Tak atau Dak?

Tak atau Dak?

Tak atau Dak?

Oleh: Triandira

Ada banyak sekali kata/diksi yang bisa kita gunakan dalam menuliskan sebuah karya, entah itu dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah. Pemilihan kata-kata itu pun biasanya memiliki maksud tertentu bagi seorang penulis untuk menunjukkan gagasan, pesan, atau hal lain yang ingin disampaikannya melalui sebuah tulisan.

Nah, jika kata yang digunakan adalah kata dalam bahasa Indonesia, maka umumnya ditulis biasa saja. Tetapi jika sebaliknya—merupakan kata yang berasal dari bahasa lain/bahasa asing—maka penulisannya berbeda lagi, disesuaikan dengan aturan yang sudah ada. Misal, dalam narasi sebuah cerpen terdapat kata “high heels” yang penulisannya di-italic/dimiringkan, SMS yang ditulis menggunakan huruf kapital karena kependekan dari Short Message Service, dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.

O iya, berbicara mengenai kosa kata, saya jadi teringat dengan cerita yang pernah saya baca. Pada tulisan tersebut ada sesuatu yang menarik perhatian, yaitu penulisan “tak”—yang jika diperhatikan berdasarkan susunan kalimatnya, maka memiliki arti yang berbeda dengan kata “tidak”. Selain itu, kata tersebut seolah merujuk ke bahasa Jawa. Lantas, jika memang benar demikian, apakah sudah tepat jika kita menuliskan “tak” yang semakna dengan “ku” dalam bahasa lain? Yuk, kita bahas sama-sama.

Perbedaan Tak dan Dak

Kata “tak” dan “dak” memiliki makna dan penulisan yang berbeda meskipun pengucapannya hampir sama. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seperti inilah artinya:

1 tak adv tidak: — kenal maka — sayang; — acuh (acuh — acuh) tidak peduli; tidak mau tahu; masa bodoh; tidak menaruh perhatian; — apa 1 tidak ada sesuatu; 2 tidak mengapa; — segan 1 sudi; mau; suka; 2 tidak malu; 3 berani juga; — segan-segan tidak malu-malu; tidak dng perasaan ini itu; tidak pandang-memandang

2 tak n tiruan bunyi tempurung diadu

3 tak n jenis mesin (motor bakar) dilihat dari jumlah perputaran untuk setiap perubahan

Contoh:

  1. Adik tak suka memakan wortel meski itu menyehatkan.
  2. “Tak! Tak!” teriak Ihsan menirukan bunyi tempurung diadu.

Berdasarkan Pepak Basa Jawa:

Dak merupakan bagian dari ater-ater tripurusa (dak-, ko-, di-). Ater-ater adalah imbuhan di depan kata dasar. Kata “dak” berfungsi sebagai pengganti subjek aku.

Contoh:

  1. Jajane wis dakpangan[1]
  2. Jambu iku wis dakjupuk[2]

Sekarang, kita perhatikan kalimat berikut ini.

  • Jika masih malas membaca, tak buang saja buku-bukumu.

Jika diperhatikan, kata “tak” pada kalimat tersebut seolah semakna dengan “dak” bukan? Hanya saja ditulis dalam kalimat berbahasa Indonesia. Sekilas memang terlihat biasa, namun setelah dicermati rasanya janggal juga jika ada penulisan seperti itu.

Lantas, bagaimana supaya enak dibaca tanpa mengubah maknanya? Kita bisa menyiasatinya dengan mengganti kata tersebut menggunakan kata yang semestinya.

  • Jika masih malas membaca, tak buang saja buku-bukumu.

Diubah menjadi: Jika masih malas membaca, kubuang saja buku-bukumu.

Jadi lebih jelas, bukan?

Nah, dari pengertian di atas maka bisa kita simpulkan bahwa kata “tak” dan “dak” (dalam bahasa Jawa yang berfungsi sebagai pengganti subjek aku) memiliki penulisan yang berbeda. Jadi ada baiknya jika kita bisa menuliskan kata dengan tepat. Sebaliknya, jika kata “tak” yang dimaksud bermakna tidak atau merujuk pada bahasa asing yang memang penulisannya benar-benar sama, maka silakan saja ditulis demikian.

Sekian pembahasan kali ini. Semoga bermanfaat, ya.

Keterangan:

[1] Kuenya sudah kumakan

[2] Jambu itu sudah kuambil

Triandira, penyuka fiksi yang belum bisa move on dari mi ayam dan durian. Jika ingin menghubunginya bisa melalui akun FB dengan nama Triandira, email: wahyutriandira1@gmail.com

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata