Tiga Pemuda yang Melukis Indonesia … (Terbaik 2 Event Surat)

Tiga Pemuda yang Melukis Indonesia … (Terbaik 2 Event Surat)

Maurien RazSya

Kepada Tiga Pemuda yang Melukis Indonesia di Dada Anakku

Naskah Surat Terbaik 2 (Event Menulis Surat Loker Kata)

Hai, Pemuda Pertama.

Kau datang saat setengah jalan aku mencuci piring bekas sarapan anakku. Suara langgam jawa yang diiringi gamelan perlahan mengeras setelah kau ucapkan salam di depan gerbang rumahku. Kau tahu, anakku berlari mendekatiku dan menatap dengan penuh heran. Telunjuknya mengarah ke atas, menyuruhku berkonsentrasi mendengar suara gamelan. Aku tersenyum. Sungguh wajahnya yang keheranan sangat lucu. Kuajak dia ke gerbang menemuimu.

Kau lihat sendiri bagaimana dia melongo takjub melihat kuda lumping raksasa yang kau bawa dan kau liuk-liukkan dengan tarian seiring tembang. Pun dia sedikit takut dengan riasan tebal yang kau pakai. Dia kaget dan bersembunyi sambil mengintip di belakangku, penasaran dengan suara pecut yang kau lecut dengan muka kecut. Ah, mungkin kau capek sekali menenteng kuda raksasa, kotak musik, dan pecut.

Selembar dua ribuan kuserahkan pada anakku agar dia mau mendekatimu. Meski ragu dia akhirnya menyerahkan uang itu padamu.

Oh, ya, terima kasih telah menyalaminya meski kau sendiri ribet dengan bawaanmu. Dia sangat senang. Lain kali, berhentilah sejenak di bawah pohon mangga di sebelah gerbang. Akan kubawakan sekotak makan siang untukmu.

Hai, Pemuda Kedua.

Aduh … irama gambang kromong dari kotak yang dibawa temanmu itu sungguh keras. Kau belum terlihat, tapi suara musikmu sudah masuk ke telinga anakku. Dan dia akan berteriak gembira. “Ondel-ondel! Bu, minta uang!”

Dia memang sudah menunggumu saat kuceritakan bahwa pagi ini aku melihatmu dan dua temanmu sedang sarapan bubur ayam. Dia sempat heran mendengar ondel-ondel sarapan. Dan setengah tidak percaya saat kukatakan bahwa sebenarnya ada kau di dalam ondel-ondel itu. Ah, dasar anak-anak.

Semua pekerjaan akan kutinggalkan untuk menemani anakku menunggumu muncul di ujung jalan. Begitu boneka raksasa yang kau kenakan muncul, dia akan melompat-lompat gembira dan melambai-lambaikan lembaran uang. Temanmu akan datang dengan kaleng di tangan. Meski kau tidak berhenti berjalan sambil memutar-mutar boneka raksasa itu, anakku tetap melihatmu hingga hilang dari pandangannya. Lalu setelahnya, telingaku dan telinga ayahnya akan dia penuhi dengan cerita tentangmu.

Hai, Pemuda Ketiga.

Kau dan rombongan temanmu sungguh memukau kami semua. Bukan hanya anak-anak, bahkan semua orang tua keluar ingin melihat kalian. Irama angklung yang kau panggul dan mainkan sambil berjalan, berpadu apik dengan drum sederhana, juga ada yang seperti kendang–maaf aku tak paham namanya apa.

Kalian luar biasa!

Kalian suguhkan konser ke tiap gang yang kalian susuri. Lagu-lagu yang kalian mainkan juga macam-macam. Kau tentu ingat saat memainkan lagu “Aya Susanti”, semua anak yang menonton berjoged di depan kalian sambil menyanyi. Seru! Kau sampai tertawa dan mengulang lagu itu. Kegembiraan itu semoga berbanding lurus dengan rezekimu dari penghuni gangku, ya.

Kalian bertiga,

Aku tahu hidup terkadang sulit dan berat dijalani. Kuda lumping, ondel-ondel, ataupun angklung yang diwariskan oleh orang tua kalian mungkin tidak lagi jadi prioritas hiburan. Maka, kalian berinovasi turun ke jalan, bukan lagi di panggung. Kalian ketuk satu per satu pintu rumah agar penghuninya tahu bahwa kuda lumping, ondel-ondel, dan angklung itu masih ada.

Bagi kalian, mungkin itulah jalan mencari makan. Namun bagiku, bukan. Kalian bukan mencari makan. Salam kalian di depan gerbangku adalah pembuka perkenalan tentang Indonesia pada anakku. Juga tentang Bhinneka Tunggal Ika. Kalian yang mengenalkan Indonesia pada anakku.

Tetaplah bersemangat dan tularkan semangat kalian pada anak-anak di luar sana.

Terima kasih karena telah melukis Indonesia di dada anakku dan di dada anak-anak Indonesia.

Kotabaru, 20 Agustus 2023

Dariku, ibunya Rafif yang sangat suka kuda lumping, ondel-ondel, angklung, dan wayang golek.

Saya mempercayai bahwa momen semasa kanak-kanak akan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang. Khususnya pada cara mereka melihat dunia dan lingkungan di sekitarnya. Ia ibarat kacamata. Jika lensanya bersih, semua yang tertangkap pandangan pun akan indah, dan sebaliknya.

Ide tentang menciptakan momen-momen berharga untuk anak di dalam surat Erien ini sangat penting. Dari ketiga pemuda dalam cerita ini, si anak akan belajar tentang mencintai keragaman budaya. Ia juga akan belajar tentang seni sebagai sarana penghibur. Menyenangkan disaksikan, pun dilakukan. Dan jika si ibu bisa membimbing pemahamannya, si anak pun akan belajar tentang kerja keras dari ketiga pemuda ini.

—Berry Budiman, Pengampu Kelas Menulis Loker Kata

Leave a Reply