Sayembara Kunci Motor

Sayembara Kunci Motor

Sayembara Kunci Motor
Oleh : Rachmawati Ash


Bertugas menjaga keamanan Sekolah terlalu menyenangkan untukku. Setiap pagi dan siang aku harus berjaga di pintu gerbang sekolah dengan Pak Satpam dan guru pendamping lainnya. Membantu warga sekolah dan pengguna jalan yang melintas di depan sekolah untuk menyeberang.

Alasannya memang sederhana, selain aku menyukai kedisiplinan aku juga bangga mendapatkan logo yang ditempelkan di seragamku. Terlihat keren. Selain itu aku dan team punya wewenang mengambil barang-barang atau benda-benda yang tidak seharusnya dibawa ke sekolah. Sebagai ketua Pratoli sekolah aku sudah memiliki empat karung benda sitaan selama dua bulan terakhir ini.

Gadis-gadis di sekolah sangat membenciku, jelas saja karena aku tidak segan-segan menegur dan meminta kaus kaki selain berwarna putih, perhiasan imitasi atau aksesoris lainnya. Banyak siswa dan siswi yang tidak menyukai sikapku yang terlalu idealis. Terutama adik kelasku, mereka akan segera menghindar jika berpapasan denganku.

**
Matahari sudah sangat terik siang ini. Anak-anak SMA Permata sudah hampir seluruhnya keluar dan meninggalkan sekolah. Hanya ada beberapa anak yang masih sibuk dengan kegiatan ekstra kurikuler. Aku dan team mengemas perlengkapan lalu lintas ke dalam sekolah.

Sebelum aku meninggalkan sekolah aku meneliti kembali keadaan di sekitar. Mataku menangkap sesuatu yang menarik hatiku untuk mengambilnya, lebih tepatnya, menyelamatkannya. Kunci motor dengan gantungan berbentuk hati tergeletak di halaman sekolah. Segera kuambil, kubuat pengumuman agar pemiliknya segera menemuiku untuk mengambilnya.

Sekolah hampir bisa dikatakan sepi. Matahari juga sudah hampir tenggelam di senja sabtu ini. Aku masih menunggu pemilik kunci motor menemuiku. Namun nihil. Sore hampir habis, aku memutuskan untuk pulang. Kutemui pak Satpam di ruangannya, menyerahkan kunci, tetapi pak satpam menolak karena akan berganti piket dengan satpam lainnya. Takut dan khawatir lupa menyimpannya.

Kami putuskan memasukkan motor ke gudang di belakang kantin. Pak Satpam melihat wajahku letih dan berpeluh karena terlalu lama berurusan dengan kunci motor. Aku mengangkat bahu, tersenyum kecut padanya. ” Siapa tahu pemilik kuncinya gadis cantik, Ham”. Pak Satpam menepuk pundakku. Aku tertawa dan berjalan di belakangnya. ” Ya, Kalau yang punya laki-laki akan menjadi sahabatku, kalau perempuan akan menjadi kekasihku, hehehe”. Pak Satpam ikut tertawa dan mengulurkan telapak tangannya untuk ‘Tos’ denganku.

***
Pengumuman kunci motor sudah diulang-ulang, namun belum ada satu pun penduduk sekolah yang menemuiku. Aku melanjutkan ikut pelajaran hingga selesai. Istirahat pertama aku berhambur ke kantin bersama Dito dan Dimas. Perutku sudah sangat lapar, cacing membabi buta menendang-nendang sesuka hatinya.

Dito menghentikan langkah membawa mangkok sotonya, kami melihat pertengkaran hebat di belakang kantin. Risma, sedang menangis tersedu-sedu. Bayu menunjuk-nunjukkan jarinya ke wajah Risma. Aku tidak tega melihatnya, tapi aku tidak mau ikut campur urusan mereka.

Pulang sekolah, Dito dan Dimas kedua sahabatku piket patroli di depan sekolah. Aku duduk di depan kelas melanjutkan catatan Kimia yang tertinggal. ” Kak Ilham, kan?” suara Risma yang datang tiba-tiba membuatku terkejut. Aku mengangguk. Meletakkan bolpointku di atas meja. ” Risma? Tumben belum pulang?” Aku bertanya berbasa-basi padanya. Gadis bermata bulat ini memang mencuri hatiku sejak pertama masuk sekolah. Aku mulai menyukainya saat Mengisi materi MOS penerimaan siswa baru. Semua teman-temanku tahu itu. Tapi Bayu lebih beruntung, Dia mendapat Risma lebih cepat dari pada aku.

“Aku mau pulang, mana kunci motorku?”. Suaranya terdengar serak seperti habis menangis. Ah, iya, tadi dia memang menangis di belakang kantin, kan?. Aku segera berdiri, berjalan ke ruang patroli untuk mengambil kunci. Risma mengikuti di belakangku. Aku memilih diam dan tidak melihatnya. Aku takut akan jatuh hati padanya, adik kelasku yang cantik.
” Kak Ilham, terima kasih, ya, sudah menyimpan kunci motorku, kemarin aku sudah mencarinya, tapi nggak ketemu juga, aku pulang diantar bayu”. Risma menjelaskan dengan lengkap alasannya padaku. Tiba-tiba aku merasa cemburu. Aku tidak suka mendengarnya menyebut nama Bayu.
” Iya, tidak apa-apa”, aku menjawab sesingkat-singkatnya. Membuka laci meja dan memberikan kunci pada Risma. ” Boleh minta tolong keluarkan motorku dari gudang?”, suara Risma yang penuh permohonan membuatku tidak bisa menolaknya. ” Oke, kita ke sana, kita ambil motornya”. Aku tersenyum. Senyum pertama yang kuberikan pada gadis di sekolah ini. Entah, untuk Risma aku tidak pelit untuk menarik bibirku ke kiri dan ke kanan. Aku tersenyum. Risma membalas senyumku, manis sekali.

” Jadi bener yang dibilang teman-teman, Kamu suka sama pacarku?”. Suara laki-laki terdengar tinggi di belakang kami. Aku menolehkan kepala, tepat dengan sambutan kempalan tangan Bayu di mata kananku. Aku sepoyongan. Risma menjerit, mendorong tubuh Bayu menjauh dariku.
Pandanganku berkunang-kunang. Dasar pengecut, kenapa memukul orang sebelum lawanmu belum siap berkelahi? Aku mengumpat dalam hati. Menjaga keseimbangan tubuhku agar tidak tumbang di depan Risma. Aku melayangkan tinju ke arah Bayu, bermaksud membalas pukulannya. Bayu menangkis pukulanku, terang saja dia menang, curang. Laki-laki macam apa menyerang orang dari belakang? Aku maju beberapa langkah, memukul wajah Bayu. Suara serak Risma semakin histeris melihat kami berkelahi.

Aku memukul Bayu bukan karena aku menyukai Risma, bukan. Aku bukan tipe laki-laki seperti itu. Apalagi Risma sudah punya pacar teman seangkatanku. Aku memukulnya karena jiwa laki-laki yang terbakar saat dipukul oleh orang lain. Terang saja aku tidak terima.

Bayu mempercepat langkah meninggalkan Aku dan Risma di gudang belakang kantin. Aku menahan sakit di mata kananku. Berkali-kali Risma mengucapkan maaf padaku, tapi aku tidak peduli. Aku mengeluarkan motornya dari gudang, menuntunnya ke halaman sekolah.
” Harus dengan cara apa aku minta maaf pada Kakak?” Risma memandangku dengan wajah memelas. Aku tidak menjawab. Aku pergi ke kelas mengambil tas dan bukuku. Dito dan Dimas terkejut melihatku penuh lebam di mata dan wajahku. Risma menceritakan kejadiannya, tapi aku memilih pulang meninggalkan mereka. Hatiku bersumpah serapah pada laki-laki pengecut macam Bayu. Bagaimana bisa dia memukul orang yang menolong pacarnya dari kesusahan? Bukannya mengucap terima kasih malah menuduhku merebut pacarnya. Benar-benar pengecut.


**
Dito memberikan sebuah bungkusan kecil padaku. Senyum nyengir, memperlihatkan giginya yang gingsul dan tidak rapi. “Apa ini?” Tanyaku menerima bungkusan itu. ” Bom!” jawabnya menonyol kepalaku. Aku membalasnya dengan rangkulan dipundaknya.

Gantungan kunci Naruto, aku tersenyum saat membuka bungkusan itu. Kuteliti nama pengirimnya. Risma, adik kelas yang selalu merepotkanku mengirimkan hadiah untukku. Konyol. Seperti anak kecil saja. Aku tersenyum-senyum membaca kertas kecil di dalamnya.

Bayu memutuskanku kemarin sore. Kak Ilham punya banyak kesempatan mendapatkanku.

Aku menunggu. Risma.

Rachmawati Ash, vegetarian sejati tetapi tidak suka makan buah-buahan.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply