The Power Of Dream
Oleh: Naafisa
Tantangan Lokit 8 (mimpi)
Bel sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, namun koridor SMK Indah Bakti masih ramai oleh siswa kelas 12 yang menantikan ruang ujian dibuka.
Ya, hari ini adalah hari pertama Ujian Nasional. Beberapa siswa yang menunggu dan berbaris di depan ruangan tampak gelisah. Mereka masih saja membolak-balik buku catatan sembari mulutnya ikut komat-kamit.
Tak seperti temannya yang lain. Di barisan paling belakang, tampak perempuan berkerudung putih dan bermata lebar itu menyandarkan tubuhnya ke tembok dengan kedua mata yang menutup. Mungkin, beberapa orang yang melihatnya akan menganggap bahwa ia sedang tidur. Namun, ternyata itu adalah salah satu trik dia untuk menghilangkan kegelisahannya. Terpejam dan menenangkan diri.
“Seluruhnya, siap … gerak!”
Guru sudah datang!
Itulah yang ada di pikiran perempuan tadi saat seseorang sudah menyiapkan barisan. Ia membuka mata pelan dan berusaha berdiri tegak. Sedikit tampak perasaan gelisah tergambar dari raut wajahnya. Ia menunduk, mengembuskan napas pelan, kemudian sedikit berbisik, “Aku pasti bisa.”
“Akhirnya, selesai juga untuk hari ini.” Tampak senyum merekah dari wajah sang gadis yang baru saja melaksanakan ujian. Ia menjatuhkan diri ke kasur, menatap ke atas dan tersenyum puas. Sukses. Itulah yang dialami sang gadis saat ini. Ia sukses mengerjakan soal ujian hari ini.
Hari-hari telah berlalu. Dan ujian berlangsung dengan lancar. Hingga, tak terasa hari ini adalah ujian terakhir. Semua siswa masih menampakkan kegelisahan yang sama. Kecuali, perempuan yang sejak hari pertama ujian menyandarkan diri di tembok. Sebenarnya, sekarang masih sama. Namun, ia tak lagi memasang raut gelisah. Bahkan, ia bersandar sembari tersenyum dan bersenandung ria. Ia sangat percaya diri.
“Alea, bagaimana ujian hari ini?”
Arsen. Lelaki bertubuh jangkung dan bermata sipit itu menyejajarkan langkahnya dengan seorang gadis yang bernama Alea. Perempuan yang selalu bersandar pada tembok sebelum ujian. Ya, Alea.
“Mmm … tak ada yang spesial. Masih sama seperti hari sebelumnya. Soal lebih dari satu dan otak yang harus berlari mencari jawaban dengan cepat dan tepat.”
“Rasanya aku ingin mencubitmu sekarang.” Arsen menghentikan langkah, begitupun Alea. Kemudian, mata sipit Arsen menatap tajam ke arah Alea. Alea hanya tersenyum dan mengedipkan matanya beberapa kali. Ia sedang menggoda Arsen. Ia memang senang sekali membuat Arsen geram dan gemas.
“Cubit saja kalau bisa.” Alea menjulurkan lidah, kemudian berlari menjauh.
Koridor sekolah yang semakin sepi membuat Alea leluasa untuk berlari. Sedangkan di belakang sana tampak Arsen mengejar Alea sembari meneriakkan nama Alea dengan gemas.
Langkah Alea terhenti tiba-tiba saat melewati papan pengumuman. Ia mendekat dan membaca pengumuman di sana. Tentang informasi masuk PTN.
“Kena kau. Akhirnya kau menyerah juga. Huh!” Arsen menghampiri Alea dengan napas terengah-engah.
“Berisik! Diam deh. Liat tuh, info masuk PTN,” ucap Alea.
“PTN? Universitas? Kau kuliah?”
Pertanyaan Arsen membuat Alea kembali tak bersemangat. Ia menunduk dan berjalan pelan menuju bangku terdekat. “Aku sangat ingin kuliah, Arsen.” ucap Alea sembari duduk, diikuti Arsen.
“Tapi, bukankah ayah dan kakakmu tidak memperbolehkan kamu kuliah?” tanya Arsen hati-hati.
“Iya. Itu masalahnya. Ayahku tak sanggup membiayai kuliahku dan aku masih punya adik. Jadi, aku harus bekerja untuk membantu Ayah. Terlebih lagi, kakakku tidak bekerja dan hanya mengandalkan bisnis online.” Tak terasa air matanya menetes. Sungguh, Alea ingin sekali masuk di universitas yang ia impikan selama ini. Namun, karena terkendala biaya. Ia tidak bisa melanjutkan kuliah.
