Puisi-Puisi Denny Ketip
RUMAH UNTUK WALET
Malam ditemani jangkrik
pekarangan sebelah segera menjadi bertingkat tiga
rumah wallet yang terkadang menjatuhkan
kotorannya di atas jok motor
Yuk Ilut meradang
jemurannya bakalan susah kering
atau mungkin dititipi
kotoran wallet juga
lorong sempit
motor-motor bersenggolan
gedung bertingkat sudah dipondasi
matahari tak mampir di jendela Yuk Ilut lagi.
SAJAK UNTUK BUMI YANG DINISTAI
Langit murka, tanah bergetar
tanah bergetar, air menggenang coklat
air menggenang coklat, asap berpesta pora
asap berpesta pora, pohon-pohon bergelimpangan tidur terbakar
o…ya…aya…ya…ya…ya
manusia menari di atas arang
arangnya membara, burung-burung berhamburan menangis
o…ya…aya…ya…ya…ya
manusia bermandi kubangan lumpur
lumpurnya kental, ikan-ikan haus air segar
tanah kering
air coklat
udara berasap
pohon berhangus
manusia tertidur di kasur empuk
menikmati asap rokok yang diisap anak-anaknya
langit murka, tanah bergetar
tanah bergetar, air mengenang coklat
air mengenang coklat, asap berpesta pora
asap berpesta pora, pohon-pohon bergelimpangan tidur terbakar
manusia menjual ikan dari laut
air lautnya adalah limbah pabrik
limbah pabriknya bercampur cairan kimia
cairan kimianya bercampur racun
maka manusia memakan racun dari manusia sendiri
aku menanam pohon
reboisasi atas pohon-pohon mati
: itu hanya orasi-orasimu saja
buanglah sampah pada tempatnya
sampah organik dan nonorganik
: itu juga program besarmu saja
nyatanya asap rokokmu diisap bayi-bayi
langit murka, tanah bergetar
tanah bergetar, air menggenang coklat
air menggenang coklat, asap berpesta pora
asap berpesta pora, pohon-pohon bergelimpangan tidur terbakar
ah … sudahlah
tutup proposal untuk bumimu
kerjakan saja apa yang ada di depanmu
cukup bergerak dan bekerja.
GADIS KERUNTUNG
Gadis cantik bergerai rambut
duduk dengan keruntung di punggung
gadis cantik tersenyum di atas trotoar
mengenang masa kecil yang ditinggalkan jaman
melempar pecahan genteng yang jatuh di tanah
karena saatnya giliran main cak engkleng
atau saat giliran jaga kaleng
waktu kalah terus main lempar kaleng
bermain singitan, mendekam di bawah panggung, sebelah tumpukan kayu siap bakar
gadis cantik bergerai rambut
duduk di trotoar bersandar keruntung penuh petai yang belum juga laris
dulu emak-ebak tinggal di sini
kakak-adik bercanda di sini menunggu penjual onde-onde
‘i…ooooode…ondeeeee….’
atau anak kecil pembawa empek-empek
‘i…oooo mpek-mpek goreng……’
sementara uwak sibuk mencari kutu rambut yang terus bertelur
ayam jago diadu di depan rumah
‘siapo yang kalah dak boleh belago’
gadis cantik masih terduduk
bersandar keruntung warisan emak
melihat ruko-ruko bertingkat menutup silau matahari
berbaris panjang meninabobokan walet
sepanjang Yos Sudarso
dulu di sini kami dilahirkan dukun beranak
di rumah panggung warisan moyang
Batu Urip…
biarlah indah pangung-panggungmu
meninabobokan dongeng nenek moyang kita
selamat malam Linggau
tidurmu nyenyak malam ini.
Denny Ketip, menetap di Lubuklinggau.
Grup FB KCLK
Halaman FB kami:
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita