Ulang Tahun yang Sama Saja

Oleh : Ars Sina

Yuni harap dia terlahir di tanggal yang berbeda. Tanggal berapa pun tak masalah. Mau Jumat Kliwon, atau 31 Oktober pada malam Halloween, atau juga Jumat tanggal 13 yang konon katanya adalah hari tersial di dunia pun tak masalah juga. Asal jangan tanggal lahirnya, tanggal satu Januari.

Karena Yuni terlahir bertepatan dengan tahun baru, orang-orang sering lupa tentang ulang tahunnya. Sekolah pasti libur karena hari itu adalah penanggalan merah, sehingga teman-teman kelasnya tak bisa membuat kejutan tepat pada hari itu juga. Padahal Yuni yakin teman-temannya sudah menyiapkan rencana untuknya, entah itu melibatkan kado-kado dan taburan konfeti, atau malah lemparan telur busuk—Yuni tak keberatan, hal itu pasti mengesankan. Sayangnya semua rencana itu terhalang penanggalan merah. Sementara keluarganya yang lain, terutama kakak-kakaknya, lebih perhatian pada festival musik dangdut yang tiap tahun baru kerap diadakan di kota mereka.

Jadi Yuni pun merayakan ulang tahunnya sendirian, selalu.

Tapi tahun ini berbeda. Dia sudah punya pacar, dia akan mengajak pacarnya merayakan ulang tahunnya bersama.

“Kamu ingin merayakannya di mana?” tanya pacar Yuni.

“Di mana saja, asal dirayakan.”

Setelah menjawab seperti itu, Yuni pun tersenyum sambil membayangkan dirinya akhirnya bisa meniup lilin di atas kue tar cokelat. Potongan kue pertama tentu saja akan dia berikan untuk pacarnya. Orang yang sudah perhatian padanya.

*

Malam tanggal 31 Desember, setelah mendapat izin dari orang tua Yuni untuk membawa anak perempuan mereka keluar, pacar Yuni memboncengnya ke tempat tujuan yang masih dirahasiakan.

Sayangnya, keluar pada malam menjelang tahun baru berarti harus siap terjebak macet di tengah jalan. Motor yang mereka kendarai hanya bisa merayap perlahan.

Lebih cepat kalau jalan kaki saja, pikir Yuni.

“Kita mau ke mana sih, Yang?” tanya Yuni sambil berteriak, meningkahi suara derum kendaraan di kanan kirinya.

Surprise,” balas pacarnya.

Yuni mencebik, meski diam-diam dia jadi makin bersemangat. Ini akan jadi ulang tahunnya yang tak terlupakan, pikirnya.

Sayangnya, kesabaran Yuni benar-benar diuji. Mereka begitu lama terjebak dalam kemacetan, terlebih pacarnya melajukan motor searah dengan arus kendaraan yang lain. Yuni tak bisa menebak di mana tempat spesial yang pacarnya siapkan sebab kalau ke arah sana itu berarti mereka menuju ….

Apa yang kakak-kakaknya tadi bilang? Festival dangdut diadakan di lapangan bola, ya kan?

Perasaan Yuni jadi tak enak.

Dan benar saja, ternyata pacarnya menghentikan motor di parkiran lapangan yang amat ramai, bahkan petugas parkirnya saja lebih dari lima orang.

Dengan penuh semangat pacarnya itu melepas helmnya, juga membantu melepas helm Yuni.

Yuni ingin memprotes, ingin bilang bahwa dia tak suka tempat ini, bahwa kata-katanya tentang “di mana saja asal dirayakan” tak sepatutnya diartikan mentah-mentah seperti ini oleh pacarnya. Tapi sebelum sempat memprotes, pacarnya keburu menarik lengannya ke arah lautan tubuh manusia yang berjoget seirama tabuhan rebana dan alat musik perkusi lainnya.

Festival musik dangdut sudah dimulai sejak beberapa jam tadi, sehingga sekarang suasananya sudah lumayan panas. Apalagi ditambah penampilan dua biduan di panggung yang bernyanyi dengan lirik yang kebanyakan desahnya. “Ahh ahh, ahh ahh!” Lalu melemparkan mikrofon ke arah penonton, membiarkan penonton yang menyelesaikan seluruh liriknya. Daripada menampilkan kemampuan bernyanyi yang mumpuni, mereka lebih banyak mempertontonkan tubuh bahenol yang dilenggokkan bak putaran gasing yang menggila.

Yuni mendengkus saat dia menoleh ke arah pacarnya dan mendapati lelaki itu pun sama saja dengan pria lain, menatap sampai ngences ke arah biduan-biduan dangdut. Apanya yang surprise kalau begini?

Yuni menghela napas.

“Yang, aku ke sana saja!” Yuni berseru sambil menunjuk ke arah seberang.

Pacarnya tak menghiraukan.

Lagi, Yuni menghela napas. Dia pun beranjak sendiri ke arah pinggir lapangan, menepi dari kerumunan.

Salah seorang penjual jus instan menawari Yuni dagangannya. Yuni pun mengangguk, membeli satu.

Malam itu, dia menyaksikan kembang api yang meledak-ledak di langit sambil menyedot jus instan yang kebanyakan pemanisnya. Harapannya tentang lilin dan kue tar cokelat, pupus sudah.[*]

Menjelang Tengah Malam, Februari 2023

Sina, berharap bisa menulis di jalan yang tepat.

Editor : Syifa Aimbine

Gambar dari Pinterest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply