Pulang

Pulang

Pulang

Oleh: respati

Nadya menyibak selimut putihnya, duduk di tepi kasur kamar hotel Maharani. Sebulan ini sudah dua kali Nadya melewatkan Sabtu-Minggu tanpa Baskoro, suaminya.

“Mau ke mana lagi?’ tanyanya saat melihat Nadya menyusun baju-bajunya ke dalam travel bag.

“Jakarta, Mas,” jawab Nadya singkat.

“Di mana acaranya?”

“Di Mega Bekasi Hypermall, Mas.”

“Komunitas menulis lagi?”

“He-eh.”

Nadya menjawab tanpa menoleh sedikit pun ke arah Baskoro. Sampai suaminya keluar kamar, Nadya masih merapikan kelengkapan yang ia butuhkan. Beauty case, tas kecil yang terakhir dimasukkannya.

Laptop dan charger dimasukkannya ke dalam tas ranselnya. Setelah semua masuk, Nadya ke luar kamar. Dia mencari Baskoro.

Di dapur Nadya menemukan suaminya sedang membuat teh madu. Minuman favoritnya yang selalu dibuatnya sendiri.

“Minggu depan kamu ke mana?” tanyanya sambil meminum tehnya.

“Belum pasti, Mas. Kemarin ada undangan isi di Bandung.”

Baskoro menghela napasnya. Terlihat ada gurat kecewa yang ia coba tutupi. Dia sengaja diam, tidak merespons jawaban Nadya. Dia memilih memutar-mutar tangkai cangkirnya.

*

Nadya berdiri di balik jendela, menatap panorama alam yang disuguhkan villa Kampung Layung di daerah Lembang ini. Suasana alam yang sejuk, ekowisata yang ditawarkan menjadi paket lengkap bagi mereka yang merindukan ketenangan.

Tiba-tiba Nadya didera rasa rindu pada suaminya. Seandainya saat ini Baskoro menemaninya, kesempatan kali ini bisa menjadi bulan madunya yang kedua.

Sedang apakah dia? Bisiknya seraya meraih ponselnya.

“Mas ….” sapanya.

“Hem … sudah sampai Bandung?”

“Sudah, Mas. Ada perubahan jadwal.”

“Ooh ….”

“Malam ini Mas ke mana?”

“Eem … paling nonton.”

“Mile 22?”

“Iya ….” Baskoro menjawab sambil menguap. Sepertinya dia masih mengantuk.

*

Nadya berkemas dengan terburu-buru. Dia tak ingin tertinggal pesawat siang ini. Nadya sengaja tidak memberitahu Baskoro tentang kepulangannya yang mendadak. Perubahan jadwal ini sedikit banyak menguntungkan Nadya.

Dengan begitu ia bisa menebus kesalahannya yang telah meninggalkan Baskoro hampir setiap minggu. Dan semoga pesawatnya tidak mengalami keterlambatan.

Satu jam sebelum terbang, Nadya sudah berada di ruang tunggu. Dia masih belum memberi kabar kepada Baskoro. Nadya ingin memberikan kejutan pada suaminya.

Pendaratan pesawatnya berjalan mulus. Seulas senyum tercipta di bibir merah jambunya.

Mas jadi nonton?
Jadi
Sekarang di mana?
Di lobby

Nadya bergegas menyusul Baskoro di lantai empat. Di kejauhan nampak oleh Nadya suaminya sedang berdiri mengantre. Kemeja biru laut yang dipakainya, sangat mudah bagi Nadya untuk mengenalinya.

“Mas!” kejutnya dari samping kiri Baskoro.
Baskoro menoleh cepat. Matanya membulat. Dia sangat terkejut melihat Nadya sudah berdiri di depannya.

“Eh, kapan datang?” tanyanya menahan gugup.

“Barusan langsung ke sini.”

“Kok gak kasih kabar?”

Surprise ….”

Baskoro masih canggung dengan kepulangan Nadya yang tiba-tiba. Seharusnya dia senang. Baskoro melepas senyumnya ke arah Nadya dan melebarkan kedua lengannya. Nadya bergelayut mesra dalam dekapan Baskoro. Mereka berjalan menuju pintu Theater 1.

Pelukan mereka makin erat hingga keduanya lenyap di balik pintu. Sementara seorang wanita berbaju biru tanpa lengan masih berdiri mematung dalam antrean terakhir.

Amk, September 2018

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata