Putri Tidur dan Malaikat yang Jatuh Cinta

Putri Tidur dan Malaikat yang Jatuh Cinta

Putri Tidur dan Malaikat Yang Jatuh Cinta 
Oleh: Nurul Istiawati

Barangkali hanya akulah satu-satunya malaikat maut yang pernah jatuh cinta. Aku digariskan untuk mencabut nyawa manusia. Tuhan telah menciptakanku dari kegelapan. Seharusnya gelap tak punya perasaan, jatuh cinta misalnya. Tetapi inilah yang terjadi padaku, aku telah jatuh cinta dengan manusia yang akan kucabut nyawanya.

Putri Aurora, perempuan jelita yang membuatku jatuh cinta. Dadaku berdebar saat melihat wajahnya. Percayalah, ini kali pertama kurasakan getar hebat di dada. Aroma tubuhnya seperti bunga Wisteria, membuatku ingin menampakkan diri lalu memeluknya. Namun aku sadar, aku adalah malaikat maut, manusia mana yang bisa melihatku, kecuali korbanku sendiri.

Setiap kali akan menjalankan tugas sebagai pencabut nyawa, bayangan Aurora memenuhi kepala. Itu membuatku tertawa geli. Jangan tanya kenapa malaikat bisa jatuh cinta. Tak semua hal membutuhkan alasan, bukan? Ah, jatuh cinta adalah dosa terindah yang pernah dilakukan oleh malaikat.

Semua bermula ketika aku tak sengaja melihat Putri Aurora. Dia memandangi sekeliling taman kerajaan, matanya melayang ke pohon di mana burung gereja suka bersembunyi. Senyumnya mahamanis, bibirnya merah muda, dan rambutnya indah bergelombang. Tepat di siang yang teduh itulah aku mulai menaruh hati padanya.

Suatu hari, aku mendengar kabar dari penghuni langit bahwa seorang perempuan telah terkena kutukan. Dia dikutuk di usia ketujuh belas, jarinya akan tertusuk jarum pintal kemudian tertidur selamanya. Perempuan itu adalah Putri Aurora.

Mendengar kabar itu, aku gelisah tak karuan. Seluruh anggota kerajaan dirundung resah. Semua jarum pintal disingkirkan dan dijauhkan dari Aurora.

Aku menyesal, ingin sekali aku membantu meruntuhkan kutukan itu, tapi aku hanya malaikat maut.

Kini tiba hari di mana kutukan itu benar-benar ada. Putri Aurora genap berusia tujuh belas tahun. Dia mengelilingi istana dan menemui seorang wanita sedang memintal. Rasa penasaran Putri Aurora tak terbendung. Dia mencoba memintal kemudian tertusuklah jarinya oleh jarum pintal.

Tiba-tiba kabut pekat datang. Badai menerpa, petir sahut menyahut seperti ingin membakar seluruh istana. Akar dan ilalang-ilalang liar tumbuh sangat cepat. Putri Aurora menutup mata, tertidur selamanya.

Kutukan itu hanya dapat ditaklukkan jika cinta sejati Putri Aurora datang. Lagi-lagi aku menyesali rupaku sebagai malaikat maut.

“Kenapa bukan aku cinta sejatinya?” ucapku dengan nada iri.

Peri-peri prihatin atas apa yang telah menimpa Putri Aurora. Mereka “mencuri” udara dari surga untuk Putri Aurora, agar ia tetap hidup dalam tidur cantiknya. Para peri merawatnya sepenuh hati. Menghiasi tempat tidurnya dengan mawar merah muda, mendandaninya seperti bidadari, bahkan mereka juga menyanyikan lullaby setiap menjelang malam. Semua itu berlangsung selama bertahun-tahun dan Putri Aurora masih tetap lelap.

***

Singkatnya, pada senja yang panjang dalam komposisi cahaya sempurna, seorang pangeran sedang berkelana. Ia mendapati istana megah terselimuti akar dan ilalang liar. Tanpa ragu Pangeran memasuki istana lalu terkejut melihat seorang putri jelita tertidur damai.

“Mungkinkah dia adalah Putri Tidur yang diceritakan orang-orang?” tuturnya dalam hati.

Kecantikan Putri Aurora membuat Pangeran jatuh cinta. Pangeran mendekati tubuh Putri Aurora, memeluknya hangat. Dan adegan terpahit yang kusaksikan, yaitu ciuman pertama Pangeran membangunkan Putri Aurora dari tidurnya.

Putri Aurora terbangun dari tidur panjangnya lalu jatuh hati kepada Pangeran.

Dadaku terasa kebas ketika mendengar mereka akan segera menikah. Kutelan ludah. Ternyata patah hati sesakit ini.

Di hari pernikahan mereka, semua penghuni angkasa dan jagad raya memberkati mereka. Tapi aku tidak, dadaku masih ngilu karena cemburu. Seandainya Tuhan memberiku pesan untuk mencabut nyawa Pangeran saat ini juga, dengan senang hati aku akan melakukannya. Namun itu akan membuat pujaan hatiku sedih. Aku tak mau dia hidup dalam kesepian tanpa cinta sejatinya.

“Aurora, setelah menikah aku ingin punya anak lima belas. Sepuluh laki-laki dan lima perempuan. Aku akan mengajari putra-putraku untuk berburu. Dan kau harus mengajari putri kita menari.” Pangeran membuka pembicaraan di malam bertabur bintang.

“Kalau begitu, kenapa kau tidak menikah dengan angsa? Dalam dua tahun kau bisa mendapatkan banyak anak,” kata Putri Aurora.

Mereka tertawa renyah kemudian berpelukan lebih lama dari yang kuharapkan. Candaan mereka begitu singkat. Tapi mampu membuat hatiku meledak. Hancur berkeping-keping.

***

Tahun berganti, langit bisa menggugurkan musim tetapi tidak dengan cintaku. Perasaanku tetap utuh pada Putri Aurora.

Cita-cita Pangeran untuk mendapatkan lima belas anak telah terpenuhi. Kehidupan Pangeran dan Putri Aurora dilimpahi kebahagiaan dan cinta. Sedangkan aku … kehidupanku hanya berputar dalam kesedihan, kesepian, dan rasa cemburu.

Pangeran dan Putri Aurora duduk di kursi taman, bergandeng tangan, menyaksikan kegembiraan putra-putri mereka.

“Akhirnya cita-citaku tercapai. Kautahu, aku sangat bahagia,” kata Pangeran.

Mereka kembali berpelukan. Entahlah, ini pelukan kesekian kali yang membuat lututku lemas.

Aku mendekati keduanya, dan mereka tak merasakan kehadiranku. Saat jarakku dengan Putri Aurora sudah dekat, kutarik nyawanya dari ubun-ubunnya. Tubuh Putri Aurora mendadak terkulai, Pangeran terenyak. Ia memanggil-manggil nama perempuan itu. Semua hening. Putri Aurora mati dalam pelukan Pangeran.

Pada saat itu juga aku merasa bahagia dan sedih sekaligus. Bahagia karena Putri Aurora tak lagi bersama Pangeran. Berbagi cinta dan hidup bahagia dengan Pangeran. Kemudian sedih karena harus memisahkan dua manusia yang saling cinta. Manusia akan mengenangku sebagai malaikat kejam, telah memisahkan cinta sejati. Tapi percayalah, semua kulakukan atas dasar cinta. Dua perasaan itu sirna ketika aku teringat pesan kematian dari Tuhan: “Kematian akan menjemput Putri Aurora ketika cita-cita Pangeran terpenuhi. Setelah mati kisahnya abadi, begitu juga cintanya.”

Dadaku lebih sesak dari sebelumnya. Seandainya air mata juga diciptakan untuk malaikat maut. Sungguh, kalau bisa aku sangat ingin menangis sampai hari berakhir.(*)

Pemalang, 27 Januari 2019

Cerita ini merupakan fan fiction dari dongeng Sleeping Beauty.

Biodata: Nurul Istiawati, gadis 17 tahun 11 bulan 22 hari yang hobinya dengerin musik klasik.

Tantangan Lokit adalah tantangan menulis cerpen yang diselenggarakan di grup FB KCLK

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata