Tradisi Haul

Tradisi Haul

Tradisi Haul

Oleh: Rachmawati Ash

Haul, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai peringatan hari wafat seseorang. Haul biasanya diadakan setahun sekali, untuk memperingati kematian anggota keluarga yang telah mendahului kembali kepada Sang pencipta. Tradisi ini kemudian dipahami sebagai peringatan tahunan wafatnya seseorang, tidak hanya anggota keluarga ataupun leluhur , tetapi telah merambah kepada tokoh-tokoh yang dianggap penting dalam masyarakat.

Dalam wawancara yang dilakukan dengan Mbah Kasmuni dan Nyai Rugayah—salah satu tokoh masyarakat di desa Anggamaya, Kabupaten Brebes—dijelaskan bahwa haul merupakan peringatan wafat seseorang setiap tahunnya. Haul dilakukan setelah kematian seseorang tepat empat tahun. Sedangkan pada satu sampai tiga tahun dalam peringatannya tidak bisa disebut haul, melainkan disebut mendak. Haul dilaksanakan setiap setahun sekali bagi keluarga yang mampu atau pada suatu daerah sesuai kesepakatan yang sudah ditetapkan.

Untuk asal usulnya sendiri dijelaskan bahwa pada masa terdahulunya peringatan wafat empat tahun ke atas dilaksanakan oleh orang-orang atau keluarga yang berada. Untuk orang yang menengah, biasanya melakukan peringatan wafat hingga tahun ketiga yang disebut mendak, yang pada saat itu orang melakukan haul dengan beramai-ramai (jamaah). Acaranya pun meliputi beberapa kegiatan, seperti: pengajian, membagikan sedekah kepada fakir miskin, menyembelih hewan untuk dinikmati dan makan bersama di kuburan atau di lapangan desa.

Pada beberapa daerah tertentu, haul dilakukan juga untuk memperingati kematian tokoh penting dalam masyarakat. Misal, ulama atau kiai yang dianggap memiliki peran dalam perkembangan agama maupun pemerintahan daerahnya. Haul dilakukan di lapangan atau di tempat yang luas, mengumpulkan seluruh masyarakat untuk mengikuti rangkaian acara. Setiap kepala keluarga diminta mengumpulkan makanan, snack, atau sumbangan apa pun semampu dan seikhlasnya. Acara dimulai dengan mengirim doa, yasinan untuk tokoh yang dituju. Dilanjutkan tausiyah atau siraman rohani dan diakhiri makan bersama dari hidangan yang telah dikumpulkan oleh masyarakat. Semua yang hadir boleh menikmati makanan apa pun sesukanya tanpa membedakan dari siapa makanan itu disajikan. Semua bergembira dan rukun, semakin meningkatkan kebersamaan tanpa adanya perbedaan. Tiga hal yang masih diperhatikan dalam peringatan haul yang dilaksanakan oleh umat Islam di nusantara: Pertama, tahlilan dirangkai doa kepada orang yang sudah meninggal. Kedua, pengajian umum yang terkadang dibacakan sejarah singkat orang yang dihaul. Ketiga, sedekah kepada orang yang hadir atau diantar langsung ke rumah-rumah. Itulah muatan peringatan haul yang dilaksanakan hingga saat ini.

Saat ini, haul sudah menjadi budaya yang terus dilaksanakan sebagai warisan leluhur sejak zaman Nabi saw. Haul ini dilakukan dengan muatan dan kemampuan masing-masing masyarakat tanpa menjadi beban baik moral maupun nominal. Haul dilakukan dengan tujuan mengenang leluhur yang pernah hidup dan mengingat adanya kematian yang suatu saat akan menghampiri setiap makhluk hidup.

Sejarah haul dan tradisi haul diadakan berdasarkan hadits Rasulullah saw. diriwayatkan: “Rasulullah berziarah ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam Perang Uhud dan makam keluarga Baqi. Beliau mengucap salam dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan.” (HR. Muslim).

Hadits lain diriwayatkan oleh Al-Wakidi bahwa Rasulullah saw. mengunjungi makam para pahlawan Perang Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syiib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap: Assalâmualaikum bimâ shabartum fanima uqbâ ad-dâr. (Semoga kalian selalu mendapat kesejahteraan atas kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh akhirat adalah tempat yang paling nikmat). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga malakukan hal yang serupa.

Tradisi haul dilaksanakan bukan tanpa alasan. Haul memiliki beberapa manfaat bagi masyarakat; yang pertama untuk mempererat tali silaturahmi. Dengan digelarnya haul, maka banyak orang yang datang turut mendoakan yang dihajatkan tuan rumah. Dengan haul, silaturahmi tetap terjalin sehingga mendatangkan rezeki. Kedua, haul untuk mengajarkan bagaimana cara menghormati orang tua, saudara atau leluhur yang telah meninggal dunia. Ketiga, haul juga dapat mengingatkan kita akan kematian. Karena dengan mengingat kematian kita akan meningkatkan takwa dan memperbanyak amal baik, taat beribadah di dunia, dan mempersiapkan akhirat. Yang keempat, mengingat bahwa hubungan orang meninggal tidak terputus dengan yang masih hidup.

Demikian sedikit pemaparan tentang tradisi haul yang banyak tumbuh di lingkungan kita. Setiap daerah memiliki cara dan kebiasaan yang berbeda untuk memperingati kematian anggota keluarganya. Percaya atau tidak dengan tradisi, tugas kita adalah menghormatinya. Semakin banyak daerah yang melestarikan tradisi, maka akan semakin kaya budaya di lingkungan kita. Hal ini merupakan salah satu aset yang akan menjadikan kuat suatu negara.(*)

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply