Rahasia
Oleh: R Hani Nur`aeni
Pilihan Gambar: Gambar 1
Terbaik ke-7 Lomba Cermin Lokit & Best SoL
#Menerjemahkan_Gambar
Seorang gadis berambut panjang dikepang dengan hiasan jepitan bunga yang tersemat di rambutnya bersandar di dinding sebuah bangunan bata merah. Kepangan rambutnya di letakkan di dada. Ia berpakaian kasual dengan kaos coklat lengan pendek berpadu dengan celana jin biru dan sepatu warna coklat putih. Punggung gadis itu menempel di depan jendela di mana lampu berbentuk bulan dan bintang menjadi hiasannya. Napasnya sedikit tidak beraturan dan bola matanya sibuk mengawasi sekitar.
Gadis itu bekerja di toko bunga yang letaknya bersebelahan dengan dinding bata merah tempat ia bersandar. Celemek hijau yang ia gunakan menandakan dirinya sedang beristirahat dari pekerjaanya. Melihat lampu bulan dan bintang yang menyala di jendela bangunan tempat gadis itu berada, juga lampu-lampu di bangunan sekitarnya, menandakan bulan telah menggantikan tugas matahari. Seekor kucing mengeong pelan memandangi gadis itu, mereka sepertinya saling kenal karena ada tempat makan kucing di dekat wadah penyiram tanaman di toko bunga. Sepertinya gadis itu menyukai kucing karena beberapa pot bunga di dalam toko ada yang berbentuk kucing.
Gadis itu tinggal di atas toko bunga bersama ayah dan kedua adiknya sejak satu tahun lalu setelah ayahnya kena PHK dari kantor. Rumah dan mobil terpaksa dijual untuk tambahan dana ketika ayahnya membeli ruko yang dijadikan toko bunga. Usaha itu sekarang menjadi satu-satunya tempat gantungan hidup keluarganya.Tabungan ayahnya habis untuk berobat ibunya yang baru saja meninggal seminggu lalu. Mata gadis itu mengawasi salah satu jendela kamar di atas toko bunga yang gordennya sedikit terbuka, tapi lampu kamarnya gelap. Itu adalah kamar ayahnya.
Gadis itu sengaja menjauh dari toko bunga. Ia hendak melakukan hal yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Satu tangannya ditekuk ke belakang, seolah menyembunyikan sesuatu. Tatapan gadis itu pada si kucing seolah mengatakan “Jangan beritahu siapa-siapa!”
Rupanya gadis itu memang sengaja menunggu keadaan toko bunga dan sekitarnya sepi untuk mengeluarkan sebatang rokok dari persembunyiannya. Di dinding bata merah tepat di depan wajahnya, menempel dengan sangat jelas sebuah tanda peringatan dilarang merokok namun ia tidak memedulikannya.
Genangan air yang tertahan di matanya dan gurat wajah cemas yang terlukis di wajahnya, menandakan ia ingin mengusir beban pikiran di kepalanya dengan tembakau. Angin malam yang berembus menyulitkan gadis itu membakar gulungan kertas putih pembungkus tembakau yang terselip di jarinya. Ia harus beberapa kali berjuang hingga akhirnya satu embusan asap mengepul di udara. Ditemani si kucing kuning belang putih, gadis itu berada di dunia kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh dirinya sendiri. Napasnya turun naik terburu-buru menikmati hisapan kedua dan ketiga, sedangkan sudut matanya selalu awas mengawasi sekitarnya.
Melihat wajah dan perawakannya, ia bukanlah gadis remaja. Entah kenapa ia begitu ketakutan ketika mendengar suara batuk seseorang dari kamar yang gordennya terbuka sebagian. Lekas ia mematikan bara api dan membuang sisa rokok yang panjangnya baru berkurang sedikit dari ukuran semula. Cepat-cepat ia merogoh kantung baju dan mengeluarkan sebungkus permen min, lalu melemparkan permen itu ke dalam mulut untuk menghilangkan bau tembakau dari mulutnya.
Bergegas ia menuju toko bunga dan menyibukkan dirinya dengan memberi makan kucing yang dengan senang hati menyambut tumpukan biskuit sebagai cemilan malam. Gadis itu berjongkok di dekat si kucing yang asyik menikmati hidangannya, dan berkata, “Aku tahu kemarin sore kamu mencuri ikan di atas meja. Jika kau merahasiakan kejadian malam ini, aku pun akan tutup mata dengan perbuatanmu kemarin.”
Mata kucing saling bertatapan dengan gadis itu. Mengeong pelan, si kucing kembali menikmati makanannya. Langit tampak cerah ditemani bulan dan bintang tapi hati gadis itu berbalik dengan keadaan langit, setelah menatap jam di dinding ia mulai sibuk merapikan pot-pot bunga di luar toko, bersiap menutup toko bunga.
Cirebon, 19 September 2022
R Hani Nur`aeni, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kota Udang, senang bermain dengan pena yang menari-nari di atas kertas putih, menuangkan sebuah kisah.
Komentar juri, Berry:
Coba pikirkan ini, dalam satu hari, berapa jam waktu yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan orang lain, lalu bandingkan dengan waktu ketika kita sendirian? Pikiran kita selalu ada bersama kita selama 24 jam. Ada perbedaan antara sendirian dan kesepian, katanya begitu. Orang yang menyadari dirinya sendirian, bukan kesepian, tahu bahwa ia sedang bersama-sama dengan pikirannya.
Slice of life selalu dekat dengan penenggelaman tokoh ke dalam pikirannya sendiri. Si tokoh, yang baru saja kehilangan ibunya seminggu lalu, tidak merasa sendirian. Dan hanya dia yang tahu apa yang ia rasakan saat ini. Tak segala kesedihan ditampilkan dengan isak tangis tak berujung atau tidak lagi berselera makan seperti di sinetron. Si gadis berduka dengan caranya sendiri, cukup dengan sebatang rokok di sela-sela lelah bekerja. Hidup memang berat, tetapi harus dijalani, sedikit rahasia dan selera humor—misalnya: tentang “kesepakatannya” dengan si kucing—sudah cukup untuk mengembalikan kebahagiaan yang tergerus waktu.
Selain itu, para juri juga merasakan bahwa naskah Hani adalah yang paling tepat dalam menerjemahkan Gambar 1. Karena itu kami memilih naskah ini sebagai “Best Slice of Life”—di luar peringkat 5 besar—untuk event kali ini.
Lomba Cermin Lokit adalah lomba menulis yang digelar di grup FB Komunitas Cerpenis Loker Kata (KCLK)