Sebuah Kisah “Kereta Api Terakhir dari Paris”
Oleh: Lutfi Rosidah
Novel ini berkisah tentang sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta hingga. Cinta mereka bersemi sejak SMA. Namun, alam seakan berkolusi memisahkan mereka. Petaka dan cobaan silih berganti menerjang. Sahabat yang senantiasa dibela dari perundungan sejak SMA membuat malam pesta bujangan Andika berubah menjadi malapetaka. Pelarian, pengkhianatan bahkan kecelakan dan pembunuhan meronai kisah cinta mereka. Namun sedahsyat apa pun guncangan, cinta mereka tetap sekokoh Menara Eiffel.
Novel ini bertema cinta remaja dan dewasa awal rentan antara usia belasan hingga 30an, mengangkat tentang konflik rumah tangga keluarga muda yang masih penuh emosi. Yang menarik dari novel ini, meski dari awal konflik sudah bisa ditebak, penulis mampu menyampaikan klue-klue secaratak terduga hingga saya bertahan membaca sampai akhir. Beberapa hal memang sudah tertebak dengan benar namun penyajian proses kejadian juga latar belakang tokoh menjadikan konflik itu kuat dan berterima. Mungkin juga karena Mira W adalah seorang dokter, dia bisa memberi analisis tentang istilah kedokteran yang lumayan lengkap dan terstuktur dan dengan kalimat sederhana, sehingga mudah dimengerti oleh orang awam sekali pun.
Setting novel melibatkan 3 negara. Penulis menjelaskan dengan rinci tiga tempat itu dan tak terkesan hanya tempelan. Selama membaca saya serasa dibawa tamasya ke tempat-tempat yanh seolah ada di depan mata saya.
Secara penokohan, tidak ada perubahan drastis dari awal hingga akhir cerita.
Andika yang laki banget, tetap konsisten demikian, meski dia sempat kehilangan memorinya. Dia tak serta merta menjadi antagonis atas apa yang dilakukan sahabatnya. Kembali lagi, hal ini membuat alur cerita terasa alami.
Begitu juga Aster, gadis cantik yang tak bisa menolak keadaan. Menerima suami yang bukan kekasihnya pun tetap menjadi sosok yang tabah dan perasa. Sekali lagi konsistensi ini disampaikan dengan halus dan masuk akal. Penulis menggambarkan tokoh Aster dengan kecantikan lahir batin.
Sedang tokoh utama antagonis adalah Arif, sahabat Andika dan Aster, cupu, kutu buku, pemalu, menjadi bahan ejekan dan olok-olok dari sejak SMA hingga di perguruan tinggi. Meski akhirnya dia menjadi seorang dokter. Jiwanya menjadi sakit karena segala perundungan tersebut. Perkembangan jiwanya juga sangat sesuai dengan background keluarga dan lingkungan. Sebuah pesan yang tersirat bahwa betapa begitu pentingnya komunikasi orangtua pada anaknya.
Alur yang digunakan oleh penulis adalah alur maju dan mundur. Sisipan peristiwa sebelumnya yang tak terduga memberi penjelasan yang cukup menguatkan alasan segala tindakan tokoh yang sering di luar prediksi. Saya rasa ini wajar karena Mira W memang penulis senior yang piawai membuat pembaca penasaran dengan ending novelnya.
Secara keseluruhan novel ini ringan, sepanjang membaca saya tidak perlu mengerutkan dahi hanya karena membaca istilah-istilah yang susah dicerna. Saya cukup menikmati, mengalir dan penuh kejutan.
Namun saya kira ada batasan usia untuk pembacanya. Setidaknya pembaca adalah orang yang telah cukup matang dan bertanggung jawab secara seksual. Remaja bukan termasuk di dalamnya. Ada bagian di mana saya merasa butuh suami setelah membacanya. Hiks! Abaikan kalimat ini.
Baiklah. Saya beri bintang lima untuk novel ini. Ringan, romantis, dan happy ending. Kalian para penulis roman harus baca movel ini. Meski ceritanya masih mainstreem tapi penyajian dan pemilihan metaforanya patut kalian tiru, sederhana tapi pas banget.
Terakhir, ini penilaian subjektif banget, bahwa sebuah kebaikan harus dimulai dengan hal baik pula. Apa pun alasannya, bahkan cinta sekali pun tak bisa jadi alasan pembenaran. Itu yang saya dapat seusai membacanya, apa yang bakal kalian dapat? Silakan baca sendiri.
Berikut identitas buku yang mungkij kalian butuhkan untuk hunting, Judul buku: Kereta Api Terakhir dari Paris; penulis: Mira W; Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama; tahun terbit: Agustus 2017; cetakan: II; tebal: 313 halaman; ISBN: 9786020338361. (*)
Lutfi Rose, perempuan biasa yang penuh gairah.😘