Seindah Cakrawala Jingga

Seindah Cakrawala Jingga

Seindah Cakrawala Jingga

Oleh: Vianda Alshafaq

 

“Apa kita punya persamaan sehingga bisa bersahabat sangat akrab?” ucapmu yang membuatku tersenyum.

Entahlah, kurasa aku benar-benar harus menceritakan semuanya kembali padamu, agar kau ingat bahwa kita adalah dua sahabat yang sangat dekat. Kau tahu, kita tidak hanya punya satu persamaan. Kita punya banyak persamaan, sangat banyak. Aku tahu, kau tidak mengingatnya, tapi … aku akan menceritakaannya kembali. Satu per satu. Dan aku berharap kau akan mengingatku kembali.

“Apa saja persamaan kita?” Kau lagi-lagi mendesakku agar aku bercerita tentang kita. Baiklah, kau harus mendengarku sekarang.

Kau tahu, kita adalah dua orang pengagum senja. Kita sangat suka menghabiskan waktu bersama saat senja. Dan, kita sama-sama menyukainya. Apalagi menikmatinya di tepi pantai. Kau tahu, dulu kita sering melakukannya. Menikmati saat mentari mengecup laut yang begitu damai. Menyisakan biasan jingga yang mewarnai cakrawala. Kita sama-sama menyukai biasan jingga itu. Apalagi saat mentari menyisakan sedikit dirinya untuk tersenyum pada kita, sebelum benar-benar mendekap lautan. Ah, aku ingin kita kembali menikmatinya.

Kau ingat, pernah di suatu senja, kita menghabiskan waktu di tepi pantai. Saat itu cuaca tidak begitu bersahabat. Mega mendung menyembunyikan biasan oranye yang kita tunggu. Kita kesal dan berteriak seperti orang gila di pantai. Ah, aku malu sekali jika mengingat hal itu. Kau tahu, kita sama-sama konyol.

Apa kau juga tidak ingat bahwa kau adalah seorang pecinta musik Korea? Aku juga. Kita mempunyai idola yang sama. Kau ingat siapa idola kita? Ah, aku rasa aku tidak perlu memberitahumu. Karena kau bisa melihatnya di kamarmu. Banyak sekali album, foto, bahkan tanda tangan mereka. Ya, kita sama-sama tergila-gila pada oppa-oppa itu.

Kau tahu, kisah persahabatan kita berjalan sangat indah. Kita saling melengkapi satu sama lain. Hingga waktu meminta kita untuk sedikit bermain-main. Hari itu, aku membeli album terbaru idola kita dan mendapatkan tanda tangannya. Namun, aku lupa memberitahumu. Saat album itu tiba, kau sedang berada di rumahku. Kau marah besar. Ingat bagaimana kau merebut album itu dariku? Karena terlalu emosi, kau melemparkan album itu ke lantai. Seperti remaja labil kebanyakan, aku juga marah padamu. Bahkan aku mengusirmu dari rumahku.  Entahlah, emosi menguasai kita untuk hal sepele.

Sejak saat itu, kita tidak bicara. Kita tidak lagi bersama-sama. Kita tidak pernah lagi memandang jingganya langit bersama-sama. Hingga hari itu tiba. Hari di mana aku mendapat kabar bahwa kau mengalami kecelakaan dan kepalamu terbentur sangat keras, hingga kau seperti ini, amnesia. Aku benar-benar panik dan mengunjungimu ke rumah sakit. Namun sayang, kau tidak mengenalku.

Aku sedih karena kau mengalami hal itu. Aku bahkan mengurung diriku di kamar karena tidak tahu apa yang harus kulakukan agar kau bisa mengingatku. Aku benar-benar kehilangan dirimu.

“Apa aku terlalu menyakitimu saat merenggut dan membanting album itu?” tanyamu.

“Mmm … saat itu kita adalah remaja labil. Jadi, ya kau tahu apa maksudku.”

“Maaf,” ucapmu lirih.

“Apa kita masih punya persamaan lain?” lanjutmu.

Kau tahu, kita punya banyak persamaan. Tapi untuk hari ini, cukup itu saja yang akan kuceritakan padamu. Akan aku ceritakan lagi semuanya besok. Kita masih punya hari esok untuk menceritakan semuanya.

Tiba-tiba kau memelukku. Ini adalah pelukan yang sangat kurindukan. Pelukan seorang sahabat terbaik.

“Maafkan aku. Aku pasti akan mengingatmu lagi. Aku pasti akan mengingat semua yang pernah kita lalui. Aku janji, kita akan mengukir kisah baru yang lebih indah dari yang telah berlalu. Kau janji akan membuatku ingat semua tentang kita, kan?” ucapmu sesaat setelah melepaskan pelukanmu.

“Aku janji.”

Kau tahu, bagiku, kisah kita adalah kisah terindah yang pernah terjadi. Seindah cakrawala jingga yang kita sukai. Cepatlah ingat semua yang pernah kita lalui, agar kita bisa belajar mengukir kisah yang lebih indah dari sebelumnya. (*)

 

Vianda Alshafaq, gadis belia penikmat kata. Agam menjadi tanah kelahiran dan tempat ia dibesarkan. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan di salah satu SMA di kabupatennya. Vianda Alshafaq bisa dihubungi melalui:

Facebook: Vira Ananda

Email: pelangisenja1217@gmail.com atau viraananda17@gmail.com

Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita

Leave a Reply