Setelah Pesta (Terbaik ke-3 LCL)

Setelah Pesta (Terbaik ke-3 LCL)

Setelah Pesta
Oleh: N. Insyirah
Pilihan Gambar: Gambar 5
Terbaik ke-3 Lomba Cermin Lokit
#Menerjemahkan_Gambar

 

Papa tidur tanpa melonggarkan dasi yang mencekik lehernya; tanpa melepaskan jas yang menempel di tubuhnya. Separuh badannya menggelongsor dari kursi santai yang diduduki, dengan kedua tangan terkulai di lengan kursi. Di sampingnya lampu berdiri dibiarkan mati, membuat ruang tamu hanya berpenerangan seadanya—menerima cahaya dari lampu ruang tengah. Sementara tak jauh dari kakinya tergeletak sepasang stiletto warna merah darah.

Aku menatap Papa dari balik dinding. Suara dengkurnya yang keras membuatnya tampak tidak akan bisa dibangunkan sekalipun kiamat datang memporak-porandakan dunia beserta rumah ini. Namun begitu, aku tetap tidak berani bersuara apalagi mendekatinya. Mama sering bilang aku tidak boleh mengganggu Papa yang sedang tidur. Berbeda denganku, sekali terjaga Papa akan susah untuk kembali tidur. Dan Papa yang kurang tidur akan kesulitan berkonsentrasi saat bekerja, akibatnya Papa bisa kena marah bos.

Mama tidak bohong. Aku pernah beberapa kali sengaja mengganggu tidur Papa, pertama karena penasaran, sisanya karena sengaja mencari perhatian. Aku selalu berharap Papa yang mengantuk akan memilih izin tidak masuk kerja, lalu menghabiskan seharian waktunya di rumah, lalu bermain bersamaku. Tapi sayangnya itu tak pernah terjadi. Papa tetap berangkat kerja meski dengan mulut yang sibuk menguap, dan Mama akan memarahiku habis-habisan. Katanya aku sudah besar, jadi jangan berulah dan bersikaplah dewasa. Jangan merengek seperti anak manja yang tidak pengertian, jangan mengganggu Papa tidur atau bekerja, jangan memanggil Mama dengan sebutan Nenek Lampir, jangan bolos sekolah, jangan malas mengerjakan PR, dan masih banyak lagi jangan-jangan yang lainnya.

Aku pernah menuruti semua perintah Mama. Tapi Mama dan Papa tak pernah menuruti keinginanku.

Papa selalu sibuk. Sering membawa pekerjaannya ke rumah atau mendadak bekerja pada hari libur dan membuat rencana liburan kami berantakan. Saat usiaku masih agak kecil, biasanya aku akan meraung-raung sambil menarik-narik tas kerja Papa, lalu beralih menggapai-gapai tubuhnya dengan kakiku jika tubuhku didekap oleh Mama dari belakang, agar Papa bisa segera berangkat ke kantor.

“Aku mau jalan-jalan!” rengekku.

Kemudian Papa akan menjawab, “Nanti, ya. Setelah selesai kerja, Papa janji akan langsung pulang dan kita akan jalan-jalan.” Atau Papa akan menjawab, “Minggu depan, Papa janji, deh.”

Namun, janji Papa hanya sebatas janji. Dan aku mulai belajar untuk mengerti kalau orang dewasa terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk menepati janjinya.

Mama juga begitu. Mama selalu bilang jika aku jadi anak penurut, Mama akan mengajakku ikut dengannya. Mama suka ke mal dan pergi ke mal itu menyenangkan. Meski lama menunggu Mama berbelanja, tapi biasanya aku akan dibelikan satu buah mainan serta satu batang es krim. Mama juga suka pergi arisan dan teman-teman arisan Mama baik, mereka sering memberikanku uang saku, selain mencubit pipiku yang disebut mirip bakpau.

Namun, sejak aku merengek minta dibelikan gundam, setelah Mama membelikanku sepatu futsal, Mama tak lagi pernah mengajakku ikut serta ke mana pun Mama pergi. Termasuk ke pesta ulang tahun teman Papa siang tadi. Katanya itu pesta orang dewasa dan anak-anak sepertiku tidak boleh ikut.

Aku memilih diam. Menatap Papa dan Mama yang sudah tampil rapi. Papa mengenakan kemeja putih, setelan celana bahan dan jas hitam, dasi hitam, dan sepatu hitam mengilat. Sementara Mama mengenakan gaun panjang dan stiletto warna merah darah. Mereka memintaku menjaga rumah lalu pergi. Hanya berdua.

Kemudian, begitu pulang, mereka melepas alas kaki. Papa tidur di kursi santai di ruang tamu, sedangkan Mama membaringkan tubuh di atas ranjang di kamarnya. (*)

SU, 20 September 2022

N. Insyirah, perempuan yang sedang belajar menulis ini menyukai warna oranye dan buah orange.

Komentar juri, Evamuzy:

Strategi pemilihan POV yang berbeda, membuat cerita ini menarik, tanpa kehilangan poin keselarasan gambar. Satu hal yang ingin saya katakan kepada penulisnya adalah: Hai, Insyirah. Kalau saja kau lebih berani dan percaya diri mengeksekusinya, saya yakin cerita ini akan nangkring di posisi yang lebih tinggi. Dan itu apa artinya? Kau berbakat, cerita-ceritamu akan jauh mengesankan jika kau mau melakukan itu. Yap, you can do it!

Lomba Cermin Lokit adalah lomba menulis yang digelar di grup FB Komunitas Cerpenis Loker Kata (KCLK)

Grup FB KCLK

Halaman FB Kami

Leave a Reply