Seribu Nyawa di Kotamu
Oleh: Wiwin Isti Wahyuni
Entah …
Ada debaran yang berbeda
Setiap aku pulang ke kotamu
***
“Maaf, Sayang, aku ada operasi lagi malam ini.”
“Aku ikut ya.”
Begitulah … malam-malam semenjak aku memutuskan menikah dengannya dihiasi dengan darah dan alunan musik tanpa nada. Menunggu di depan ruang ICU, menatap pada pintu barak yang didorong keluar dan masuk, senyum bahkan canda para perawat diantara tangisan para kerabat pasien yang meregang nyawa. Hidup tak sebercanda itu, bukan? Atau mereka sudah sangat terbiasa bersahabat dengan manusia di ujung sisa hidupnya.
Kakiku menari di atas dua sepatu, berhitung menit demi menit yang terlewatkan olehnya di ruang operasi. Lantas memberinya kecupan di antara peluh jika dia berhasil menyelamatkan lagi nyawa-nyawa menuju pertaubatan.
“Terima kasih, Sayang.”
“Untuk apa?”
“Untuk satu nyawa lagi.”
Senyumnya membuncah, menertawakan sisa darah yang masih melekat di antara peluh, tanpa keluh. Bibirnya bercerita tentang apa saja, cerita yang membuatku bersyukur memilikinya.
***
Hingga … pembatas itu memuntahkan semua kenangan kami. Malam itu aku merajuk. Membuatnya limbung dan hilang arah, sengaja atau tidak menabrakkan diri. Banyak darah yang tercecer karenanya, mobil putih berstiker itu hancur, nomor polisi W yang selalu membuat debarku tidak menentu ikut larut dalam aliran darahnya.
Setengah berlari aku menemukannya, terbaring diam tanpa wajah yang kukenal.
“Bagaimana kondisinya, Dok.”
“Maaf, Mbak, Dokter Firman harus menjalani operasi pengeboran tengkorak kepala. Pelipisnya hancur, dan maafkan kami, kemungkinan Dokter Firman akan kehilangan ingatannya.”
“Lakukan yang terbaik, Dok.”
Aku pasrah, menyerahkan diri dengan lantunan doa tanpa henti. Jika pun dia yang paling kucinta harus pergi.
Tawa perawat itu masih sama. Kakiku pun masih bergoyang di antara ruang tunggu di depan ICU. Yang berbeda kini kecupan setelah pintu ruang operasi terbuka. Aku tiada bisa lagi mengecup untuk keberhasilannya, aku hanya mampu menatap barak kosong tanpa penghuni, sembari menyelipkan sebait doa …
“Tuhan … dia yang kucinta sudah menyelamatkan ribuan nyawa, meski untukku dia kehilangan nyawa, kutitipkan dia pada-Mu dalam penjagaan yang Maha Sempurna.”
Memori … RS Delta Surya Surabaya
Wiwin Isti, yang selalu dan selalu ingin pulang ke kotamu.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata