Suatu Hari di Penghujung Senja
Oleh : Aisyahir
Suatu hari di penghujung senja, aku bertemu dengan seorang gadis bermata sembab. Rambutnya sedikit berantakan, wajahnya kusam, bajunya lusuh. Dia hanya terdiam memandang aliran sungai yang cukup deras dan dalam, kulihat bahunya sesekali gemetar, dia menunduk dan diam membisu.
Aku yang penasaran mulai mendekat, berjalan, dan duduk di sebelahnya. Dia tak mengacuhkanku. Aku mulai menyapanya beberapa kali, tapi dia tetap diam. Kupikir dia bisu, mungkin. Barangkali karena kebisuannya membuat gadis ini merasa berbeda dan sulit menerima kenyataan. Atau barangkali aku yang sok tahu?
“Jika punya masalah, luapkan, ceritakan pada teman, barangkali bisa membantu.”
Dia masih mematung, bahunya kembali gemetar.
“Aku tidak berniat menganggu atau sok akrab, aku hanya memberi solusi sebagai orang yang peduli.”
“Atau kedatanganku hanya menganggu begitu?”
“Kalau iya aku pergi. Tapi ingat, jika kamu menangis hanya karena orang-orang menghina kebisuanmu, maka mentalmu masih terlalu lemah. Kamu memang memiliki kekurangan, tapi bukan berarti mereka itu sudah lebih dari kata sempurna. Maka lupakan.” Aku mulai berkata panjang lebar, sedang gadis itu, lihatlah, dia masih terdiam. Memandang aliran sungah begitu khidmat.
“Atau barangkali karena putus cinta kamu jadi begini? Astaga. Kenapa? Kamu terlalu bodoh jika menangis hanya karena cinta. İya, aku mengatakan ini dengan sangat mudah karena tak pernah merasakan cinta juga masalah patah hati, tapi menurutku sama saja, patah hati memang risiko mencintai, kalau tidak mau sakit, ya, jangan jatuh cinta.”
Aku sudah telanjur bicara sedang dia sudah telanjur nyaman membisu, aku tidak peduli, tetap melanjutkan.
“Jatuh cinta boleh, patah hati juga wajar, tapi jangan sampai seburuk ini, apalagi sampai melompat tenggelam dalam aliran sungai.”
Melihatnya yang masih terdiam, aku pergi saja. Berbicara dengan gadis ini sama saja dengan berbicara dengan batu. Lagipula, saat ini sudah sepenuhnya gelap.
Namun, kupikir semuanya telah selesai setelah aku pergi, ternyata tidak. Setelah sampai di rumah aku mendengar kabar mengejutkan. Para warga menemukan gadis bergaun biru, malam terbawa aliran sungai. Kabarnya gadis itu sengaja menceburkan diri hingga tewas, dan mayatnya ditemukan beberapa saat yang lalu.
Aku menenguk saliva susah payah, kejadiannya persis di tempat aku menemukan gadis itu, dan setelah karabatku memperlihatkan potret mayatnya, aku serasa membeku.
“Yang kamu temui itu bukan lagi dia, Ta. Mungkin arwahnya. Dia sudah meninggal sebelum kamu ke sana, kabarnya sih. Dan dia memang suka datang ke jembatan itu, dia gadis yang pediam, tapi entah kenapa hari ini jasadnya ditemukan di sana, mungkin memang benar dia bunuh diri, tapi tidak pasti juga, orang-orang hanya menduga-duga.(*)
Makassar, 31 Juni 2020.
Aisyahir, gadis kelahiran 2001 yang gemar menulis. Akun sosmed: Aisyahir_25.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata.