Pesona Tahta

Pesona Tahta

Pesona Tahta
Oleh: Lutfi Rose

“Kau yakin akan membunuhku?”

Ken Arok menatap tajam mata pemuda gagah di hadapannya.

“Ya! Dengan segala keyakinanku!”

Pemuda itu menghunus keris. Mata penguasa Pakuwuan[1] Tumapel itu terbelalak. Tak menyangka keris yang lama hilang dari genggaman, kini berada tepat di depan lehernya. Haruskah nyawanya berakhir sekarang?

Ken Arok memejamkan mata, berusaha tetap tenang, tak hendak melawan. Sejenak dia teringat masa di mana semua kisah dimulai. Bagaimana pertemuannya dengan gadis berkulit putih, berambut ikal panjang, yang memiliki trah rajasa—garis keturunan bangsawan yang hanya dimiliki beberapa wanita terpilih—terisak di bahunya. Dia sedang hamil, buah cinta mereka.

Rasa tertarik saat melihat kilau cahaya pada mata kaki seorang perempuan ningrat yang tak sadar ujung jariknya tersingkap ketika menuruni anak tangga keputren[2] menuju kolam pemandian. Mata mereka beradu, saling memandang dan menyiratkan makna mendalam. Ken Arok Muda tampak mengerling nakal disambut dengan raut angkuh perempuan di depannya. Namun bukan begundal namanya jika patah semangat hanya karena gayungnya tak disambut. Detik itu juga, Ken Arok menyusun rencana licik demi perempuan impiannya yang akan membawa kejayaan di masa depan.

Setiap hari Ken Arok memasang muka di jalan yang dilalui Dedes—perempuan incaran. Tak dapat dimungkiri jika pesona pimpinan penyamun itu, mampu menaklukkan hati semua gadis di kampungnya. Rasa tertarik mulai menghinggapi permaisuri Pakuwon[3]. Hasrat yang kuat mengalahkan akal sehat tentang ikatan yang sudah disandang mereka berdua.

Hingga malam itu pergumulan hebat di antara dua insan dimabuk cinta terjadi. Sudah lupa akan norma dan aturan yang mengikat. Helai demi helai kain penutup raga terlepas, kemudian berlanjut hingga tercecap puncak surga dunia. Sebuah rasa yang serupa candu—makin dihirup makin ketagihan. Sejak saat itu, kumbang makin tak sanggup menahan rindu. Gejolak yang disimpan sang nareswari[4] Pakuwon pun tak terbendung. Kembali kumbang datang bertandang secara diam-diam, menyesap madu sang permaisuri. Bukan sekali-dua kali, tetapi berkali-kali. Bagaikan meminum air lautan, yang semakin diminum semakin bertambah haus, begitulah mereka semakin hari gejolak rindu makin menjadi.

Sementara Tunggul Ametung—sang penguasa tahta—bahagia mendapati sang istri telah berbadan dua. Berita yang sudah lama dinantikannya. Dia menyanjung dan memanjakannya. Sungguh! Kebohongan yang direkayasa sempurna.

Namun lain halnya dengan hati sang istri, dia makin gundah. Dia merindukan kekasihnya, penabur benih yang menguasai hatinya. Jiwanya muak karena terus berpura-pura bahagia dalam rumah tangga. Pernikahan yang hanya menuruti kehendak sepihak sang Pakuwon, memaksanya meninggalkan ayah tercinta, menorehkan dendam yang mendarah daging. Hari-hari hanya berisi hasrat membalas dendam.

Demi sebuah pemuas dendam, kekejian itu pun dilaksanakan. Dedes mengatur strategi agar kekasihnya bisa masuk ke dalam keputren ketika suaminya hendak melepas rindu. membunuh suaminya menggunakan keris Mpu Gandring yang memang disiapkan Ken Arok sehari sebelumnya. Semua berlangsung mulus tanpa celah, Tunggul Ametung tewas.

Ya! Semua sesuai rencana. Tunggul Ametung tumbang bersimbah darah di hadapan wanita yang sangat dicintainya.

Sesuai rencana, keris Mpu Gandring dipindahtangankan pada Kebo Ijo—membiarkannya dengan congkak memamerkan keris itu berkeliling pakuwuan. Sehingga Kebo Ijolah yang akhirnya dijadikan tersangka ketika kematian sang Pakuwon—dengan luka gorok di leher dan beberapa bagian—merebak.

Skenario lanjutan dijalankan. Ken Arok menyerang pakuwuan dan memperoleh kemenangan. Tahta berpindah tangan kepadanya sekaligus bisa menikahi Dedes yang akhirnya menyandang nama depannya—Ken Dedes.

Mereka hidup dengan sangat harmonis. Berbahagia menyambut kedatangan sang putra mahkota. Tak ingat lagi berapa nyawa yang sudah dikorbankan.

***

Pangeran muda tumbuh menjadi kesatria tanpa tanding. Segala ilmu kanuragan Pakuwon Ken Arok diturunkan kepadanya. Nama yang indah pun disematkan padanya, Ken Langit. Segala harapan ditumpukan di pundaknya. Berharap dia menjadi manusia kuat, bijak dan berhati seluas langit.

Namun siapa yang tahu takdir. Tuhan punya rencana lain, Dia takkan tinggal diam dengan segala keburukan. Berita tentang kematian Tunggul Ametung sampai pada Ken Langit yang diketahui sebagai ayah kandungnya. Mbok Biyung—pengasuhnya dari bayi sekaligus abdi dalem Tunggul Ametung—mengisahkan bagaimana Ken Arok merebut paksa pakuwuan yang sedang berduka. Ken Langit meradang, panggilan hati seorang putra mahkota, merebut kembali tahta sang ayahanda.

“Baiklah, putraku. Ambil nyawaku! Tak akan aku melawanmu,” perintah Ken Arok

Ken Langit menggoreskan keris Mpu Gandring di leher lelaki yang selama ini dianggapnya sebagai ayah. Sebuah tusukan tepat di ulu hati sebagai penyempurna kematian sang pengkhianat.

Sejurus kemudian, Ken Dedes masuk disertai teriakan histeris. “Ken Langit! Apa yang kamu lakukan, Nak?”

“Mengusaikan dendam Ayah, Bu.”

Ken Dedes bersimpuh di hadapan tubuh suaminya. Ken Arok tersenyum, dengan gemetar meraih tangan belahan jiwanya.

“Sudahlah … ada harga yang harus kubayarkan. Ma—af—kan aku,” suaranya melirih lalu menghilang selamanya.

“Kakang …!” Dedes tergugu, suaranya tercekat. Sumpah serapah yang ingin dia muntahkan pada sang anak kembali tertelan.

“Dia lelaki yang menabur benih di rahimku, Nak. Ayah kandungmu yang sesungguhnya.”

Ken Langit turut bersimpuh di samping ibunya. Membiarkan keris pencabut nyawa jatuh di sisi jasad Ken Arok. (*)

Catatan:
[1] pakuwuan: ibu kota
[2] keputren: bagian istana tempat tinggal para putri raja (bangsawan)
[3] pakuwon: pemimpin/raja
[4] nareswari: permaisuri

[cerita ini merupakan fanfict dari kisah Ken Arok]

 

Lutfi Rose,memiliki nama asli Lutfi Rosidah, sebuah nama pemberian Ayah. Nama yang juga dipakai di sebagian besar akun media sosialnya. Seorang ibu rumah tangga berpenghasilan, memiliki tiga orang putri dan seorang putra, tetapi masih imut. Hihi… Penulis berasal dari Kota Apel dan tetap istiqomah di tanah kelahiran. Seorang pejuang gombal yang ingin mewujudukan mimpi masa kecilnya menjadi seorang penulis. Semoga bisa terealisasi.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata