Review Film Nobody Knows (2004) : Anak-Anak yang Bertahan Hidup
Judul : Nobody Knows (Jepang)
Genre : Drama
Sutradara : Hirokazu Koreeda
Bercerita tentang Keiko dan keempat anaknya. Cerita dimulai ketika mereka pindah ke apartemen baru, Keiko hanya memperkenalkan Akira–anak pertamanya pada pemilik rumah. Anak yang lainnya diselundupkan lewat koper dan anak kedua datang saat malam tiba. Meski ayah mereka berbeda, hubungan keempatnya sangat baik. Akira sebagai anak tertua, mampu mengasuh adik-adiknya dengan cukup baik. Sang ibu yang single parent mengkoordinasikan tiap anak sesuai tugasnya masing-masing. Namun, tak satupun dari mereka yang diizinkan untuk sekolah.
Keegoisan Keiko berlanjut saat ia meninggalkan anak-anaknya untuk berlibur bersama kekasih barunya. Awalnya ia hanya pergi selama seminggu, lalu pulang untuk mengambil beberapa barangnya lalu pergi lagi. Ia hanya meninggalkan sedikit tabungan sebagai biaya hidup yang dikoordinir oleh Akira, dan berjanji akan pulang sesegera mungkin.
Ternyata kepergian Keiko kali ini lebih lama dari sebelumnya. Tidak ada kabar berita, uang yang diberikannya pun perlahan habis. Bahkan ia mengingkari janjinya yang akan pulang saat natal. Anak-anak mulai menghadapi masalah kelaparan, listrik dan gas diputus karena tidak dibayar. Puncaknya adalah saat anak bungsu–Yuki–jatuh dari kursi dan tidak bangun lagi.
Pada awalnya saya sangat penasaran pada film ini karena kisahnya yang didasari pada sebuah kisah nyata memilukan tentang anak-anak yang ditinggal ibu mereka hingga tewas. Film ini tidak sampai akhir yang memilukan itu. Sang sutradara mengemas drama dengan sangat halus, dengan tidak memunculkan adegan-adegan ekstrem yang membuat penonton histeris. Ia mampu membuat emosi penonton tertahan.
Puncaknya justru berada di akhir. Saat Yuki–sang bungsu–terbujur kaku. Kakak beradik itu dengan tenang menyelenggarakan pemakaman terbaik untuk sang adik. Di situ tangis saya pecah. Emosi tertahan di sepanjang film tadi luruh semua. Ekspresi wajah polos mereka, ditambah soundtrack lagu pilu benar-benar kombinasi luar biasa untuk mengakhiri film dengan dramatis. Sangat membuat saya terpukau.
Tak heran film ini mendapat penghargaan di penayangan perdananya di Festival Film Cannes 2004, serta menyabet penghargaan dalam kategori aktor terbaik, film terbaik, dan sutradara terbaik. (*)
Depok, 14 Agustus 2021
Syifa Aimbine, penikmat film, tapi suka lupa dengan judul yang pernah ditontonnya.
Editor : Nuke Soeprijono
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata