The Perfect Husband Bukan Film Perfek

The Perfect Husband Bukan Film Perfek

The Perfect Husband Bukan Film Perfek
Oleh: Respati

Awal Mei 2018, saat itu saya sedang mengikuti kegiatan Hardiknas di provinsi Riau. Ada banyak waktu senggang—terutama malam dan sebelum pulang ke pelukan suami—saya bisa menghabiskan waktu dengan menonton film. Salah satu kegiatan yang ‘wajib’ ada saat berkunjung ke ibukota provinsi. Ya, maklum saya tinggal di daerah yang tidak ada bioskop, wajar saya memanfaatkan kesempatan ini semaksimal mungkin.

Ada dua film yang saya tonton dan karena menyesuaikan jam tayang akhirnya pilihan jatuh ke film ‘The Perfect Husband’ yang dibintangi Dimas Anggara. Mengapa aku antusias nonton film ini? Yap! Karena aku punya novelnya. Paling tidak aku tahu jalan ceritanya dan ingin tahu seberapa tepat ekspektasi saya terhadap para tokoh dalam novel dengan penggambaran sutradara di film.

Dimas memerankan Arsen—om-om—yang sebenarnya dijodohkan dengan Ayla yang diperankan Amanda Rawles sebagai gadis cantik kelas 3 SMA yang sedang menikmati masa remajanya, abege labil, sedikit urakan, tidak sopan, anak SMA yang masih suka hura-hura. Arsen yang berwajah tampan tetap tidak membuat hatinya jatuh cinta. Bahkan Alya rela membantah kemauan papanya yang sukses diperankan actor kawakan Slamet Raharjo Jarot. Papa Alya memiliki semacam janji untuk menjodohkan Alya dengan Arsen karena Papa mereka berdua bersahabat sejak di angkatan darat.

Alya jelas menolak ketika tahu perjodohan yang orangtuanya, apalagi dengan om-om seperti Arsen. Alya juga sudah memiliki kekasihnya—Ando—yang diperankan oleh Maxime Bouttier, seorang vokalis band rock. Pertentangan papa dan anak sampai pada kondisi Alya memilih laki-laki pilihannya dan berakhir dengan hilangnya kehormatan Ayla dan justru berita ini mengguncang sang papa hingga mendapat serangan jantung.

Sampai di sini Ayla sangat menyesal dengan sikapnya yang menyebabkan ia harus kehilangan papanya. Endingnya bisa ditebak saat Ayla harus menerima Arsen menjadi suaminya.

Sebenarnya saya sebagai penikmat film sangat kecewa karena, penokohannya sangat berbeda dengan yang ada di dalam novel. Dalam novel Ayla adalah mahasiswa abadi yang skripsinya gak kunjung selesai akibat hura-hura dan kemalasannya. Hobinya clubbing tidak mengherankan kalau dia sering pulang dalam keadaan mabuk, termasuk saat Arsen datang bersama nenek dan adiknya untuk memperkenalkan Arsen dengan Ayla, pria itu mendapat muntahan yang berbau alkohol.

Sikap keras kedua orang tua Ayla—dalam film Ayla tidak memiliki Ibu—tidak membuat Ayla jera. Demikian juga Arsen yang tinggal bersama nenek dan adik perempuanya—dalam film memiliki ayah dan ibu. Ayla memiliki seorang kakak laki-laki yang sudah menikah, sementara dalam film justru Ayla memiliki kakak perempuan yang sudah menikah kali ini diperankan Bunga Zainal dengan apik yang berpasangan dengan Tanta Ginting.

Indah Riyana ketika kebetulan menjadi mentor di salah satu komunitas yang saya ikuti mengatakan, pihak PH ‘membeli ide’ miliknya sehingga wajar isi novel dan film sangat jauh berbeda. Novel yang sukses merebut hati pembaca wattpad kemudian dibukukan dan difilmkan ini tetap enak dinikmati baik filmnya yang berkesan drama komedi dan bagi yang suka baca novelnya juga itu adalah pilihan.

Maka, kalian yang sudah punya novel apa pun yang akan segera difilmkan bersiap untuk kecewa atau bersiap untuk tidak menuntut penggambarannya akan sama persis dengan bacaan kalian.

Selamat menonton dan membaca.

 

Respati. Perempuan yang suka menghubungkan pena penulis dengan dunia nyata. Mencoba Surealis.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata