The Blue Eyes Man (Episode 1)
Oleh: Evamuzy
Langit berwarna jingga ketika Lily, gadis pengantar bunga di toko florist beranjak pulang. Sepeda biru mudanya melewati jalanan lengang yang sejuk karena jejeran pohon pinus di sisi kiri dan kanan jalan.
Di tengah perjalanan pulang dari toko florist yang juga milik bibi dan pamannya itu, Lily tiba-tiba berhenti. Setangkai bunga yang cantik—secantik ia yang tidak lagi kanak-kanak—mencuri perhatian Lily. Ia pun turun dari sepeda dan berjalan mendekati si bunga. Tak peduli bunga itu tumbuh di tengah semak belukar yang terlihat berbahaya, Lily tetap berjingkat mendekatinya. Lama ia memperhatikan bunga yang cantik itu, hingga tak terasa langit mulai gelap.
Mengabaikan tajamnya ranting-ranting belukar yang mengenai kulit kaki, Lily tersenyum senang mendapatkan bunganya. Namun senyum itu tak sampai lama. Ia merasakan sesuatu berjalan pelan di atas punggung kaki. Semakin terasa, semakin ia menyadari apa itu. Seekor ular berbisa yang siap mematuk kakinya. Lily tidak kuasa berlari, sebab sebelum melakukan itu, si ular telah lebih dulu mematuk kaki kanannya. Ia menjerit kencang, ingin berjalan meminta pertolongan. Namun kesulitan sebab tubuhnya menjadi lemas. Sangat lemas. Bunga di tangannya pun jatuh ke tanah. Sampai akhirnya … ia terbangun dari tidur. Benar, Lily bermimpi.
Mimpi digigit ular, baru kali ini ia merasakannya. Membuat Lily bertanya-tanya, “Peristiwa apa yang akan menimpaku?”
Dengan perasaan sedikit was-was, Lily beranjak turun dari ranjang. Pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu bersiap pergi ke toko bunga. Sepotong roti dengan selai kacang menjadi pilihan sarapannya pagi ini. Seperti biasa, sepeda biru muda menjadi teman perjalanan gadis itu setelah pamit kepada sang Nenek. Ya, sejak kedua orangtuanya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lima tahun yang lalu, ia hanya tinggal berdua bersama wanita tua itu.
***
Toko bunga Tuan dan Nyonya Alvin—nama paman dan bibi Lily—cukup ramai. Pelanggan setia bilang, bunga-bunga yang dijual di sana segar, tidak cepat layu dan beraneka macam. Mulai dari mawar aneka warna, anyelir, aster, tulip, anggrek hingga bunga lili. Di toko bunga ini tugas Lily adalah merangkai dan mengantarkan pesanan bunga. Lily bekerja seperti hari biasanya.
“Kau boleh pulang, Ly. Bibi sekalian titip ini untuk Nenek.”
Sekotak kue kering dan tujuh tangkai bunga tulip putih kesukaan neneknya diberikan sang Bibi. Lily tersenyum menerimanya.
“Terima kasih, Bibi. Nenek pasti senang menerimanya.”
Lily lantas pulang. Meletakkan kotak kue kering dan bunga tulip di keranjang sepeda, lalu mulai mengayuhnya dengan pelan. Saat melewati jalanan yang ada dalam mimpinya semalam, Lily merasa kembali was-was. Ia memilih menambah laju sepeda sebelum rasa takutnya semakin besar.
***
“Aku bermimpi digigit ular di tengah semak saat memetik setangkai bunga. Apa Nenek tahu, apa artinya itu?”
Gadis bermata bening itu merasakan belai kasih sayang sang Nenek di rambut panjangnya. Belaian dari tangan keriput yang selalu membuat Lily merasa nyaman dan tenang. Mereka sedang berada di atas ranjang di dalam kamar gadis itu.
Lily mengalihkan pandangannya ke wajah sang Nenek. Menunggu jawaban. Namun, wanita tua itu justru tersenyum penuh makna. Membuat ia bingung.
Bukankah mimpi itu sangat mengerikan? batin Lily berkata.
“Sepertinya gadis kecil nenek sebentar lagi akan berkeluarga.”
“Berkeluarga?” Lily mengerut kening, tak mengerti.
“Iya. Mimpi digigit ular itu artinya akan dipertemukan dengan jodoh, Lily.”
“Ah, tidak mungkin. Aku masih terlalu muda untuk bertemu seorang pria.”
Sang Nenek kembali tersenyum, kali ini sambil bangun, turun dari ranjang kecil cucu cantiknya.
“Tidurlah cepat. Mungkin besok atau lusa kau akan menemukan jawaban dari mimpimu itu. Semoga yang kau temui adalah seorang pangeran baik hati,” ucap sang Nenek sambil menyelimutinya.
Sepeninggal sang Nenek dari kamarnya, Lily masih belum memahami arti mimpi yang baru didengarnya tadi. Namun, ia segera menuruti perintah sang Nenek. Lamat-lamat kedua mata Lily pun terpejam.
***
Hari ini, Tuan dan Nyonya Alvin meminta Lily datang lebih awal. Ada pesanan bunga tulip merah muda dengan jumlah yang cukup banyak untuk diantar ke sebuah alamat pagi-pagi sekali. Lily segera turun dari sepedanya begitu ia sampai di depan toko bunga.
Dress sepanjang lutut berwarna lavender menjadi pilihannya pagi ini. Rambut hitam sebahu dibiarkan tergerai dengan menyelipkan pita kecil berwarna ungu di sisi kanan. Lily begitu manis pagi ini.
“Bunga pesanan Nyonya Camilla sudah disiapkan di dalam, Ly. Ambillah dan segera antarkan ke rumahnya sekarang juga.”
Lily mengangguk, segera mengambil tiga buket bunga tulip merah muda yang masih terlihat segar. Diletakkan dengan hati-hati di keranjang sepeda. Lily bergegas menuju alamat yang diberikan oleh Paman Alvin saat ia masuk mengambil bunga.
“Hati-hati, Ly,” pesan bibinya dengan lembut.
“Siap, Bibi.”
Suasana pagi hari yang lengang dan sejuk membuat Lily senang dan sangat menikmati perjalanannya. Sampai-sampai tak sadar kalau kakinya mulai mengayuh dengan cepat. Lalu saat mengingat bunga itu sudah ditunggu pemiliknya, kecepatan sepeda ia tambah lagi. Sepeda pun melaju kencang melebihi semilir angin pagi itu. Sampai saat seseorang yang entah datang dari mana, tiba-tiba melintas tepat di depan Lily dengan cepat. Membuatnya kaget setengah mati. Tanpa sempat menghindar, dengan keras Lily menabrak seseorang itu. Sepedanya terlempar. Bunga-bunga tulip merah muda pesanan Nyonya Camilla jatuh tercecer. Lily tersungkur di atas jalanan keras. Gadis itu merasakan perih di siku dan lututnya. Ia meringis kesakitan.
“Kau tidak apa-apa?” Masih tertunduk, Lily merasakan seseorang mendekat. Mengulurkan tangannya untuk membantu. “Maaf, aku tadi tidak melihatmu akan lewat. Aku berlari terlalu kencang sampai menabrakmu. Sini. Biar kubantu.”
Lily mendongak demi melihat sosok yang kini jaraknya sangat dekat dengan dirinya. Jadi, pria ini yang ditabraknya tadi? Tapi … dia terlihat baik-baik saja. Lily menatapnya. Pria itu. Wajahnya rupawan khas pangeran-pangeran dalam dongeng yang sering diceritakan oleh neneknya. Rambutnya sedikit panjang dikucir ke belakang. Dan … matanya berwarna biru. Iya, biru, seperti permata aquamarine.
“Hai, Nona. Apa kau mendengarku?” Lambaian tangan pria itu menyadarkan Lily. Dengan cepat gadis itu menunduk kembali.
“Iya, aku baik-baik saja.”
Mimpi digigit ular itu artinya akan dipertemukan dengan jodoh, Lily. Semoga besok atau lusa kau dipertemukan dengan pangeran baik hati.
Entah mengapa, tiba-tiba kalimat sang Nenek melintas di ingatannya.
Bersambung ….
Evamuzy, gadis yang hobinya melihat pesawat terbang. Dia bahkan hafal jam-jam pesawat terbang di langit kotanya.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata