Platform Menulis Online, Apakah Menguntungkan?
Oleh: Reza Agustin
Dewasa ini di era digital, para penggiat literasi sudah tidak disulitkan lagi mencari sarana menerbitkan atau mempromosikan karya. Khususnya bagi teman-teman yang menikmati atau menulis lewat jalur digital. Nah, di era yang serba digital dan modern ini, sering sekali kita menemukan istilah platform warna orens, platform gambar unicorn, dll.
Istilah-istilah tersebut sering saya temui ketika berselancar di media sosial, khususnya ketika bersilaturahmi dengan jamaah Fesbukiyah mencari lomba-lomba menulis kecil-kecilan. Ada beberapa teman yang menyebutkan menulis di platform “ini” cukup menjanjikan karena memberikan honor menulis, ada pula yang sedang protes pada platform “itu” karena kebijakan barunya yang memberatkan penulis, atau berita tentang platform “sana” yang masih baru sehingga tidak ada peminat, dan lain sebagainya.
Bicara tentang platform, apa, sih sebenarnya arti platform itu? Diambil dari kata bahasa Inggris, platform diartikan sebagai: platform kb. 1 panggung, podium. 2 peron (station). p. ticket karcis peron.3 Pol.: program partai. Nah, tapi lazimnya platform ini diartikan sebagai sarana, seperti yang tadi saya sebutkan di atas. Sehingga sarana-sarana yang teman-teman gunakan untuk menulis disebut sebagai platform. Baik itu akun media sosial teman-teman, aplikasi yang khusus digunakan untuk menulis, bahkan selembar kertas dan pulpen teman-teman pun adalah platform-nya.
Nah, mari kita membahas yang lebih rinci lagi, ya. Dikarenakan kita sedang membahas tentang platform menulis, mari kita sempitkan jadi berbagai macam platform novel online yang saat ini sedang digandrungi penikmat novel digital. Sebut saja Wattpad, Cabaca, Dreame, Novelme, Noveltoon, dan Webnovel. Bagi teman-teman, paling tidak sudah mendengar satu nama di antara nama-nama tersebut di atas. Ya, paling tenarnya tentu saja Wattpad, platform warna orens yang paling gandrung.
Platform yang identik dengan warna oranye dan telah menerbitkan banyak penulis dan novel terkenal yang bahkan sudah diadaptasi menjadi film. Banyak penulis yang membesarkan namanya di sini. Selain karena memiliki pengguna, menulis di Wattpad juga sangatlah mudah. Jika dibandingkan dengan Cabaca yang melalui proses seleksi, atau kwikku yang harus melalui masa kurasi, menulis di Wattpad semudah mengisi blurb, memasukkan sampul, lalu unggah dan cerita teman-teman sudah dapat dinikmati di sana.
Selain Wattpad, mari kita beralih ke dreame/innovel yang sudah jadi tempat saya menulis selama tiga bulan ini dan saya sudah sekali mencairkan honor menulis saya dari sana. Saya mengenal platform ini dari teman-teman satu grup Whatsapp yang sudah lebih dulu memulai sepak terjangnya di sana, yang katanya membayar penulis jika novel yang ditulisnya mencapai jumlah kata sekian. Apakah benar? Iya, saya pun sudah menyebutkan pernah sekali mencairkan honor dari menulis di sana. Kebanyakan para penulis lari ke sini karena bayaran jika novel yang ditulis mencapai jumlah kata tertentu.
Mari berpindah lagi ke Cabaca, saya punya satu novel di sana yang merupakan hasil kerja sama penerbit yang menerbitkan novel saya dengan aplikasi tersebut. Yang berarti saya lepas dari susahnya sistem seleksi karena novel saya di bawah nama penerbit tersebut. Cabaca sendiri memiliki sistem yang berbeda dengan Wattpad dan dreame yang bisa langsung unggah cerita. Di Cabaca sendiri, perlu melalui proses seleksi ke editor sebelum penulis dapat mengunggah tulisan di sana. Tak heran jika di platform berlambang cumi-cumi hijau ini banyak cerita premium yang berkualitas karena sudah melewati tangan editor. Biarpun begitu, saya masih memiliki keinginan tembus platform ini dengan tangan saya sendiri.
Kembali ke judul, apakah platform online menguntungkan? Kembali kepada teman-teman sendiri. Bagi yang memiliki keinginan novelnya dipinang penerbit, tentu saja akan sangat menguntungkan karena sudah mendapat sarana promosi yang segar dan banyak pembaca. Namun, menjadi penulis platform online berarti harus akrab dengan permasalahan seperti plagisi dan pembajakan. Mengingat karya yang diunggah secara digital lebih mudah diplagiasi karena tinggal copy dan paste saja. Dan jangan lupa dengan pembajakan yang bahkan juga masih sering ditemui pada buku-buku cetakan.
Intinya, untung atau tidaknya suatu platform selalu kembali pada penulis dan pembacanya. Bagaimana pendapat teman-teman sendiri?
Reza Agustin, bercita-cita menjadi penulis yang berkecukupan dari hasil tulisannya.