Perempuan yang Kaujilati Kakinya

Perempuan yang Kaujilati Kakinya
Reza Agustin

Hewan biasanya tak akan mendekati predator ataupun benda-benda mencurigakan yang akan mengancam nyawanya. Termasuk keledai. Bahkan keledai dungu tak akan masuk ke dalam lubang yang sama. Bahkan hewan yang bodoh pun enggan mengulangi kebodohannya yang telah lalu. Jadi, mau disebut apa kau? Bodoh, bebal, tolol, atau memang otakmu sudah sepenuhnya berhenti bekerja karena perempuan itu?

Namanya Rasta, perempuan itu lebih menonjol di antara remaja SMA seumurannya. Tentu yang dimaksud menonjol di sini bukanlah tentang prestasi. Lalu, kau, mereka kerap memanggilmu Pak Guru. Guru mata pelajaran Biologi yang kabarnya kondang karena wajah tampan dan tubuh tinggi idaman para kaum hawa. Namun, kau bodoh.

Di antara banyak perempuan berpendidikan tinggi dan pintar, kau justru menjatuhkan hati pada siswi kelas dua itu. Ia memang cantik, tak ada yang menolak pesona wajah ayu dan tubuh indahnya. Jika kata rekan satu mapelmu—Bu Ribka—banyak siswa dari kelas satu sampai tiga tertarik belajar biologi dengannya. Tentu saja kau juga tahu bab apa yang ingin mereka praktikkan, bab reproduksi. Sudah jelas sekali bukan?

“Pak Malik, sebenarnya saya agak gak enak minta ini sama Bapak. Tapi Bapak bisa cari tahu kenapa Rasta gak masuk sekolah? Ini udah satu minggu sejak dia gak masuk. Nomor hapenya gak aktif, semua akun sosmed punya dia sama gak aktif,” ujar Bu Ribka siang itu di sela-sela jam istirahat.

Kau mengangkat alis. Bingung ingin menanggapi apa. Padahal wali kelas Rasta adalah Bu Ribka sendiri, mengapa ia harus minta tolong orang lain?

“Yah, Pak. Jangan pasang muka begitu, dong. Saya minta tolong sama Pak Malik soalnya kos-kosannya dekat punya Bapak,” lanjut Bu Ribka. Di wajahnya, rasa bersalah tercetak jelas, tak bisa ditutup-tutupi.

“Saya mau aja, sih, Bu. Tapi rasanya gak enak kalau ke sana. Tahu sendiri, kan, kalau saya mau nikah bentar lagi. Apa kata calon saya kalau ketahuan datang ke sana cuma mau konfirmasi keadaan Rasta.”

“Minta aja ditemenin calon Bapak, dong.”

Kau menarik napas panjang tak rela. “Ya udah, deh, Bu. Nanti coba saya diskusikan dulu sama calon saya.”

Satu-satunya alasan yang masuk akal itu juga tak berhasil memukul mundur Bu Ribka. Memang pilihan paling aman adalah dengan meminta izin pada calonmu, ‘kan? Daripada masalah makin meluber. Namun, kau justru urung melakukannya. Mungkin karena satu pesan masuk yang berasal dari siswi cantik itu. Baru saja dibicarakan, ia malah mengirim pesan luring melalui SMS biasa dan bukannya aplikasi pesan instan yang mudah itu.

Rasta: Pak, temui saya di kosan, ya. Saya butuh bapak sekarang. Ada yang mau saya bicarakan sama bapak.

Kau mengiyakan saja, lantas membalas satu kalimat saja. ‘Oke’, begitu balasmu.

Dengan jantung yang berdebar dan dahi dipenuhi lelehan keringat, kau memarkir sepeda motor di halaman kosannya yang lengang. Kosan tempat tinggal Rasta memang tak pernah penuh, mengingat reputasinya sebagai kosan berhantu sejak satu tahun silam. Kabarnya banyak suara tangisan dan raungan pria kala malam tiba.

Kau mengetuk pintu. Berharap bahwa perempuan itu tak melakukan bodoh. Misalnya dengan menelan obat-obat peluruh janin dan menyembunyikan luruhan daging calon manusia itu di bawah ranjang misalnya.

“Pak Malik…,” panggilnya lirih sembari mengintip melalui celah-celah pintu. Melalui pintu yang hanya dibuka seperempatnya itu, aroma busuk menguar begitu saja.

Oh, Tuhan! Kau berharap semoga bau itu tak berasal dari mayat janin sungguhan.

“Ayo masuk, Pak,” ajak perempuan itu lagi. Suaranya parau, tatapannya yang sayu mengundang rasa penasaran. Terlebih lagi singlet yang ia kenakan hanya dapat menutup separuh kulit dada. Ia sungguh menonjol. Melihat singlet itu saja dapat menarik seperempat kewarasan yang kau punya.

“Kamu kenapa gak masuk sekolah? Ini udah seminggu sejak kamu gak masuk?”

Perempuan itu memberengut manja. “Soalnya aku kesepian, gak ada Bapak yang tiap malam kelonin aku, sih.”

“Udah, Raras. Aku gak mau mengorbankan masa depanku dengan mengikuti semua mau kamu!”

Raras, kau membuat nama panggilan manja untuk perempuan itu tahun lalu ketika kalian bertemu pertama kali di sebuah lokasi pelacuran di pojok kota. Rasta, Raras, pada akhirnya pesona perempuan itu tetap tak bisa kautepis kendati sudah memiliki hubungan dengan perempuan lain. Calonmu yang sekarang.

Ada sedikit cerita tentang calon yang selama ini kau punya. Kau tak cinta padanya. Namun, kau butuh kuasa bapaknya agar bisa menjadi guru tetap di sekolah. Ya, siapa yang tak butuh kejelasan karier mengajar di tengah bobroknya pendidikan di Indonesia? Menyukai setengah hati calon pengantin itu sedikit-sedikit melubangi hati yang selama ini sudah tertambat sosok Rasta.

Kau bekerja dengan keduanya. Logika dan perasaan. Logika untuk kejelasan jadi guru atau tidak. Perasaan untuk bisa merengkuh tubuh Rasta dalam dekapan. Berkontak dengan Rasta bisa mengacaukan fungsi otak omong-omong. Ia bukannya hanya punya satu pria. Coba kau hitung! Ada berapa gundukan tanah besar di belakang halaman kosan.

“Pak, pria ini payah banget coba? Gak ada yang sekuat Bapak tahu. Ini udah orang yang keberapa, ya? Aku lupa hitung.” Rasta menunjuk tubuh pria malang yang telah terpotong-potong menjadi beberapa bagian di bawah ranjang.

Kau menelan ludah susah payah. “Enam belas.”

“Ah, iya. Benar! Sampai lupa aku. Bapak pasti heran kenapa sampai seminggu ini aku gak datang ke sekolah. Ya, buat praktik sama kasih latihan orang ini, dong!”

Kau juga tahu bahwa perempuan ini sebenarnya iblis dalam bentuk manusia. Namun, kau justru rela menjilati kakinya. Demi apa?

“Pak, bantu aku kubur dia, ya. Nanti kalau udah Bapak kubur, aku kasih hadiah.” Satu hadiah yang ia janji-janjikan membuatmu senang.

“Apa yang mau kamu kasih ke aku?”

“Gimana kalau praktik reproduksi? Tapi gak hanya itu, aku juga harus kasih latihan buat mendisiplinkan Bapak. Gak kayak orang itu. Dia dikasih latihan sedikit aja udah mati.”

Otakmu benar-benar sudah berhenti bekerja kalau di hadapan perempuan ini. Maka, gundukan di belakang kosan bertambah lagi, juga bilur-bilur merah sepanjang punggung hingga paha, tanpa jeda.

END

  • Reza Agustin, pecinta fiksi dan kucing. Kunjungi Facebook dengan nama yang sama. IG: @Reza_minnie | Wattpad: @reza_summ08 | Mangatoon/Noveltoon: Reza Agustin | Kaskus: Rezaagustin.

Leave a Reply