“Sudah jangan menangis. Kamu harus percaya. Bahwa semua pasti ada jalan keluarnya. Jangan bersedih. Allah sudah menggariskan takdir terbaik untuk hidupmu, Alea,” ucap Arsen berusaha menenangkan Alea. Sejujurnya ia tak tega melihat sahabat kesayangannya itu bersedih. Apalagi sampai menangis.
Sejak hari terakhir ujian itu. Alea gelisah menanti pengumuman kelulusan. Sungguh, Alea sangat ingin mendapat nilai ujian terbaik. Karena hadiahnya sangat menggiurkan. Tak heran jika selama ini ia belajar mati-matian saat tengah malam hingga larut pagi.
Di sudut meja belajar, Alea tak henti-hentinya menandangi sebuah kertas kecil yang menempel di tembok. Kertas kecil yang berisikan mimpi-mimpinya yang ia tulis dengan penuh harapan. Ia selalu meneteskan air mata setiap menuliskan mimpinya. Apalagi, mimpi-mimpi kecilnya satu per satu kian tercapai. Itulah yang membuat ia percaya, bahwa tak ada minpi yang tidak tercapai jika diiringi usaha dan doa. Sepasang matanya melirik sebuah tulisan besar yang tertera di dinding kamarnya, “THE POWER OF DREAM”. Ia memandangnya dan tersenyum, kemudian berbisik, “Aku percaya!”
Hari kelulusan telah tiba. Para siswa sudah menantikan hari ini dengan perasaan gelisah. Terlebih lagi orang \tua mereka datang ke sekolah untuk melihat pengumuman. Alea datang ke sekolah bersama ayahnya. Ia sangat gugup dan penuh rasa cemas. Ini adalah hari yang sangat dinantikan. Hari yang seharusnya mengerti mimpi yang ia inginkan. Ia berharap, hari ini tidak mengecewakan.
“Kamu kenapa, Alea?” ucap ayahnya.
“Hah? Eh, Alea tidak apa-apa kok. Hehe …. Hanya sedikit … gugup.”
Ayah Alea menghentikan langkahnya. Kemudian menatap putrinya dengan senyuman hangat.
“Alea. Apa pun hasilnya nanti. Dan berapapun nilai yang kamu dapatkan, Ayah tetap bangga padamu.” Ucapan ayahnya membuat Alea tersenyum dan merasa semangat.
Acara telah dimulai dengan pidato kepala sekolah yang panjang lebar. Ini adalah hal yang paling membosankan untuk Alea dan siswa lain tentunya. Kata-kata yang terdengar selama beberapa menit seolah menyuruhnya untuk tertidur. Membosankan.
Pidato kepala sekolah telah selesai. Sekarang saatnya pengumuman kelulusan dan nilai terbaik tahun ini. Jantung Alea berdetak semakin tak beraturan. Ia sungguh gugup dan gelisah.
“Selamat pagi dan salam hormat kami haturkan kepada seluruh siswa-siswi SMK Indah Bakti beserta orangtuanya. Hari ini adalah hari yang tentunya sudah dinantikan oleh kita semua. Baiklah, tidak perlu berlama-lama lagi. Saya akan membacakan pengumuman kelulusan siswa-siswi SMK Indah Bakti tahun ini. Dan, berdasarkan nilai dari ujian yang telah dilakukan. Siswa-siswi SMK Indah Bakti dinyatakan … lulus 100%.”
Tepukan gemuruh mengisi seluruh ruangan. Kebahagiaan tertera dari seluruh manusia yang ada di ruangan itu.
“Baiklah, kita tahan dulu kebahagiaan ini sejenak. Karena pengumuman nilai terbaik Ujian Nasional akan segera saya umumkan.”
Semua seketika hening. Perasaan tegang kembali menyelimuti, apalagi Alea. Wajahnya pucat dan gelisah. Inilah saat yang ia nantikan.
Seusai acara pengumuman. Alea dan ayahnya keluar dari ruangan. Senyum merekah muncul dari bibir keduanya. Alea mendapat predikat nilai terbaik Ujian tahun ini. Dan tentunya ia mendapatkan hadiah yang sangat ia impikan. Kuliah tanpa biaya hingga S2. Itu merupakan kabar bahagia yang tidak ada ujungnya.
Usahanya tak sia-sia selama ini. Inilah kehendak Yang Mahakuasa. Ia sangat bahagia dan tentunya percaya bahwa Allah melihat semua mimpi yang ia tuliskan dengan penuh perasaan. Ia yakin bahwa, The Power of Dream itu nyata.
Naafisa, nama pena dari Nilna Kaesan Nafis. Seorang pelajar yang bersekolah di SMKN 2 Bawang, jurusan Teknik Audio Video.
Email: Nilnakaesan2001@gmail.com
FB: Nilna Kaesan Nafis
IG: Nilna_Kaesan
Tantangan Lokit adalah lomba menulis yang diadakan di Grup KCLK
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata