Sore di Tepi Danau
Oleh: Erlyna
“Vi, pernah ciuman?”
Aku melotot kaget. Kupandangi sahabatku yang menatap dengan sorot ingin tahu. Aku menggeleng.
“Zaman sekarang, ciuman itu hal biasa, ya. Bahkan cewek-cewek berhijab sekalipun, begitu bangga memamerkan foto ciuman mereka dengan kekasihnya. Menjijikkan.”
Aku terdiam, entah kenapa, kata-kata Nela barusan, mengingatkanku pada Rian.
“Ah, lelaki pemikat itu,” bisikku lirih.
“Vi, kamu ngomong apa?”
Kaget, aku mengangkat muka lalu menggeleng cepat.
“Bukan apa-apa, Nel,” ucapku sambil tersenyum.
“Assalamualaikum.”
Sepi. Kulangkahkan kaki ke halaman belakang. Pelan-pelan kubuka pintu pagar besi.
Kreeet!!
“Siapa itu?” tanya sebuah suara.
“Ini aku.”
“Devi? Kamu sudah pulang?”
Aku mengangguk pelan, lalu mendekat ke arahnya.
“Kamu sedang apa, Ri?”
Diam-diam aku berusaha mencuri pandang, kulihat tatapan mata Rian menerawang, seolah sedang menatap sesuatu di depannya.
“Aku rindu rumahku,” ucapnya pelan.
Kupandangi sosok yang diam-diam telah menyita perhatianku akhir-akhir ini.
“Aku bisa mengantarmu pulang,” ucapku menghibur.
“Tidak, Vi. Aku tidak ingin merepotkanmu lagi. Suatu hari nanti, aku ingin menjadi orang yang bisa melindungimu, bukan terus merepotkanmu.”
Lama, kami hanya terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Sudah hampir sore, masuklah!”
“Ri, suatu hari nanti, kamu pasti kembali.”
Dia tersenyum manis menatapku. Aku beranjak bangun, melambaikan tangan ke arahnya. Rian semakin menjauh, melompat menuju daun teratai.
SORE DI TEPI DANAU- Kubiarkan dia pergi. Aku belum punya keberanian untuk berciuman, dan mengubahnya menjadi manusia.
Purworejo, 10 Februari 2019
Tentang Penulis:
Erlyna, perempuan sederhana kelahiran Jakarta yang menyukai dunia anak-anak. Hobi makan, melamun dan menyaksikan anak-anak menciptakan keajaiban.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata