Sheila

Sheila

Sheila

Oleh : Arya Kusuma Mayangkara

Hari ini aku merasa lelah, rasanya aku ingin tidur panjang dan tak perlu bangun lagi. Sekujur tubuhku terasa ngilu, punggungku penuh luka cambukan dan cakaran pelanggan. Kupandangi bayangan dalam cermin meja rias, wajahku tampak pucat seperti zombie yang kekurangan darah.

Aku hanyalah boneka porselen cantik milik Mami Silvia yang setiap hari dipoles paksa dengan riasan menor bak topeng-topeng kepalsuan. Senyum manisku bagai madu penarik hasrat kumbang-kumbang nakal yang beterbangan mencari kehangatan sesaat. Tubuhku menjadi arena bermain yang menyenangkan bagi pemakai jasaku sang penjaja cinta di rumah bordil terkutuk ini.

Aku sudah tak ingat lagi kapan aku merasakan kebahagiaan. Upayaku meraih kebebasan selalu menemui kegagalan. Mungkin aku baru bisa keluar dari tempat ini jika sudah dipeluk oleh kematian.

Aku pasrah jika harus menghabiskan masa mudaku menderita dan mati perlahan-lahan. Semua karena penyakit menjijikan yang mereka tularkan pada rahimku. Di setiap ritual mandi, aku selalu menggosok tubuhku berkali-kali sambil menangis untuk menghilangkan jejak-jejak kenistaan yang mereka tinggalkan.

Entah sampai kapan aku bisa bertahan. Kadang terlintas di benakku untuk mengakhiri hidup. Namun, raut wajah lelaki jahanam yang membuatku terpuruk dalam dunia hitam selalu terbayang. Aku ingin hidup lebih lama agar bisa membalas dendam atas perbuatan jahatnya kepadaku.

Malam ini pelanggan setiaku, seorang bandar judi yang kaya raya akan datang. Berkali-kali aku memohon kepadanya agar membeliku dari Mami Silvia. Namun, Gustav selalu menolak. Dia tak tertarik untuk menikah denganku. Gustav hanya ingin bersenang-senang dengan tubuhku tetapi tidak mencintaiku. Baginya aku hanya sebuah mainan penghilang rasa bosan pada istrinya dan pemuas hasrat belaka.

Celakanya, semakin dia menolak, semakin aku mencintainya. Malam ini aku akan membuatnya bertekuk lutut di kakiku.

“Malam, Sayang. Apa kabarmu?” sapaku manja sambil mencium pipinya. Bau alkohol bercampur aroma tembakau menguar dari mulutnya.

Plak!

“Berlutut Sheila! Sembah aku!” serunya sambil berkacak pinggang. Perlahan aku berlutut sambil mengelus pipiku yang terasa panas bekas tamparan tangannya.

“A-Ampun, G-Gustav …”

Aku memohon bagai budak kepada Tuannya. Ini baru pemanasan, Gustav sangat menyukai permainan budak dan tuan sebelum melepas ego liarnya padaku.

“Apa kau bilang?” Dia menjambak rambutku sambil melotot.

“Aampuuun!” Aku menjerit kesakitan. Rasanya kulit kepalaku ikut terenggut dari tempurungnya. Gustav tersenyum miring lalu melepaskan cengkeraman jarinya dari kepalaku

“Siapa Tuanmu?” Gustav mulai melepas ikat pinggangnya, siap-siap hendak mencambukku.

“E-engkau, Sayang!” Aku menundukkan kepala tak berani menatap matanya yang mulai memerah.

“Bagus! Sekarang lakukan apa yang harus kau lakukan!”

Gustav mendorongku dengan kasar lalu menindasku dengan kejam tanpa rasa kasihan. Teriakan atau tangisanku bagai simfoni di telinganya yang makin membuatnya kalap untuk menamparku.

Aku mungkin sudah gila, karena lama kelamaan aku mulai menikmati semua siksaannya. Setiap jengkal rasa sakit itu, bagai candu di malam-malam kelamku. Gustav tertidur pulas di sampingku setelah lelah menyiksaku luar dalam. Aku bangkit dengan rasa perih di sekujur tubuhku.

Kupandangi wajahku yang menyedihkan di cermin meja rias. Sudut mataku lebam, bibirku bengkak dan berdarah, rambut pun acak-acakan. Ada luka gigitan di bahu kanan dan leherku. Bilur-bilur merah bekas cambukan ikat pinggang Gustav terpahat jelas di punggungku.

Aku tersenyum penuh kemenangan. Kuambil ponsel di saku celana Gustav. Aku membuat pola pembuka password yang pernah kuintip dari balik bahunya, lalu menekan nomor 911, melaporkan kasus perkosaan. (*)

Surabaya, 15 November 21

Arya Kusuma Mayangkara adalah nama pena seorang nakes yang sedang menyamar menjadi penulis. Dia lahir dan dibesarkan di kota Surabaya hampir setengah abad yang lalu.

Kegemarannya membaca buku membuat bapak dua anak ini tertarik untuk menulis naskah dalam bentuk cerita pendek di sela-sela kesibukan profesinya sebagai nakes.

Penggemar film action dan komedi ini suka menebar tawa di setiap postingan Facebook-nya. Dia menjadikan aktivitas menulis untuk menjaga kewarasan dan mencegah kepikunan.

Editor : Nuke Soeprijono

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply