Putri yang Cerdas
Oleh: Triandira
Alkisah di negeri dongeng hiduplah seorang putri bernama Ella. Putri Ella hidup seorang diri di istananya yang megah. Ayah dan ibunya telah meninggal semenjak ia masih kecil. Oleh karena itu ia sangat suka pergi ke hutan. Letak hutan yang dekat dengan istana membuatnya nyaman bermain di sana. Ya, di tempat tersebut ia bisa bertemu dengan banyak binatang. Ada Moli si tikus berekor panjang, Fat si tupai bergigi tajam, Lui si kera yang pandai memanjat dan Pigo si babi hutan bertubuh gemuk. Mereka semua adalah teman baik sang putri.
Suatu hari Putri Ella mengajak teman-temannya untuk bermain. Tetapi bukan di hutan tempat para binatang tinggal, melainkan di hutan terlarang. Awalnya tidak ada yang setuju dengan usul sang putri. Tapi karena Putri Ella memaksa, akhirnya mereka semua pergi ke hutan terlarang dan bermain di sana. Mereka semua sepakat untuk bermain petak umpet. Kali ini si tupailah yang menjadi penjaga benteng. Sementara teman-teman yang lain harus segera mencari tempat persembunyian.
“Lima… empat… tiga…,” Fat terus menghitung mundur. Dalam sekejap keempat temannya sudah menemukan tempat untuk bersembunyi. Moli bersembunyi di dalam tanah, di situ ada sebuah lubang kecil. Lui bersembunyi di atas pohon mahoni, sedangkan Pigo bersembunyi di dalam gua bersama Putri Ella.
Gua itu terlihat besar dan gelap. Pigo yang memiliki ide untuk bersembunyi di sana, mulai merasa ketakutan. Begitupun dengan Putri Ella yang berjongkok dengan wajah berkeringat dingin.
“Doorrr! Kena kau!” teriak Fat mengagetkan Lui yang tiba-tiba muncul dari balik pohon. Kera itu pun harus mengakui kekalahannya. Fat memang sedang beruntung. Ketika ia naik ke atas pohon dan memandang ke bawah, terlihat sesuatu yang menyembul dari dalam lubang. Akhirnya, dengan penuh semangat ia bergegas turun.
“Aw!” jerit Moli sambil meringis kesakitan. Ia sangat terkejut ketika Fat menginjak ekornya. Teriakan Moli yang sangat keras terdengar oleh Pigo dan Putri Ella, sehingga mereka tak berani keluar dari dalam gua.
“Putri, aku tidak mau kalah tapi aku juga takut berada di sini. Bagaimana kalau kita keluar saja?” usul Pigo.
Putri Ella menggeleng cepat. “Kau mau kita ditangkap? Tidak, bukan? Jadi tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa jika kita—”
“Kau dengar itu?” sela Pigo sambil memutar pandangan ke seluruh penjuru gua. Beberapa saat yang lalu muncul suara aneh. Babi hutan itu pun gemetaran, ia benar-benar ketakutan. Karena tak tega, akhirnya Putri Ella mengajaknya keluar. Namun tiba-tiba….
Deem!!! Deem!!!
Belum sempat keduanya berlari, muncullah Raksasa. Ia berdiri tegak dengan wajah yang menyeramkan. Badannya besar dan tinggi. Mata, hidung, telinga, tangan dan kakinya pun sangat besar. Giginya tajam dan runcing.
Pigo dan Putri Ella menjerit ketakutan. “Tolong…tolong…!!!”
Baru saja Fat, Moli dan Lui menghampiri mereka berdua, sang Raksasa mendekat.
Hap! Ia menangkap Putri Ella dan juga teman-temannya.
“Hahaha,” Raksasa tertawa dengan keras. “Sebentar lagi aku pasti kenyang,” ujarnya. Putri Ella dan para binatang dimasukkan ke dalam panci besar yang masih terletak di atas tanah. Raksasa berniat untuk menjadikan mereka santapan makan siang. Kayu bakar dan beberapa ranting sudah disusun. Api pun sudah dinyalakan.
“Bagaimana ini? Aku tidak mau dimakan oleh raksasa itu, Putri,” kata Moli dengan suara bergetar. Fat, Pigo dan Lui pun mengangguk cepat.
“Hai, Raksasa! Sebelum kau memakan kami, bo—boleh aku bertanya sesuatu?” tanya sang putri dengan terbata-bata, tapi berani.
“Ya, baiklah. Anggap saja ini permintaan terakhirmu. Hahaha,” balas Raksasa usai berpikir sejenak.
“Apa kau yang terhebat di hutan ini?” Raksasa murka mendengarnya. Tentu saja ia merasa yang terhebat di hutan itu.
“Arrgghh!” aungan makhluk tersebut sangat menyeramkan. Moli, Pigo, Fat dan Lui semakin menangis tersedu-sedu. Putri Ella pun takut bukan main. Tapi melihat Raksasa yang sedang marah, tiba-tiba terbesit sebuah rencana.
“Sepertinya kita bisa selamat. Kalian semua jangan menangis lagi, ya. Aku punya rencana,” bisik sang putri kemudian. Para binatang menggangguk serentak.
Setelah menghela napas dalam-dalam, Putri Ella kembali berteriak. “Benarkah? Tapi sepertinya kau bukanlah yang terhebat di hutan ini.”
Mata Raksasa melotot tajam. Ia menepukkan kedua tangan dengan keras ke dadanya, seolah ingin menunjukkan kegagahan yang ia miliki.
“Arrgghh!” Raksasa mengerang lagi hingga Putri Ella terkejut dibuatnya. Tapi ia tak ingin menyerah.
“Sudahlah, Raksasa! Buktikan kalau kau memang hebat!”
Makhluk bertubuh besar itu mengernyitkan dahi lalu berkata, “Baiklah. Sekarang katakan, apa yang harus kulakukan agar kalian percaya?”
“Aku pernah melihat makhluk besar sepertimu, ia bisa melepaskan diri dari gua dengan tangan dan kaki yang terikat. Juga mata yang tertutup. Apa kau bisa melakukannya?” tantang sang putri.
Deem!!! Deem!!!
Raksasa berjalan mendekat. “Tentu saja, Putri. Jangan remehkan aku!” bentaknya.
“Kalau begitu, turunkan kami terlebih dahulu.”
Tanpa menunggu lama, Putri Ella dan teman-temannya segera keluar dari dalam panci yang dimiringkan oleh raksasa. Kemudian dengan cepat mereka menjalankan rencana berikutnya. Mengikat raksasa di dalam gua dengan mata tertutup. Setelah itu, Putri Ella dan para binatang berlari keluar.
“Hei, di mana kalian?” geram Raksasa dengan muka memerah begitu menyadari bahwa ia telah tertipu. “Tunggu saja, aku akan menangkap kalian semua!”
Terlambat. Sang putri dan teman-temannya sudah selamat. Mereka tersenyum puas karena kecerdasan otak yang Putri Ella miliki, mampu mengalahkan kebodohan Raksasa yang bertubuh besar dan kuat.(*)
Tentang Penulis:
Triandira, penyuka fiksi yang belum bisa move on dari mi ayam dan durian. Jika ingin menghubunginya bisa melalui akun FB dengan nama Triandira Email: triwahyuu01@gmail.com
Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita