Selimut Malam dan Sebuah Kisah
Oleh: Respati
Seharusnya bukan di keramaian seperti ini dua insan itu bertemu. Karena aku tahu niat mereka. Apalagi mereka duduk berbicang dekat sekali denganku, di bangku taman. Sesekali satu dari mereka bersandar padaku. Barangkali ini pertemuan tidak biasa. Atau … sebuah pertemuan terlarang? Yang jelas, dingin yang turut menyelimuti malam menjadi saksi pertemuan mereka.
“Seharusnya kita tidak di sini. Maunya aku tidak mengikuti kemauanmu tadi. Seharusnya ….”
Wajahnya tertunduk serta tangannya memainkan ujung hijabnya. Sepertinya dia panik atau kikuk, atau mungkin dia takut dengan pria di sebelahnya.
“Aku tidak melakukan hal buruk, bukan?” Pria itu menarik napasnya lalu melanjutkan ucapannya, “A-aku memang terlalu bahagia melihatmu tadi. Karena aku … aku kangen kamu.”
Mungkin benar si pria begitu merindukan wanita itu.
“Kamu masih ingat tempat ini, kan?” ucap si pria. Wanita itu hanya mengangguk malu-malu. “Aku selalu duduk di sini, di bangku ini setiap Sabtu.”
“A-aku ….”
“Kamu pasti ingat, kita berjanji bertemu di sini. Hari Sabtu. Tapi kamu tak datang.” Wajah pria itu sejenak berubah murung. “Tapi, aku tetap menunggu kamu di sini. Setiap Sabtu. Dan lihatlah, kamu akhirnya datang.”
“Tapi, Rey …. Aku datang bukan—”
“Butuh waktu lama menunggu kamu, Ann. Tapi aku tak peduli. Aku masih menyimpan cinta sekaligus kesetiaan. Biar malam jadi saksi, kalau aku benar-benar setia.”
Wanita itu terisak. Entah kenapa ia memilih menangis dengan pertemuan ini. Pria itu terlalu mendominasi pembicaraan mereka. Pria tinggi dengan jambang di wajahnya menandakan dia tidak terlalu mengurus penampilannya. Tubuhnya kurus dan matanya cekung dengan lingkaran hitam di sekelilingnya.
Pria itu terus berceloteh tentang malam yang menjadi selimutnya setiap hari. Membantunya mengusir dingin di bangku ini setiap kali menunggu kekasihnya di hari Sabtu. Dia selalu duduk di bangku itu, memandang langit dan terus beracau tentang kisah cintanya yang berakhir di hari Sabtu. Mengangkat kaki dan memeluk lututnya, lalu merebahkan kepalanya. Sedang malam menyelimutinya yang berkisah kepada entah.
Airmolek, 10.04.2019
Respati. Perempuan yang suka menghubungkan pena penulis dengan dunia nyata. Mencoba Surealis.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata