The Book of Judgement
Oleh: Mohamad Rizky Yanuartha
Terbaik ke-18 Tantangan Lokit 9
Percobaan kesembilan puluh sembilan gagal. Tinggal satu kesempatan lagi. Gadis muda bernama Axelia itu memutar kembali jam kecil yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Sialan. Percobaan kedelapan puluh tiga sama sekali tak berhasil. Cih!
Axelia semakin kesal harus melakukan hal bodoh berulang-ulang.
Apa yang terjadi pada Axelia?
Gadis muda berparas cantik itu telah dikutuk oleh gurunya sekaligus kakak kandungnya sendiri. Sebuah mantra yang mengharuskannya mencuri sebuah kitab kuno The Book of Judgement yang tersimpan di Kuil Suci Merlin. Axelia memiliki seratus kesempatan mencuri kitab kuno tersebut, bila tak berhasil maka jiwanya akan dikorbankan.
Percobaan pertama.
Di dalam kuil dengan penerangan minim, Axelia mencoba mencari keberadaan kitab kuno tersebut. Saat itu mungkin ia mengira mendapatkannya akan mudah. Salah besar, banyak sekali jebakan, tipuan dan berbagai sihir melindungi buku itu. Axelia langsung gagal ketika menginjak lantai yang tak seharusnya diinjak.
Percobaan kedua. Axelia gagal karena tak bisa menghadapi induk Tryler yang ganas dan kebal terhadap sihir.
Percobaan ketiga. Axelia kembali gagal karena terkena racun ular Sili berukuran kecil. Tak terasa ia sudah tergigit.
Axelia kembali mengulang-ngulang hal yang sama. Ia berusaha mempelajari cara meloloskan diri dari seluruh rintangan melalui kegagalan dan pengalaman.
Percobaan ke lima puluh. Axelia sudah mulai kelelahan, ia hanya diberi waktu selama lima hari untuk membawa The Book of Judgement kepada kakaknya yang menjijikkan itu. Kakak mana yang mau mengorbankan adiknya sendiri.
Percobaan kedelapan puluh satu.
“Selamat datang di Kuil Suci Merlin.”
Seorang pria berambut gondrong kecokelatan, menyambut Axelia kali ini. Pria aneh itu membawa sebuah buku besar usang dengan sampul kecokelatan.
“Si—siapa kau!” teriak Axelia terkejut.
“Aku adalah penguji nomor delapan puluh satu, senang berkenalan dengan Anda!”
Pria itu berkata dengan wajah tetap datar.
“Rintangan pertama sampai delapan puluh hanyalah hidangan pembuka. Tapi tetap saja, Anda hebat sudah sampai sejauh ini. Aku terkesan!”
Axelia merasa aneh mendengar pria itu menggunakan padanan kata Aku dengan Anda. Jelas sekali dia ini monster.
“Sebelum memulai tes, boleh aku tahu kenapa Anda menginginkan The Book of Judgement milik Merlin Agung?”
Axelia mendengus kesal, “Dengar ya! Aku sama sekali tak menginginkan buku itu!”
Axelia terlihat sangat kesal, “Aku telah ditipu kakakku sendiri, dia memantraiku agar aku mau melakukan perintahnya!”
“Baiklah,” kata si pria, “setidaknya ada kata ‘Aku tak menginginkan buku itu’, kurasa itu cukup. Selamat Anda bisa melanjutkan perjalanan!”
“A—apa?” Axelia terkejut. “Ba—bagaimana dengan tesnya?”
“Anda baru saja menyelesaikannya.”
Axelia terdiam, tak habis pikir.
“Oh,” kata pria itu lagi. “Kau lihat buku yang aku pegang ini? Ini buku yang kau cari, mendapatkannya tidak akan mudah.”
Pria itu sudah memudar bagai kabut saat Alexia sadar dan hendak merebut buku yang dipegangnya. Cih, sialan.
Sialan. Percobaan kedelapan puluh tiga sama sekali tak berhasil. Cih!
