Rukiah
Oleh: Respati
Kayla Nisa. Wajah cantik dengan tubuh berbalut kebaya borkat putih dan kerudung senada. Kulit bersihnya sangat serasi dengan warna kebayanya. Ditambah riasan yang sederhana di wajah mulusnya membuatnya bertambah cantik.
Sejak tadi Kayla memainkan kedua jempolnya. Sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu. Kayla menunduk dan terlihat wajahnya begitu tegang.
“Mbak …,” sapa Marwah, adiknya, “ngapa? Deneng pucet?”[1]
Kayla menatap Marwah sekejap, kemudian menunduk lagi. Marwah buru-buru mendekati kakaknya dan duduk di sebelahnya. Ia mengelus punggung kakak perempuannya, mencoba menenangkan. Pernikahan yang sudah lama dinantinya pasti sedikit banyak membuatnya gugup.
“Ana Bapak, Dek,[2]” ucapnya bergetar.
Marwah makin gusar. Diusapnya pelan tangan Kayla.
“Ndonga nggo Bapak, Mbak.”[3]
Kayla mengangguk pelan. Marwah menghela napas panjang. Ia maklum dengan perasaan kakak nomor duanya itu. Sepertinya yang dilihat Marwah bukan ilusinya saja namun benar adanya. Kayla paling dekat dengan almarhum Bapak. Mungkin Bapak benar datang menjenguk kami di hari pernikahan Kayla.
Di lantai bawah rumah Kayla, proses akad nikah sedang berlangsung. Abbas Mahmud mengucapkan akadnya dengan lancar. Itu berarti sudah sah Kayla menjadi istri Abbas, anak teman lama Ibu. Kayla terpaksa menerima perjodohan ibunya karena usianya yang semakin bertambah. Menurut ibunya, terlambat menikah hanya akan membuat keluarga malu karena anaknya menjadi perawan tua. Yah, itulah Ibu. Setiap kemauannya sangatlah sulit untuk dibantah oleh ketiga anaknya.
***
“Key … Jeki ra tau mampir maning?”[4] tanya Ibu suatu sore.
Kayla berpikir keras mencari alasan yang tepat. Setelah berputar-putar mencari kalimat paling tepat sebagai alasan untuk Ibu, Kayla menjawab, “Eehm … Mas Jeki sibuk, Bu.”
Kayla menutup pembicaraan dengan ibunya seraya beranjak ke pintu depan. Ada tamu mengetuk pintu dan Kayla membukanya.
“Assalamualaikum, Key ….”
“Walaikumsalam, Mas.”
Dandi muncul dari balik pintu dengan menyungging senyum khasnya. Dua bulan terakhir Kayla dekat dengan Dandi. Lelaki pengganti Jeki yang memilih putus darinya.
“Mas, ke mana saja?” tanyanya setelah sekian lama mereka berdiam diri.
“Gak ke mana-mana. Aku sibuk kerja.”
“Ooh ….” Pembicaraan mereka hanya sampai seputar pekerjaan.
“Haloo … kok bengong?”
Kayla tergagap. Dan membetulkan duduknya yang tak salah. Sore yang tiba-tiba mendung menghiasi cakrawala, menemani kebersamaan Kayla dan Dandi. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi terlihat Dandi beranjak dan pergi. Sementara Kayla menundukkan kepala dan menutupi wajahnya. Sepertinya selesai juga hubungan Kayla dan Dandi.
Kembali Kayla teringat Jeki. Ah, laki-laki ternyata sama saja. Mengikat simpul lalu melepasnya kemudian. Membuyarkan angan yang sedang terbentuk.
***
Demikian Kayla yang selalu gagal menjalin kasih dengan beberapa lelaki dan berakhir begitu saja, tanpa alasan jelas.
Hingga ide ini pun mengemuka, Kayla menjalani rukiah. Tidak ada sesuatu yang kebetulan. Lihatlah hasilnya sangat mengejutkan. Sebuh sumpah! Ya, sebuah sumpah pernah terlontar untuk Kayla.
“Mbak Key mbiyen sering ngomehi Mbah Surip,”[5] jelas Marwah.
Sumpah? Semua yang berkumpul tertegun dan seakan tak percaya Kayla pernah melukai hati Simbah.[6] Kayla hanya tertunduk, isakannya mulai terdengar jelas. Tangisannya mewakili penyesalan terdalam di hatinya. Namun, tidak dapat mengubah apa yang pernah terjadi di masa lampau. Sudah terlanjur terjadi. Dan sudah ada hati orang tua tersakiti.
Apa ini karma yang menghambat langkahnya dalam mendapatkan jodoh? Atau karena memang Allah belum memberinya kesempatan? Apa pun itu, Kayla banyak belajar dari rukiah-nya.
Apa yang harus dilakukan Kayla adalah solusi dari masalahnya. Memohon maaf kepada Simbah. Dengan Kayla bersungguh-sungguh membersihkan dirinya dari kesalahan masa lalunya.
Apakah karena rukiah atau perjodohan ibunya, yang jelas Allah menghadirkan seorang lelaki untuk menjadi suaminya. Abbas Mahmud. (*)
Catatan:
[1]: Kenapa? Kok pucat?
[2]: Ada Bapak, Dek
[3]: Berdoa saja untuk Bapak, Mbak
[4]: Jeki gak Pernah mampir lagi?
[5]: Mbak Key dulu sering memarahi Simbah Surip
Rumah, 16.05.2018
Respati, belajar jadi penulis.
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata