Tikus Rakus

Tikus Rakus

Tikus Rakus

Pagi ini setelah memakan buah pemberian Kelinci yang cukup banyak, Tikus dan Keledai berbaring sejenak di samping pohon pisang. Sambil mengusap-usap perut sehabis serdawa, Tikus membersihkan giginya dengan serpihan pohon.

“Kau ingin makan lagi?” tanyanya pada Keledai.

Keledai hanya berbaring tanpa menghiraukan pertanyaan Tikus. Dia sudah tahu kalau kawannya itu sedikit rakus dan suka makan. Tapi aneh, badannya tak kunjung membesar seperti dirinya.

Seraya mengusap-usap kepala dengan telapak kakinya, Keledai melanjutkan tidur. Sementara itu, Tikus yang masih merasa lapar pergi mencari makanan sendiri. Ia tetap akan pergi meski Keledai tidak ikut.

“Baiklah, nanti akan kubawakan untukmu beberapa buah-buahan,” ucapnya sebelum pergi.

***

Setelah meninggalkan Keledai, Tikus berjalan ke sana-kemari. Tubuh dan langkahnya yang kecil terkadang membuatnya terpaksa berlari. Lantas terengah-engah.

“Mungkin karena ini tubuhku tak bisa sebesar Keledai,” gumamnya.

Tikus menggelengkan kepalanya. Mengabaikan benang-benang kusut yang terpintal di otaknya yang kecil. Kemudian melanjutkan mencari makanan seperti yang sudah diharap-harapkannya sejak tadi.

Kini, setelah kenyang memakan beberapa buah yang ia temukan di beberapa tempat seperti rumah kelinci, rumah kancil, rumah kijang, dan hewan lainnya, ia memutuskan untuk kembali menemui Keledai yang sedang asyik tertidur, tapi kaki kecilnya berhenti melangkah. Menatap semak-semak yang berisi buah raspberry.

“Kenapa aku baru melihatnya sekarang!” keluhnya kini.

Tikus menghela napas, membuka mulutnya lebar-lebar. Ia terkejut begitu menyadari kalau pohon buah raspberry ini ternyata berada tak jauh dari tempatnya beristirahat bersama Keledai tadi pagi.

“Sepertinya aku harus mengambil buah itu untuk Keledai.”

Sambil menggoyang-goyangkan buntutnya Tikus berjalan cepat menghampiri pohon buah raspberry, memetiknya satu.

Baru saja satu buah yang dipetik, matanya langsung berbinar-binar. Ia menelan ludah, dan sedetik kemudian perutnya kembali berbunyi.

“Sepertinya aku belum makan sejak tadi pagi.”

Tanpa pikir panjang Tikus langsung memakan buah-buah raspberry yang ada di pohon, menyantap satu per satu. Entah sudah berapa banyak buah yang dia makan. Ia memakannya dengan terburu-buru sampai akhirnya tersedak.

“Uhuk! Uhuk!”

Tikus hampir saja kehabisan napas, berteriak pelan meminta tolong pada Keledai yang tertidur tak jauh dari balik pohon raspberry.

Keledai yang merasa mendengar suara Tikus langsung mengulet dan membuka kedua matanya. Dia sudah hafal kebiasaan sahabat dekatnya itu. Tanpa perlu mencari susah payah Keledai langsung berjalan menuju ke balik semak-semak. Menendang punggung Tikus hingga membuat Tikus tersungkur.

“Uhuk! Uhuk!”

Berbarengan dengan batuknya tadi buah raspberry yang tersangkut di tenggorokannya langsung keluar. Membuat Tikus dapat bernapas lega.

“Aku pikir aku akan mati,” ucap Tikus sambil mengusap-usap leher pendeknya.

Untuk sedetik kemudian Tikus menatap Keledai.

“Bagaimana kau tahu kalau aku ada di sini?” tanyanya.

Keledai yang sudah berjalan kembali ke dekat pohon pisang tak menjawab pertanyaan konyol Tikus. Membuat Tikus semakin penasaran dan terus bertanya.

“Bagaimana kau bisa tahu?” tanyanya untuk kesekian kali.

“Kamu selalu makan buah itu setiap kali kembali, lalu tersedak,” jawab Keledai sebelum melanjutkan tidurnya yang terganggu.(*)

Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita