Penulis: Mimi la Rose
Tiap kali menjemput atau melewati kios buah ayahku yang telah ditutup, selalu saja aku mendapati sekantung kecil aneka buah yang masih bagus. Aku heran, sebab tiap kali aku bertanya Ayah tak pernah menjawabnya, beliau tersenyum saja. Aku menanyakan pada Ibu, tapi Ibu tak tahu, begitupun adikku.
Sesaat sebelum menutup kios, Ayah meninggalkan aku sendirian bersama sekantung buah yang tetap menjadi misteri itu. Ketika hari sudah cukup sore, truk pengangkut sampah lewat dan mulai mengambil buah-buahan yang telah busuk.
Beberapa dari pekerja memilih jeruk di antara tumpukan sampah buah untuk dimakan dan saat mendapati kantung yang disiapkan ayahku, mereka tersenyum dan membaginya dengan adil. Menyaksikan pemandangan itu membuat kedua bola mataku basah. Pemandangan indah mana lagi yang mampu mengalahkan keceriaan di wajah mereka?
Seketika itu pula, aku bergumam, “Ah, Ayah, aku beruntung sekali memilikimu. Kau mengajarkanku berbagi tanpa harus mengatakan apa pun.”
Kisah di balik kantung kecil itu membuatku ingin melakukan hal yang sama. (*)