Wanita Tangguh

Wanita Tangguh

Wanita Tangguh
Oleh: Ayu Candra Giniarti

Pernahkah kamu berbeda pendapat dengan orangtuamu? Aku rasa itu hal yang wajar. Setiap orang mempunyai pikirannya masing-masing. Beda kepala, beda isinya. Tentu saja itu juga berlaku untuk seorang ibu dan anaknya. Dua manusia dengan raga yang berbeda dan jiwa yang tak sama.

Seperti Anna dan sang Ibu, Yulia. Bagi Anna, Ibu Yulia adalah seorang wanita yang tangguh. Pagi siang malam membanting tulang. Sedangkan Anna, di rumah mendidik cucu kesayangan ibunya. Mungkin Ibu Yulia dan Anna, putri semata wayangnya, tumbuh di era yang berbeda. Dan mereka menjadi dewasa dengan cara yang tak sama.

Ibu Yulia menjadi dewasa dengan keadaannya dulu, bukan dari keluarga yang berada. Wajar jika memiliki pendapat bahwa banyak uang bisa menjadi salah satu jalan menuju sukses, bisa membahagiakan anak-anak. Sedangkan Anna, tumbuh dengan hasil kerja keras ibunya. Anna menjadi dewasa dengan rasa rindu memiliki banyak waktu bersama dalam keluarga.

Lalu apakah itu menjadi masalah? Tentu saja tidak, jika Anna dan Ibu Yulia bisa memaklumi cara berpikirnya masing-masing. Mau menerima bahwa keadaan yang berbeda berdampak tak sama.

Setiap pemikiran, mempunyai alasan sendiri. Seperti sebuah pilihan, melewati keputusan yang diambil dengan matang.

Biasanya, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Ya, itu berlaku untukku. Aku seperti ibuku. Memiliki kemauan yang keras. Bedanya, aku dan ibuku mempunyai sudut pandang yang berbeda. Sama seperti Anna dan Ibu Yulia. Tak perlu dijelaskan lagi, keadaan membuat mereka berpikir tak sama.

Namun bagaimanapun, saat hingga larut malam Ibu Yulia masih membanting tulang, rasanya Anna tak bisa berkata apa-apa. Antara malu dengan diri sendiri dan kasihan dengan pola pikir yang entah bagaimana Anna tidak pernah setuju saat itu. Anna selalu berkata padaku, “Aku tidak tahu, kenapa Ibu suka sekali menghabiskan waktu untuk bekerja.”

Namun aku melihat, lambat laun Anna dan ibunya berdamai dengan keputusan mereka masing-masing. Ibu Yulia dengan rasa cinta pada pekerjaannya dan membebaskan anaknya untuk tidak bekerja di ranah domestik seperti dirinya. Lalu temanku Anna, memilih memiliki banyak waktu untuk anak dan suaminya.

Anna dan Ibu Yulia adalah wanita tangguh, bukan? Meskipun cara mereka untuk berbahagia itu berbeda.

Tak ada yang salah ataupun benar. Karena seorang ibu bekerja untuk membahagiakan anaknya. Dan seorang anak yang sudah menjadi istri, tinggal di rumah untuk membahagiakan keluarganya.

Rezeki pasti sudah diatur oleh Allah. Tetapi bukan berarti berdiam diri menunggu datangnya peti emas turun dari langit. Kita bisa mengembara sampai ke langit ketujuh, untuk memantaskan diri menerima rezeki yang penuh berkah.

Ibu Yulia adalah seorang dokter. Tekadnya sangat kuat untuk menggapai cita-cita. Meskipun dari keluarga tak mampu, beliau berjuang dan bisa menjadi seorang Dokter yang siap sedia membantu pasiennya. Waktu yang terbatas kadang membuat Anna merasa sendiri. Namun, semakin tumbuh dewasa, sahabatku Anna mulai bisa menerimanya. Mata hatinya terbuka, pekerjaan Ibunya adalah pekerjaan yang mulia. Dan kini ia bangga memiliki ibu yang tangguh seperti Ibu Yulia.

 

Ayu Candra Giniarti, penyuka puisi dan bau tanah saat hujan.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply