Tradisi Nyadran Sebelum Lebaran
Oleh: Rachmawati
Aku adalah perantau, hampir sebelas tahun aku terdampar di kota orang. Kota yang melahirkan dan membesarkan suami tercintaku. Aku mengikuti suamiku untuk hijrah di kotanya, semua kulakukan karena cinta.
Cintaku pada suamiku juga kuimbangi dengan mencintai semua yang berhubungan baik denganya. Ayah dan ibunya tidak lagi menjadi mertuaku, tapi sudah kuanggap sebagai orangtuaku sendiri.
Cinta juga telah mengajakku belajar banyak tentang tradisi-tradisi di kotanya. Brebes, kota kecil yang memiliki banyak tradisi unik. Misalnya, tradisi sarahan yang dilakukan pengantin pria ketika melamar mempelai wanita. Pria biasanya membawa barang-barang kebutuhan rumah tangga dari yang terkecil sampai yang paling utama. Tapi bukan ini yang akan kita bahas lebih jauh.
Brebes memiliki tradisi unik ketika menjelang lebaran. Jika seseorang telah menikah, maka bisa dikatakan harus membawa hantaran yang berisi makanan yang berasa manis. Gula dan teh merupakan salah satu isi wajib dalam hantaran. Kenapa harus gula dan teh? Sebagai lambang manis diwakili oleh gula, baik gula pasir maupun gula batu. Diharapkan akan mendapatkan ganti doa yang manis semanis gula dan rejeki serta rumah tangganya akan semakin lengket. Teh sebagai pelengkap menikmati gula yang dibawa. Selain itu ada isi pendamping berupa snack, kue atau jajanan ringan lainnya. Tradisi ini disebut nyadran. Dan biasanya puasa hari kedua puluh seperti ini kami sudah beramai-ramai berbelanja keperluan nyadran.
Beda lagi jika suami istri sudah memiliki keturunan (anak), maka hantaran yang dibawa akan diganti dengan uang sejumlah barang yang dibawa. Uang diberikan tuan rumah kepada anak, bukan kepada orangtua yang membawa hantaran nyadran.
Konon berdasarkan cerita sejarah yang berkembang, tradisi nyadran dilakukan sebagai bentuk bersyukur karena telah dewasa dan sukses membangun rumah tangga.
Awalnya hantaran akan diberikan kepada sepasang suami istri kepada seluruh keluarga suami (laki-laki). Orangtua, kakek, nenek, pakde, bude, om, tante, dan kakak. Tradisi ini sudah dilakukan turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu. Tapi dengan berjalannya waktu, tradisi nyadran tidak hanya dilakukan dari pihak istri kepada keluarga suami saja, tetapi juga berlaku sebaliknya.
Tradisi ini memang cukup merepotkan. Selain harus mengeluarkan nominal yang cukup besar, apalagi jika jumlah keluarga yang banyak pula. Maka biasanya orang-orang mulai menabung sejak lebaran selesai untuk mempersiapkan lebaran yang akan datang. Namun dapat diambil sisi baiknya, yaitu kita sebagai yang muda tetap mengingat dan menghormati yang tua. Keberhasilan kita tentu tidak lepas dari orangtua. Lagi, membawa gula dan teh saat nyadran juga dapat diambil hikmahnya, yaitu untuk menjaga silaturrahmi. Toh, hanya sekali dalam setahun. Jika diniatkan ikhlas berbagi, maka akan membawa berkah bagi yang membawanya. Aamiin …
Rachmawati adalah ibu dari Ibrahim dan Volkan, hobi membaca novel dan mengoleksi tanaman hias.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata