanak-kanakan. Pantas saja.” Wanita itu terbahak memerhatikan Via dari ujung rambut hingga kaki yang dominan dengan warna merah jambu.

Roni kini tersenyum pada wanita di sampingnya. Mereka memperlihatkan kemesraan di depan Via lagi.

“Jadi hanya karena aku suka merah jambu?” isak Via menghapus air mata.

“Hanya karena suka? Kamu itu gila, Via. Terlalu tergila-gila dengan merah jambu. Lihat tampilanmu, aku malu punya pacar kekanak-kanakan kayak kamu.”

“Tapi, bukankah semua ini adalah hadiah dari kamu,” jawab Via menaikan suara tidak terima dengan perlakuan keji Roni terhadap dirinya.

“Sudahlah, kita put ….”

Roni terkejut saat mendapati wajahnya basah. Wanita di sampingnya pun berteriak saat segelas air tumpah di wajahnya. Sumpah serapah bergantian keluar dari mulut Roni dan wanitanya.

“Terima kasih, mungkin kamu mendapat yang lebih dewasa dari aku, Ron. Asal kamu tahu aku tidak menyukai merah jambu, tapi karena ini semua pemberianmu aku menghargai dengan mencoba menggunakannya walau terlihat norak. Lalu, dengan alasan ini kamu mutusin aku sepihak dengan keji begini? Baiklah, aku yang pergi dari hidupmu. Semoga bahagia dengan wanita sok dewasamu!”

Langkah kaki Via cepat meninggalkan Roni, kali ini tanpa air mata.

Cahaya Fadillah, lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat. Menyukai literasi sejak duduk di bangku sekolah dasar, tapi baru aktif tahun 2017.

Ibu satu anak bernama Muhammad Adz Dzikri Faeb ini sangat suka menulis. Sampai sang suami memberi gelar untuknya “Si Tukang Karang”.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

 

Leave a Reply