Axelia semakin kesal harus melakukan hal bodoh berulang-ulang. Axelia mencoba mengingat apa yang pria penguji tadi katakan. Ya, pria yang sama yang Axelia temui pada percobaan kedelapan puluh satu, ia muncul lagi.
“Merlin Agung sudah memasang seratus jebakan dan rintangan dalam kuil ini. Penyihir biasa, apalagi manusia tanpa sihir tak akan bisa mencapai rintangan terakhir, tes keseratus: penghakiman.”
“Aku tahu Anda memakai sihir waktu pada jam kecil di tangan kanan Anda. Biar kuberitahu, itu tak akan membantu.”
Pria itu masih membawa buku yang sama. Kitab The Book of Judgement yang Axelia cari. Mungkin pria itu sadar bahwa Axelia mencari kesempatan untuk merebut buku yang dipegangnya.
“Aku juga tahu siapa kakak Anda. Dia pernah mencoba hal yang sama, namun gagal. The Book of Judgement tak akan menerima penyihir berhati busuk.”
“Sebelum Anda menanyakannya, akan aku sampaikan. Kakak Anda adalah murid saya, aku adalah gurunya.”
Saat itulah Axelia menemukan peluang merebut buku tersebut, ia mencoba merebutnya, namun sia-sia, ada sihir pelindung dan kutukan di sekelilingnya yang membuat Axelia gagal pada percobaan kedelapan puluh tiga.
Percobaan kesembilan puluh sembilan gagal. Tinggal satu kesempatan lagi.
Gadis muda bernama Axelia itu memutar kembali jam kecil yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
Tinggal satu kesempatan dan ia masih berada di tes kedelapan puluh lima. Ini sangat berbahaya, ia tak akan berhasil. Ia tidak mau ditelan oleh mantra yang ada dalam dirinya. Dasar, Kakak Sialan!
Percobaan keseratus.
“Anda sungguh gigih!” kata pria itu, seperti sudah menunggu. “Anda bisa menghentikan ini semua. Anda tahu betul bahwa kesempatan Anda sudah habis. Anda tidak punya kesempatan lagi!”
Axelia tahu itu, sebetulnya ia juga ingin menyerah. Tapi, mantra kakaknya.
“Aku bisa membantumu melepas mantra yang dipasang kakakmu. Tapi kau harus berjanji akan menghentikan tindakanmu ini dan tidak akan mencoba merebut buku ini. Aku bisa membantumu!”
Axelia terlihat agak ragu.
“Asal kau tahu, mantra yang digunakan kakakmu itu adalah mantra curian dari buku yang kupegang ini. Kakakmu mencurinya saat masih menjadi muridku.”
Axelia terlihat menimbang-nimbang. Ia tak punya pilihan. Ia memang sudah gagal sejak awal. “Ba—baiklah, tolong bantu aku. Aku berjanji tidak akan merebut buku itu. Tolong, siapapun kamu!”
Pria itu terlihat tersenyum, “Merlin Agung terlalu berlebihan, panggil saja aku Merlin. Ya, aku memang Merlin.”
Axelia terlihat terkejut.
Merlin membuka buku kecokelatan tersebut, sedetik kemudian buku itu melayang sendiri bersamaan dengan Merlin merapal mantra. Axelia hanya diam saja, tak pernah ia melihat hal seperti yang ia saksikan sekarang.
“STILINSKY!” teriak seseorang.
The Book of Judgement tiba-tiba meluncur ke arah lorong gelap.
“Kerja bagus, Axelia!” kata orang tersebut dari dalam kegelapan. Axelia terlihat terkejut. Orang itu memutar jam di tangan kanannya. “Kita pergi sekarang!”
Tiba-tiba orang yang tak diketahui identitasnya itu menghilang bersama Axelia dan The Book of Judgement.(*)
Bojonegoro, 3 November 2018
Mohamad Rizky Yanuartha, seorang pemimpi berusia 21 tahun yang masih mencari jati diri dalam lingkungan sosial. Tak ada yang menarik dalam hidupnya, selain tidur dan kisah fantasi.
Tantangan Lokit adalah lomba menulis yang diselenggarakan di grup KCLK
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata