Senja Kelana
Oleh : Putri Ayu Kartini
Aku masih di sini. Dengan rinai air mata yang mengalir basi. Dengan sepi yang menggerogoti tanpa permisi. Kau pergi dengan harapan yang masih sangat ingin kugenggam, meninggalkanku tanpa sepatah kata. Lalu hadir dengan senja lain tanpa kusangka. Haha! Sangat lucu rasanya. Saat janji kemarin masih teringat jelas, saat kata cinta masih terngiang keras. Terima kasih sekali lagi. Terima kasih telah mematahkan sayap, terima kasih telah menghilangkan harap. Pergilah di pelabuhan barumu yang lebih beriak, lebih mewah, lebih menggugah. Kini aku sadar, berharap padamu adalah hal yang harusnya kulepaskan sedari dulu.
Tak henti-hentinya aku menyeka air mata yang masih sangat enggan untuk berhenti. Tak menyangka dengan apa yang terjadi. Dia yang biasa kusebut pemburu senja, pergi begitu saja. Aku mengembuskan napas pelan. Mencoba menerima kenyataan yang ada. Kembali kupandangi senja yang hampir tenggelam di cakrawala. Maaf, untuk saat ini aku tidak menyukaimu. Kehadiranmu mengingatkanku padanya. Ayolah, bukankah ini sangat lucu. Bisakah sekarang aku menyanyikan lagu “Harusnya Aku yang Di Sana”. Tidak, tidak akan lagi aku jatuh padanya. Kalimatmu masih terngiang dengan jelas di kepalaku.
“Senja Sulawesi, kamu adalah persinggahan terakhir dari sekian banyak senja yang hadir dalam hidupku. Bisakah setelah aku sukses menjadi TNI, kau kujemput menuju ikatan yang lebih suci?”
Aku masih sangat ingat kalimat itu. Apakah itu bohong? Hah, mengapa masih bertanya. Bukankah jelas sekarang. Entahlah. Waktuku dipenuhi monolog dengan diriku sendiri. Aku hanya tidak menyangka, dengan alasan aku kurang peduli, menutup diri atau apalah. Terserah! Aku kembali merenung, mengingat saat pertama kali kita saling mengenal. Jatuh cinta memang adalah hal yang abstrak. Kita tidak bisa menebak kapan, bagaimana, dan dalam keadaan apa cinta itu muncul. Aku yang begitu mencintai dunia literasi, tidak sengaja dipertemukan dalan satu grup kepenulisan denganmu, Abdul Khairul Aziz. Syair-syairmu yang begitu mengagumkan membuatku terpikat.
HAMPA
Ini adalah bahasa jiwa
Ini adalah bahasa cinta
Ini adalah bahasa kasih sayang
Ini adalah bahasa tentang kita
Namun, hanya rangkaian cerita
Di antara cakrawala dan jingganya senja
Angin semilir bertiup ke pangkuan di dalam dadamu
Yang kosong dan terasa hampa
Air mata yang berontak dengan kekuatan yang menggelora
Demi hakikat pelampiasan yang tiada tara
Kasih, sejauh mana sudah aku menyakitimu?
Sejauh mana sudah aku membiarkan dirimu?
Semua adalah keegoisan kita
Dengan kata tak sempat disampaikan oleh angin malam
Kasih, hampa sudah hatimu
Kekosongan semu pada raga yang tak bertemu
Aku ingin kembali seperti dahulu
Takdir menahan agar mata kita tak bertemu
Agar rasa kita tak menyatu
Agar jiwa kita tak lagi merasakan rindu
Pemburu Senja56
Aku sangat menyukai syair itu. Entah mengapa saat membacanya, separuh labirin hatiku menghangat. Hingga waktu pun berjalan, dan aku sadar bahwa hatiku telah jatuh padamu. Tapi saat itu aku sadar bahwa itu pasti tidak mungkin. Ini hanya dunia maya. Hingga suatu hari saat grup kepenulisan kita mengadakan meet up bareng dan ternyata kamu datang, aku baru sadar jika ternyata kamu juga orang Bandung, hanya saja kita beda kecamatan. Aku masih ingat hari itu kamu menyapaku karena juga tak menyangka jika kita sedaerah. Dari situ aku menilai kamu adalah pria yang asyik diajak ngobrol dan juga ramah.
“Kak, kenapa Kakak sangat suka dengan senja? Apa yang istimewa dari senja?”
“Sebab langit tak pernah menolak akan hadirnya sang jingga. Begitu juga kehidupan, yang tak pernah menolak takdir. Sekelam apa pun malam, selalu ada menemani dirinya ketika mulai gelisah akan gelap. Senja hadir di saat yang tepat. Meski hanya sesaat, ia tak pernah meminta untuk dipuji layaknya mentari pagi dan dirinya menjadi bermakna ketika semua paham akan cahaya itu.
Aku semakin terpesona saat itu, kala kamu menjawab pasal mengenai senja yang kebetulan aku juga sangat menyukai senja. Sejak meet up itu aku juga tidak menyangka kita akan semakin dekat, dalam artian komunikasi. Aku belajar banyak darimu tentang filsafat, puisi, dan banyak lagi ilmu kepenulisan. Hingga tepat saat hari ulang tahunku, aku sama sekali tidak menyangka kamu mengirimkan aku sebuah puisi dan setelah kamu bilang jika itu adalah ungkapan hatimu.
Maulidina
Sinar jingganya memikat hatiku
Jantungku seolah berdetak karena kehadirannya
Ya, dia sama seperti senja
INDAH …
Dia datang sejenak bukan berarti hanya sekadar singgah
Melainkan dia tidak egois
Dia juga ingin malam kelam turut tampil menyinari bumi
Dia memberi kesempatan orang lain yang juga mencintaiku
Untuk berjumpa denganku
Akan tetapi, aku hanya ingin KAMU
SENJAKU …
Pemburu Senja56
Tentu saja aku sangat bahagia waktu itu. Siapa yang tidak senang saat perasaanmu juga terbalaskan. Hingga setelah kamu mengucap janji itu, aku merasa ada yang aneh. Sikapmu berubah. Sangat posesif, cemburuan, sensian, dan merasa seoalah-olah tersakiti dengan sikapku. Padahal apa yang salah? Seharusnya kamu tahu, kita belum dalam hubungan yang suci. Aku memang mencintaimu. Salahkah jika aku menjaga jarak untuk tidak terlalu dekat?
Aku sadar kita bisa berencana sepuasnya. Tapi ingat, Tuhanlah yang menentukan. Entahlah, waktu terus berjalan dan akhirnya aku juga menyadari bahwa kamu menjauh, bahkan seperti hilang, tak ada kabar. Yang paling menyakitkan adalah saat aku mengetahui dari salah satu member grup bahwa ternyata kamu sudah menjalin hubungan dengan salah satu anggota dalam grup kepenulisan kita juga. Dan, orang itu ternyata adalah Kak Anisa. Orang yang sudah kucap sebagai kakak sendiri. Sangat menyakitkan.
Huft … aku memandang wajah yang ada dalam cermin, kusam. Aku mencoba ikhlaskan semua yang telah terjadi. Maaf, telah menyalahkan senja. Kini aku sadar, ini bukanlah sesuatu yang harus disesali. Ini adalah pengalaman berarti yang mengajariku arti mencintai. Pun jika benar itu cinta, maka tak akan mungkin berpaling muka. Senja mengajarkanku arti sebuah rela, melepaskan untuk hadirnya sebuah malam. Ya, rela melepaskan untuk hadirnya sebuah senyuman.(*)
Putri Ayu Kartini. Saat ini tengah menempuh pendidikan di IAIN Parepare. Suka dengan dunia literasi. Bisa dihubungi di WA: 083136473246.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata