Seorang Lelaki Tewas di Depan Toko Tuan John

Seorang Lelaki Tewas di Depan Toko Tuan John

Seorang Lelaki Tewas di Depan Toko Tuan Johan

Oleh: Siti Nuraliah 

 

Baru seminggu lebih Tuan Johan membeli ruko di Pasar Induk yang letaknya bersebelahan dengan toko kelontong milik Abah Komar. Rencananya Tuan Johan akan membuka toko emas dan perhiasan. Ia membuat papan nama untuk dipasang di depan tokonya dan membuat selebaran mengenai pembukaan perdana toko emasnya. Orang-orang memuji kesuksesan Tuan Johan, sebab baru satu bulan yang lalu ia meresmikan toko mebel dan toko elektronik, hari ini ia sudah membuka usaha yang lain.

Tuan Johan memang terkenal sebagai pengusaha kaya. Ia punya segalanya. Semuanya ia dapatkan dengan kerja keras—merintis dari nol. Oleh karena itu, ia membenci orang-orang pemalas, apalagi kepada orang yang bisanya hanya meminta-minta. Pernah suatu hari, Tuan Johan didatangi seorang lelaki peminta-minta. Meski sudah tidak lagi muda, perawakannya cukup kuat dan terlihat masih bisa bekerja. Namun Tuan Johan malah mengusirnya, ia tidak merasa iba sama sekali. Baginya, pantang memberi kepada orang yang sehat. Sebab itu pula Tuan Johan disegani. Salah satu orang yang menganggap Tuan Johan biasa saja hanya Abah Komar. Ia tetangga Tuan Johan dan melalui Abah Komar lah Tuan Johan dapat membeli ruko di Pasar Induk itu. 

Seperti biasa, Pasar Induk selalu ramai. Dan hari ini baru terpasang papan nama di depan toko: ‘Toko Mas dan Perhiasan Tuan Johan’. Dengan gagah dan sambil berkacak pinggang, Tuan Johan berdiri memerhatikan letak papan nama yang sedang diperbaiki oleh pekerjanya. Ia manggut-manggut setelah semuanya terasa pas.

Di sebelah tokonya, Abah Komar tersenyum melihat tingkah Tuan Johan dan istrinya yang sibuk menata perhiasan di etalase kaca. Orang-orang mulai berdatangan. Ada yang sekadar melihat-lihat, ada juga yang langsung tertarik dan membeli perhiasan di toko Tuan Johan. 

Tidak menunggu lama, dalam waktu beberapa hari toko Tuan Johan sudah ramai dikunjungi banyak pelanggan. Selain model dan variasinya cantik-cantik, di toko Tuan Johan juga pilihannya banyak. 

Pada satu pagi, Tuan Johan hendak membuka tokonya. Namun Tuan Johan dikejutkan dengan kehadiran seorang lelaki dengan baju lusuh dan kotor, sedang tertidur di beranda tokonya beralaskan kardus. Tanpa basa-basi, Tuan Johan langsung membangunkan lelaki itu dengan kakinya. Lelaki lusuh itu terperanjat, matanya masih menahan kantuk, tapi Tuan Johan segera memberi isyarat dengan tangannya agar lelaki itu pergi. Akhirnya lelaki itu menyeret kakinya, sambil membungkukkan badannya menjauhi Tuan Johan. 

“Dasar orang gila,” gumam Tuan Johan. 

Sementara itu, Abah Komar baru membuka tokonya pada pukul 08.00—satu jam lebih lambat dari Tuan Johan. Biasanya memang begitu, Abah Komar lebih santai mengenai urusan usaha. Ia tidak ingin mati-matian bekerja keras apalagi di sisa usianya yang mulai menua. 

“Bah, tadi pagi ada laki-laki yang tidur di depan toko saya,” lapor Tuan Johan kepada Abah Komar. 

“Oh, itu paling si Dul. Dia memang suka begitu,” jawab Abah Komar santai.

“Dia gila?” tanya Tuan Johan.

“Sebetulnya dibilang gila, enggak, sebab kadang-kadang dia bisa waras juga. Dulu, sih, dia juga pedagang di sini, sama seperti kita, cuman bangkrut,” jawab Abah Komar lagi, sambil tangannya tetap bergerak memindahkan barang-barang yang menumpuk di lantai ke atas etalase. 

Tuan Johan manggut-manggut, khasnya dia sambil kedua alisnya diangkat ke atas. Ia lalu tersentak saat istrinya berteriak meminta bantuan. Semakin siang, pelanggan kembali berdatangan dan semakin ramai. Banyak pelanggan-pelanggan toko lain yang berpindah haluan ke toko Tuan Johan. 

*** 

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali,  kembali Tuan Johan mendapati lelaki lusuh itu meringkuk di depan tokonya. Kali ini lantai beranda toko Tuan Johan basah, lelaki lusuh itu rupanya ngompol. Selain basah, lantainya juga kotor bekas tapak kaki dan sendal.  Sepagi itu Tuan Johan naik pitam, ia menarik kaki lelaki lusuh itu sampai ke tanah. Sumpah serapah tidak lupa ia lontarkan. Lelaki lusuh itu pergi sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya, kemudian mengambil kardus alas tidurnya dan ia lempar sembarang. Tuan Johan berang sebab harus membersihkan lantai sebelum pelanggan datang.

Tuan Johan kembali menceritakan pagi sialnya itu kepada Abah Komar. Dan seperti biasa, pembawaan Abah Komar yang santai menanggapi cerita Tuan Johan dengan biasa saja. Abah Komar malah menasihati Tuan Johan, agar tidak terlalu kasar. Setiap manusia berhak  diperlakukan sebagai manusia, selama ia tidak melakukan hal yang fatal—pesan Abah Komar kepada Tuan Johan. 

Esoknya lagi dan lagi, setiap hari, Tuan Johan mendapati lelaki lusuh itu meringkuk di depan tokonya. Ia selalu naik pitam sebab setiap pagi mendapati lantai depan tokonya kotor. Mau tak mau ia harus membersihkannya. Panas hati Tuan Johan. Kalau saja ia tidak ingat pesan Abah Komar, rasanya ia ingin sekali mencekik lelaki itu. Namun Tuan Johan sudah tidak lagi menceritakan kesialan paginya itu kepada Abah Komar. Ia sudah hafal, kalimat apa saja yang akan keluar dari mulut lelaki tua yang pembawaannya terlalu santai itu. 

***

Pukul 5 subuh, handphone Tuan Johan berdering mendapat panggilan masuk dari penjaga pasar. Tanpa jeda lama, Tuan Johan langsung menyambar kunci mobil. Setengah berlari ia menuju garasi, menyalakan mobil, dan langsung meluncur menuju pasar. Pertanyaan dari istri Tuan Johan yang terkejut melihat tingkahnya tidak sempat ia jawab. 

Di pasar, orang-orang berkerumun di depan toko. Dengan cepat Tuan Johan menyelinap ke tengah-tengah kerumunan itu. Ia kaget bukan kepalang, mendapati lelaki lusuh yang setiap hari ia usir tergeletak bersimbah darah. Luka tusukan di dadanya jelas terlihat menganga. Orang-orang saling bertanya apa yang telah terjadi. Sampai akhirnya, Tuan Johan menyadari, kunci rolling dor  tokonya telah dicungkil. Ia buru-buru masuk ke dalam. Etalase tempat perhiasannya telah hancur. Beberapa barang yang ditinggal di toko, raib. Untunglah semua emas setiap kali tokonya tutup selalu ia bawa ke rumah. Jadi, yang ada di toko hanya beberapa perhiasan KW. 

Tanpa pikir panjang, Tuan Johan langsung menyalakan layar monitor dari CCTV yang ia pasang di luar. Pada tayangan pertama, tepatnya malam tadi, Tuan Johan melihat tiga orang mendekati tokonya, jalannya sempoyongan, seperti orang mabuk. Dan lelaki lusuh itu menghalangi mereka yang hendak mencungkil kunci gembok toko. Terlihat di layar kaca itu, aksi saling dorong, salah satu dari mereka menghajar lelaki lusuh itu tepat pada ulu hatinya. Salah satunya lagi, mengeluarkan pisau dari sakunya serta menusukkannya beberapa kali di dada lelaki lusuh itu. 

Dada Tuan Johan terasa sesak. Ia kembalikan tayangan itu pada hari-hari sebelumnya. Di layar terlihat lelaki lusuh itu menggelar kardus dan merebahkan tubuhnya di sana. Tiba-tiba datang tiga lelaki yang sama, mereka mengganggu lelaki lusuh itu. Tidak cukup mengganggu saja, tapi mereka juga mengencingi rolling dor milik Tuan Johan. Ia terus melihat tayangan sebelumnya dan sebelumnya lagi,  rupanya pelaku yang mengotori lantai toko miliknya itu tiga lelaki yang sama dengan pelaku pembunuhan di depan tokonya. 

Tuan Johan lalu memanggil penjaga pasar untuk ikut melihat layar CCTV dan agar memerhatikan tiga orang yang ada di dalam layar itu. 

“Itu salah satunya, anak toko emas di depan sana,” ucap penjaga pasar sambil matanya terus melihat layar. (*)

Banjarsari, 09 Mei 2021

 

Siti Nuraliah. Perempuan sederhana kadang suka menulis kadang suka membaca. 

Editor: Nuke Soeprijono

Gambar: https://pin.it/Tojq7Kl

 

Grup FB KCLK

Halaman FB Kami

Pengurus dan kontributor

Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply