Resensi Buku Antologi Cerpen

Resensi Buku Antologi Cerpen

Resensi Buku Antologi Cerpen

Oleh: Marissa Saud

 

Judul Buku : Matahari Setengah Tenggelam

Penulis : Glen L.Q., dkk.

Penerbit : Kalana Publishing

Tahun Terbit : April 2020

ISBN : 978-7945-00-0

Buku antologi cerpen yang berjudul Matahari Setengah Tenggelam ini merupakan kumpulan cerpen dari event yang diadakan oleh Kalana Publishing pada april lalu. Buku kumpulan cerpen yang ditulis oleh 37 penulis dengan beragam kepenulisan.

Cerpen-cerpen dalam buku ini antara lain: Dalam Sebuah Pencarian, Matahari Setengah, Palet Untuk Jingga, Senja Terakhir Hannah, Menjemput Mentari di Eling Beling, Senja yang Kedua, Perempuan Senja, Saksi Terindah Dalam Hidup, Senja Pertama, Senja 24 Juli, Sejuta Cerita Bersama Senja, Cerita di ujung Senja, Dalam Diam, Setapak rindu, Aku dan Senja, The Long Last Sunray, Semu Sementara, Pseudo Sakura Jingga, Undefined Love, Pendar Senja di Kaki Langit, Dianatara Senja dan Filantropi, Rasa yang Terpendam, Senja di Ujung Sakban, Jawaban Doa di Kala Senja, Mentari Tak Pernah Bohong, Doa Impianku, Pesan Berwarna Jingga, Hello, Goodbye, Senja di Balik Monokrom, Menunggu di Bawah Redupnya Senja, Tanah Rantau, Mencintai dalam Sepi, Senja yang Tak Dapat Kugapai, Hai, Pangeran Penikmat Senja, Romansa Senja, Secercah Harap, Bias Senja di Wajahmu.

Secara tema, buku antologi cerpen ini memuat tema tentang senja dengan berbagai genre seperti cinta, keluarga, persahabatan. Genre yang berbeda ini tentu saja memberikan nilai tersendiri bagi pembaca yang ingin membaca cerpen beragam dalam satu buku. Namun, genre yang mendominasi adalah genre percintaan. Selain itu, yang membuat buku ini sedikit terkesan flat adalah karena genre percintaan yang mendominasi dengan gaya bahasa yang kebanyakan memakai bahasa kekinian. Di antara 37 cerpen di buku ini, ada tiga yang menurut saya menarik. Ketiga cerpen itu adalah: Dalam Sebuah Pencarian, Matahari Setengah dan Pseudo Sakura Jingga.

Cerpen Dalam Sebuah Pencarian ditulis oleh Glen Lazwardi Qurba. Cerpen ini bercerita tentang sebuah kota yang mengeluarkan fatwa bahwasanya tidak ada lagi kata senja diberlakukan dan siapa pun tidak diperbolehkan untuk menunggunya dengan alasan senja adalah sesuatu yang dianggap berbahaya, daya magis padanan antara merah dan kuning keemasan itu dapat menimbulkan penyakit-penyakit nostalgia dan melankolis yang hingga saat ini tidak ada obatnya. Seorang Pemuda bernama Kelana tidak setuju hal itu dan menentang fatwa yang tidak masuk akal itu dengan mencari alasan mengapa senja hilang dari ingatan orang-orang.

  Cerpen kedua Matahari Setengah ditulis oleh Sriatin menceritakan sebuah pasangan suami istri yang baru saja menikah kembali menyatakan perasaan mereka di kala senja, tetapi saat itu sang istri belum menjawab perasaan suami. Cerpen ini juga kembali mengingatkan kita dengan sejarah “Serangan Umum Surakarta” pada tanggal 7-10 Agustus silam, di mana sang suami harus meninggalkan sang istri yang sedang mengandung anak pertama untuk melawan penjajah kota. Sang istri terus menunggu kehadiran suami dan mengingatnya bersama senja. Namun, sang suami tak pernah kembali menjemput putra pertamanya.

Cerpen terakhir Pseudo Sakura Jingga ditulis oleh Malokt Miret, cerpen ini menceritakan tentang seorang pemuda  bernama Jim yang bekerja pada produser lagu yang tengah mengalami kesulitan dalam menyusun lagu selanjutnya. Ia menenggelamkan pikirannya di taman dengan berkhayal seorang sahabatnya yang cantik datang menemuinya setelah lama tidak bertemu, alur ringan serta gaya bahasa Korea seakan membuat pembaca ikut hadir menyaksikan langsung kedua pasangan manis itu.

 

Marissa Saud, gadis penikmat lautan yang masih belajar bagaimana cara untuk mendapatkan hati pembaca.

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata.

Leave a Reply