Seikat Puisi Kecewa

Seikat Puisi Kecewa

Malam

Rachmawati Ash

 

Malam adalah bidadari jelita

yang siap menangkapmu dalam desah gelisah

agar sejenak kau lupa

bahwa luka itu masih basah dan menganga

 

ceritakan saja,

selembar-selembar kisah pilu

pada bintang yang gemerlap

pada bulan sabit yang genit

 

jangan berhenti menangis

mungkin itu caramu

melupakan duka

menambal luka

 

malam siap memelukmu

berjanji selalu menjadi teman bercumbu

hanya menerima cerita luka

menyimpannya, abadi tanpa ada yang tahu

 

#Padepokan Kalisoga

#Matra 2

————————–

ANJING

 

Konon binatang berkaki empat

Berkembangnya teknologi

Bertransformasi berkaki dua

Tidak menggonggong tidak menggigit

 

Anjing yang lapar

Tuan memungutnya

Anjing dibuai kenyang perutnya

Akan setialah pada Tuannya

 

Belajar mengendus

Lihai menjilat

Makin pandai bicara pula

Bahkan ahli jadi mata-mata

 

Bukan lagi binatang liar

Namun peliharaan kesayangan

Naluri anjingmu lebih berbahaya

Daripada Anjing yang sebenarnya

 

#30.10.2019

————————————

Panah Asmara

 

Jleb

desiran seperti anak panah terlepas

menembus kulit dan menancap di  daging

angin terdengar lebih detail

telingaku tajam menerima asal suara

Helai-helai sayap putih bersih

perlahan-lahan mencium bumi

hatiku berdesir

menunggu pemilik sayap

tak kunjung muncul

Aku menyimpulkan

seseorang telah bermain anak panah

melepaskannya dari pangkal busur

tepat pada sasaran bidikan

 

helai-helai halus putih bersih

telah sampai di tanah

diseret angin, perlahan-lahan

aku memandangnya

tapi tak bermaksud memungutnya

 

tanpa suara, tanpa gema langkah

sosok pria berdiri di hadapanku

melepaskan anak panah

tepat di dadaku

 

Aku rebah, jatuh telentang

Tanpa daya aku kepayang

Tanpa sakit, darah maupun luka

pria ini melepaskan anak panah

tak luput dari jantungku

 

29.10.2019

———————————————

PERTUNJUKAN TOPENG MONYET

 

Genderang kecil bertalu-talu

Orang bodoh telah memukulnya

Berkali-kali dan berulang-ulang

Alunannya sedih dan murahan

 

Aku melompat, jungkir balik

Berlenggak-lenggok dalam ikatan kaki

nyengir, melawan getir dalam hati

Topeng monyet terus menari

Mengikuti keinginan lecut cemeti

 

Tuan mengancam,

Tak memberiku makan,

Tangannya memukul geram,

Matanya melolot hampir keluar

 

Monyet masih menari

Monyet terus beraksi

Di bawah tekanan pisang uli

 

tuan gembira makin girang

Mendapat recehan dilempar orang

Masuk kotak berbunyi nyaring

Semakin penuh bertumpuk riuh

 

#Puisi Paradoks

#Rabu, 16.10.2019

——————————————

Sepeda-Sepeda Rusak

 

Datang berserak kondisi rusak

Tulang belulang dibanting dipatri

Setang bengkok tanpa tengkorak

Mengaduh siapa peduli                                

 

Dikata orang rongsok melarat

Bagian-bagian tubuh berkarat

Sendi-sendinya sekarat

Lidah berucap memohon berkat

 

Sepeda-sepeda rusak

Diserahkan padaku dengan murka

Mataku menangkap belas kasihan

Menyambut dengan tatap nanar

 

Baut, sekrup, dan pedal

usang penuh luka goresan                                

Mungkin habis kecelakaan

Rantainya putus sembarangan

 

Tubuh gemetar

menerima tangan-tangan jeruji

Terpilin rumit oleh tekanan

Pikirku habis mencari jalan keluar

Terbit kalimat menyerah,

Terkadang menjerit mengerang

mengerahkan kekecewaan

Masih ada pilihan, menang atau gagal

 (16.10.2019 Dedikasi untuk murid pindahan)

—————————————–

Sebelum Matahari Turun

 

Sebelum matahari turun

Kuingin kau meminangku

Sebelum bayangan berlalu

Kuingin kau memilihku

 

Matahari

Harusnya kau tahu

Melati sedang merindu

segeralah sembunyi dan berlalu

 

Sebelum matahari turun          

Kerinduanku seperti sumur

Dalam dan penuh dendam

Tak tahu siapa yang harus kumusuhi

Jiwaku tersumbat amarah yang pekat

 

Hatiku yang demikain renta

Memohon jawaban yang maha kucinta

 

Aku berdiri kaku

Air mataku bercampur debu

menggambarkan tanah kering

yang merindukan hujan

 

Sebelum matahari turun

Bolehkah kau teteskan kasih

Agar durjana berubah basah

Cinta kasih meruah dan melimpah

 

#Melati Rindu Hujan#Kemarau Panjang

#10.10.2019

——————————————-

Sajak Kesetiaan

 

Mendadak Debar sibuk di dada

Pertemuan berkala tidak disengaja

Bukan mustahil sepertinya

Harum itu meresap dalam tulang rawan

 

Senyum di bibir ranum

Menyusup dan bertukar wangimu

Aku terkulai menyentuh rindu

Terkejut kembali datang wajahmu

 

Sewaktu daun pintu terbuka

Menyeruak wangi rambutmu yang basah

Tercium dari celah-celah rahasia

Aku mundur beberapa langkah

 

Aku terpanggang, terhempas dan kuyu

Bahkan melihat wajahnya pun aku tak mampu

Hati yang sempat melompat-lompat

Jatuh teduh menyimpan rasa rapat-rapat

 

Aku berusaha keras

Bergenggam pada setia

Meski telah kuberi secercah celah

Aku menyesal, Berjanji harus menang

 

meski tak kumungkiri

penasaran menderu menggebu

 

tiba-tiba muncul begitu kuat

kerinduan mengalir tipis di nadiku

Aku belingsat,

terperanjat,

terlintas kembali warna wajahmu

Aku terjaga dari pengkhianatan

 

(04.09.2019)

————————————————-

KENCAN

 

Di ujung bentang hari

Langit kehilangan warna biru

kuterima pesan untuk berkencan

Kusembunyikan senyum tersipu

 

Setengah gila aku disergap bimbang

Kesetiaan membuatku terpenjara

Seperti angin topan membelah malam

Tawaran yang bedebah

 

Kencan ini adalah ilusi

Godaan picisan yang membuatku lupa

Pengkhianatan yang tak sebanding

Dari cintaku padamu

 

Terang saja aku menolaknya

Aku adalah kekasihmu

Aku adalah Belahan jiwamu

 

(05.08.2019)

———————————————-

SELEMBAR RINDU

 

Setangkai mawar

Berbincang dengan hujan

Bertukar selembar kerinduan

 

Setelah itu,

Berkali-kali saling memuji

Selalu karib dalam pertemuan

Menuntaskan salam yang tak tersampaikan

 

Seekor kupu-kupu Bersembunyi

Di balik sebatang ilalang

Mengikuti gerak angin ke kiri dan ke kanan

Mencuri dengar perbincangan

 

Setangkai mawar tersipu

Saat hujan perlahan mengecupnya malu-malu

 

(22.11.2109)

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply