Review Novel “Ustadz Playboy”
Oleh : Fathia Rizkiah
Aghwani bukan hanya simbol kecantikan dan keanggunan. Aghwani adalah cinta suci dan kehormatan. Dalam dirinya berkumpul segala kesempurnaan jati diri wanita. Maka, siapa saja yang mengenal Aghwani, akan mengenal manisnya air cinta yang jernih nan suci, di tengah dunia yang penuh keglamoran.
Fadli, seorang ustaz yang memiliki kedalaman ilmu, menjadi salah satu yang beruntung. Garis takdir mempertemukan Fadli dengan Aghwani. Maka, ia pun merasakan apa yang selalu menjadi cinta dan doa semua lelaki di dunia ini: meraih puncak kesucian cinta. Tapi cinta Aghwani, didapat oleh Fadli melalui sebuah perjuangan. Tak mudah Aghwani mempercayakan cintanya. Tak mudah juga bagi Fadli merebut cinta Aghwani. Di sini, terjadi dialog “keyakinan” antar keduanya. Dialog antar Islam dan Kristen. Dialog itulah yang kemudian mengantarkan keduanya ke altar cinta.
Namun, saat Fadli hampir meraih kesempurnaan cinta Aghwani, masa lalu menjeratnya. Kisah cinta yang pernah ditinggalkannya dahulu, datang kembali. Nama wanita itu Ayu. Ia hadir di saat yang tidak tepat, namun dengan “wajah baru”. Ayu tak lagi seperti dulu: telah berubah sesuai keinginan Fadli.
Fadli bimbang. Dilema menyergapnya. Sementara cinta Aghwani terus melantunkan tasbih di telinganya. Bagaimana Fadli akhirnya menemukan makna di tengah problem cintanya?
Inilah kisah cinta dua negeri yang paling romantik, berliku, dan kaya akan makna. Sebuah kisah cinta yang berbalut kesucian sejalan dengan pergolakan menemukan makna hidup, menuju titik bening cinta Ilahi.
Ingin tahu bagaimana “Ustadz Playboy” berdakwah? Baca buku ini …!
Ustadz Playboy, bercerita tentang seorang laki-laki asal Indonesia bernama Fadli yang melanjutkan pendidikannya di Damaskus. Bukan kemauannya untuk menimba ilmu di negeri orang, tapi karena keinginan ayahnya lah ia terpaksa menerbangkan diri dan menuntut ilmu di sana.
Fadli, anak yang lahir dari keluarga agamis. Keluarga yang rata-rata memiliki wawasan ilmu yang luas dan tidak mau ilmunya dimiliki sendiri, mereka lebih suka berbagi. Dalam 500 halaman novel ini, banyak sekali ilmu yang dijelaskan secara gamblang. Tidak jelas temanya ingin menjelaskan tentang apa, karena semua pembahasan random yang mungkin melintas saat penulis sedang menulis novel ini, dituangkan semua. Untuk membaca novel ini ada dua opsi pembaca, pembaca yang mungkin suka dan kemungkinan juga tidak.
Untuk kamu yang kurang suka dengan cerita fiksi yang cara penyampaiannya dijabarkan secara terang-terangan, kemungkinan kamu tidak suka dengan novel ini. Karena akan terkesan seperti sedang diceramahi atau seperti menyimak guru menjelaskan pelajaran sekolah secara panjang lebar di depan papan tulis.
Namun, untuk kamu yang suka mengambil pesan dari setiap buku yang kamu baca, kamu pasti suka buku ini. Pasti! Kenapa? Lewat buku novel ini kamu tidak perlu lagi menebak-nebak apa yang ingin disampaikan penulis, karena semua yang kamu cari sudah terpampang jelas.
Selama membaca novel ini, terkadang saya berpikir ini bukanlah novel, ini sama saja seperti buku ceramah yang dibumbui sedikit cerita non fiksi, yang mana ceramahnya lebih panjang dari cerita non fiksinya sendiri. Dan saya akui, novel ini agak membosankan. Saya butuh waktu berbulan-bulan untuk menamatkan keseluruhan ceritanya. Meskipun begitu, secara keseluruhan saya suka dengan novel ini. Karena penulis menuliskan pendapatnya tentang hal apa pun dengan pandangan yang luas, sehingga pembacanya pun ikut berpikir dari berbagai sisi. Mungkin karena itulah novel ini diberi judul “Ustadz Playboy”. Playboy-nya sendiri diambil dari sifat sang pemeran utama yang menyukai dua perempuan sekaligus di waktu yang bersamaan. Tidak, sebenarnya bukan menyukai keduanya secara bersamaan, saat Fadli sedang menyukai wanita yang merupakan teman sekelasnya di sekolah bahasa di Damaskus, masa lalu Fadli datang kembali.
Ini yang paling saya suka. Berhubung latar belakang dalam novel ini di luar negeri, penulis menyisipkan beberapa kalimat dan istilah-istilah dalam Bahasa Arab, bahasa keseharian orang Damaskus. Selain mengulang kembali kosakata saya semasa mondok dulu, tentunya hal seperti ini sangat membantu kamu yang juga sedang mempelajari bahasa ini.
Novel ini dicetak pertama kali pada tahun 2009 di penerbit Sauzan. Penerbit yang tidak akan kamu temui di sosial media. Entah penerbit ini masih beroperasi atau tidak, setahu saya novel Ustadz Playboy ini sudah tidak diperjualbelikan lagi di market place online, tidak tahu kalau di toko buku. Saya sempat mencari di beberapa aplikasi online shop, hasil yang keluar selalu novel lain karya penulis yang sama. Sekalinya ada, penjual tokonya sudah lama meninggalkan akun tersebut.
Terakhir tentang judul novel ini sendiri. Sebenarnya judul novel ini bukanlah “Ustadz Playboy”, tapi “Ketika Cinta Aghwani Bertasbih di Damaskus”. Sepertinya penulis sengaja ingin menonjolkan sifat si tokoh utama, maka dari itu font yang pertama kali mencuri perhatian kita saat melirik novel ini adalah “Ustadz Playboy”, bukan judul asli novel ini sendiri.
😊
Judul buku: Ketika Cinta Aghwani Bertasbih di Damaskus (Ustadz Playboy)
Penulis: Fadel Ilahi El-Demisky
Penerbit: Penerbit Sauzan
ISBN: 978-602-95003-0-1
halaman: 548 halaman
Cetakan pertama: Juni 2009
Fathia Rizkiah, gadis kelahiran 1999, tinggal di Tangerang. Sejak di bangku madrasah ibtidaiyah Fathia sudah menyukai semua hal berbau literasi, seringnya membuat buku komik untuk dibaca adiknya sendiri. Fathia baru memperdalam ilmunya dua tahun terakhir, mari bimbing ia dengan cara memberi komentar membangun di setiap karyanya. Intip karya Fathia di Wattpad @fath_vhat Dan blog fathiamengulas.wordpress.com
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata
Sumber foto: Dokumen pribadi