Secangkir Teh Kematian (Episode 6)
Oleh: Veronica Za
Detak jam dinding menjadi satu-satunya suara yang terdengar di ruangan ini. Meski sebenarnya ada sepasang manusia yang kini tengah bersitatap. Bukan! Bukan sengaja berpandangan seperti kisah romantis yang biasa tersebar di internet. Bukan pula saling mengagumi kelebihan fisik masing-masing. Wajah pucat pasi menghias salah satu dari mereka, sedangkan seorang lagi tampak sangat tak percaya dengan apa yang sudah ia perbuat.
Salma memutus kontak mata dengan Revan dan beralih pada pecahan beling di lantai dan … satu sosok yang terbujur kaku. Kucing kesayangan mamanya mati setelah meminum air teh yang tumpah dari cangkir pecah itu. Belum lagi Salma bertanya maksud tepisan Revan pada cangkirnya, kini malah mendapat jawaban yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Apa artinya ini?
“K-kamu …,” Salma tergagap kehabisan kata-kata padahal dalam benaknya banyak sekali pertanyaan untuk lelaki di hadapannya itu. “Apa kamu berniat membunuhku?” lirih Salma akhirnya.
Revan tersentak dan berusaha mengontrol emosi juga ekspresi di wajahnya. Ia tak menyangka jika akan terbongkar secepat ini. Perlahan, Revan melangkah ke arah Salma yang terlihat gemetar ketakutan.
“Aku bisa jelasin—” ucapan Revan terputus kala melihat Salma yang mundur beberapa langkah dengan panik. Entah kenapa Revan malah kecewa melihatnya. Harusnya ia senang karena musuhnya kini takut padanya.
“Ja-jangan mendekat!”
“Harusnya kamu bertanya sebelum kamu takut padaku,” kata-kata Revan membuat Salma berdiri kaku. Sosok lelaki yang bersahabat dan ia cintai kini menampakkan wajah aslinya. Dingin dan penuh dendam tersirat dari suara dan matanya yang tajam.
“A-apa maksudmu?”
“Bukankah kamu selalu mengingat masa lalu kita? Harusnya kamu juga ingat kenapa dan bagaimana papaku bisa meninggal.” Sorot mata yang tadinya teduh kini seakan berkobar hendak menghanguskan Salma yang tak berdaya.
“Papamu kecelakaan,” spontan Salma menjawab. Ia sama sekali tak mengerti akan maksud perkataan Revan.
“Salah. Kecelakaan itu hanya alibi bagi pembunuhnya. Kecelakaan itu disengaja. Perlu kamu ketahui kalau dalangnya adalah papamu sendiri!”
Salma terdiam mencoba mencerna ucapan Revan. Setega itu ia menuduh Papa adalah pembunuh. Bukannya polisi juga sudah menutup kasus itu sebagai kecelakaan murni? Tuduhan ini tak berdasar.
“A-apa kamu punya bukti?”
Revan tak menjawab, hanya seringai di wajahnya yang membuat Salma ketakutan. Lelaki itu kembali melangkah menuju pintu keluar. Saat langkahnya mencapai pintu, Revan berbalik dan berkata penuh penekanan, “Tanyakan itu pada papamu tercinta! Setelah kamu yakin, hubungi aku dan pertanggungjawabkan semuanya.”
Salma tergugu memandang kepergian Revan yang penuh amarah. Siapa yang harus ia percaya saat ini?
***
Dua hari Salma bersembunyi dalam kamar setelah kejadian hari itu. Papa-mamanya mulai khawatir. Pasalnya, Salma bukan seorang gadis introver yang suka menyendiri. Berkali-kali mereka mengetuk pintu kamar tanpa mendapat sahutan dari dalam. Mama Salma menyarankan suaminya untuk mendobrak kamar Salma.
“Satu … dua … ti—“ sebelum hitungan berakhir di angka tiga, Salma membuka pintu membuat kedua orangtuanya terkejut. Wajah anak gadisnya tampak sangat menyedihkan. Lingkaran hitam begitu pekat di bawah matanya yang juga terlihat sembap. Pasti ia banyak menangis.
“Apa yang terjadi sama kamu ketika kami pergi? Kenapa kamu seperti ini? Dan juga di mana Bong-Bong?” cecar Mama yang penasaran. Papa hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan istrinya. Masih saja wanita itu menanyakan kucing kesayangannya di saat seperti ini.
Salma tetap membisu hingga akhirnya ia digiring orangtuanya duduk di sofa ruang keluarga. Interogasi yang hanya dijawab dengan kebungkaman membuat mereka kesal dan curiga jika ada hal mengerikan yang terjadi hari itu.
Kedua orangtua Salma menghela napas. Mereka lelah dan hampir menyerah di saat akhirnya Salma mau berbicara.
“Ma, Pa! Bong-Bong mati.” Salma menangis. Lagi.
“Apa?” Mama terkejut untuk ke sekian kalinya hari ini. “Bagaimana bisa?” tanyanya lagi.
“Mati keracunan.” Isakan kian terdengar jelas dari bibir gadis itu.
Mama memeluk Salma erat meskipun sebenarnya ia bingung. Bagaimana bisa Bong-Bong keracunan dan kenapa Salma sesedih ini? Papa hanya menatap keduanya penuh arti.
Salma menangis tersedu dalam dekapan sang Mama. Gadis itu tak berani bertanya. Ia takut. Takut jika apa yang dituduhkan Revan itu adalah fakta. Ia tak siap mendengarnya.
***
Salma mengendap-endap masuk ke ruang kerja milik papanya di rumah. Untungnya tak terkunci sehingga memudahkan ia untuk mencari tahu kejadian tujuh tahun lalu itu. Entah apa pun itu yang pasti ia masih yakin jika tuduhan Revan itu salah besar dan ia akan membuktikannya.
Berbekal penerangan berupa senter kecil, Salma membuka satu per satu laci meja kerja papanya. Ia hanya menemukan tumpukan kertas dan dokumen perusahaan di sana. Matanya menyapu ke seluruh ruangan yang minim cahaya itu dan berhenti di lemari besar di sudut ruangan. Dari sekian banyak buku dan berkas di sana, ada satu yang membuatnya penasaran. Semoga ia mendapat sesuatu. Apa pun!
Perlahan ia membuka lembar demi lembar berkas itu. Benar saja, berkas itu berisikan data tentang berita kematian papa Revan. Mulai dari guntingan berita dari koran pada hari nahas itu hingga beberapa foto di tempat kejadian. Mobil yang hancur, pagar pembatas jalan yang penyok serta darah yang terciprat di sekitarnya.
Mual. Itu yang ia rasakan ketika melihat darah yang menutupi kaca bagian depan mobil papa Revan. Haruskah ia berhenti? Ia harus berhenti sebelum benar-benar muntah. Ketika ia hendak mengembalikan berkas itu pada tempatnya, sebuah foto terjatuh mengenai kaki. Foto seorang wanita dengan perut yang membuncit. Wanita yang cantik, pikir Salma.
Dreeekk!
Bunyi pintu terbuka membuat Salma membalikkan badan tiba-tiba. Matanya melebar menatap siapa orang yang berdiri di ambang pintu itu. Foto di tangannya terjatuh seketika.
“Sudah ketemu yang kamu cari?”
Bersambung ….
Veronica Za, penyuka roman-komedi. Karyawan swasta yang bermimpi menjadi seorang penulis. Pernah mengikuti beberapa event menulis di FB. Salah satu hasil event yang dibukukan adalah Antologi Mithomania Challenge berjudul Bias Nyata. FB/IG: Veronica Za, Wattpad: VeronicaZa7, Email: veronica160.vk@gmail.com
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata