Satu Jam Setelah Patah Hati
Oleh : Imas Hanifah N.
Ritual Sebelum Menulis Ini (1)
Ada yang mengendap-endap ke dalam
pikiran
Kata-kata yang sembunyi-sembunyi tapi tetap ketahuan
Aku duduk
Aku diam
Mengabdikan diri pada dini hari
Mencintai sunyi, umpama
Kertas-kertas berderet rapi
Aku masih menyelami
Satu demi satu imaji
Realita yang saling bertabrakan
Sudahi, kata bayangmu
Aku menulis kata-kata lagi
Sebelum patah hati, setelah patah hati, selalu
Tak pernah, aku bisa berhenti.
Ritual Sebelum Menulis Ini (2)
Di persimpangan kantuk
Aku mencari debar
Mencari rasa
Demi menggenapkan aksara
Mulai menggoreskan tinta
Duhai hati, ceritakan ….
Segala sesuatu yang masih tertutup rapi
Ceritakanlah ….
Semakin cepat selesai semua ini
Semakin baik bagi hati untuk menata kembali
Satu Jam Setelah Patah Hati
1
Kesunyian mendadak dekat
Aku berdiri kembali sebagai pecahan
Mendedikasikan kepada sunyi
Segenap resah dan cermin
Kata-kata tidak sinkron
Aku jatuh ke dalam
Sesuatu yang selalu disebut orang sebagai kehancuran
Biar patah, patah sekalian
Biar hancur, hancur sekalian
Biar mati, mati sekalian
2
Lorong waktu mendekapkan segala ingatan ke dalam kepala yang lumayan membaik
Setelah ditumpuki es batu dan kenangan
Ada banyak alasan
Untuk tertawa
Sambil menangis
Kepala ini tidak sedang sakit panas
Konyol sekali
3
Aku datang padanya
Dan dia tahu aku kangen
Sumpah, ini bukan karena aku sedang patah
Ia bukan pelarian, sungguh
Aku hanya perlu seseorang untuk mendengar
Aku mengetik pesan,
“Aku patah.”
“Aku hancur.”
“Aku jatuh.”
“Aku takut.”
Dan menunggu bermenit-menit balasannya
Menunggu
Sambil menebak-nebak bagaimana ekspresinya
Sedih
Senang
Atau biasa saja
Aku datang
Dia tahu aku kangen
Ah, semudah itu perasaanku ditebak
Satu Hari Setelah Patah Hati
Ada yang tak kumengerti
Menggelitik
Serta membuatku ingin tertawa
Aku baru saja jatuh karenamu
Tapi kamu juga sedih
Tinggalkan, ucapku
Tapi kamu terus datang
Mengirim pesan
Memohon agar aku tidak bersedih
Tunggu, ini lucu
Kamu bisa pergi
Tinggalkan aku yang patah hati
Tapi tidak, kamu masih di sini
Hubungi aku, kapan pun kamu mau, aku akan menjawab, katamu
Aku sedikit merasa aneh
Sial, kamu terlalu berharga
Untuk berhenti diperjuangkan
Dua Hari Setelah Patah Hati
Aku masih mengeja barangkali
Tak ada salahnya kembali
Bahkan mengemis atau memohon
Tentang untuk tidak diabaikan
Kesemuanya semacam perih yang tak menemui betadine
Diam di tempat dan menunggu obat datang
Untuk apa disembuhkan, kata aku yang lain
Kesedihan bisa jadi barang langka untuk beberapa orang
Mari nikmati
Tiga Hari Setelah Patah Hati
Ternyata memang benar
Kesedihan bisa jadi bahan yang menarik
Untuk membuat beberapa adonan
Kue-kue yang menghasilkan pujian
Karena pada dasarnya, semua orang membutuhkan semua rasa
Asam, manis, pahit, asin ….
Semuanya terlalu penting
Untuk tidak dicecap
Setidaknya, setiap manusia harus
Merasakannya sekali seumur hidup
Tasik, 2019
Imas Hanifah Nurhasanah. Wanita kelahiran 22 tahun silam ini bercita-cita menjadi penulis sejak kecil. Ia juga menyukai jus alpukat, kucing dan kelinci. Keinginannya menulis berawal dari kebiasaan sang ibu yang terus memberinya buku bacaan ketika masih di Taman Kanak-kanak. Majalah Bobo, Mangle dan bacaan lainnya.
Ia bisa dihubungi via sosial media di facebook: Imas Hanifah N atau Ig: @hanifah_bidam.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata