Perempuan dan Hal-Hal yang Sulit Dibaca

Perempuan dan Hal-Hal yang Sulit Dibaca

Perempuan dan Hal-Hal yang Sulit Dibaca
Oleh : Siti Nuraliah

Hari ini istriku hilang lagi senyumannya. Bahkan saat aku hendak berangkat kerja tadi pagi, dia menyalamiku dengan raut muka ditekuk yang hampir menelan kecantikannya. Saban hari, ada saja yang membuatnya merajuk. Kadang-kadang perempuan memang pandai membuat lelaki bingung, yang lebih parah lagi, mereka itu, makhluk Tuhan yang disebut perempuan, tidak mengerti diri sendiri maunya apa. Betul-betul membuat pusing.

Kali ini rajuknya disebabkan karena dia baru saja melihat-lihat status WhatsApp di HP-ku dan mendapati foto temanku yang sedang berpose berdua dengan istrinya. Dia juga memintaku mengunggah fotonya. Bagiku, hal-hal seperti itu remeh-temeh. Itu berlebihan, kukatakan pada istriku jika tanpa fotonya diunggah pun, orang-orang sudah tahu kalau aku sudah menikah dan memiliki istri yang cantik. Toh, kemesraan tidak perlu diumbar.

Namun, dia tetap saja merajuk. Perempuan yang kunikahi tujuh bulan yang lalu itu juga sering sekali bertanya, “Apa kamu sayang sama aku?” Tentu saja aku sayang! Lagi pula jika tidak sayang, mengapa aku menikahinya? Lagi-lagi, dia ingin mendengar aku mengucapkan “aku sayang kamu” setiap hari.

“Lihatlah, Mas, temanmu itu sering sekali mem-posting foto istrinya. Memujinya cantik, dan terlihat sangat romantis. Kamu, selama kita menikah, memasang foto profil kita berdua saja belum pernah, padahal mumpung  kita masih banyak waktu buat pacaran,” kata istriku waktu itu.

“Memangnya kamu mau Mas pasang foto kita yang mana?” tanyaku.

“Sudahlah, tidak usah. Beda rasanya. Lagi pula, kita juga jarang sekali selfie berdua,” jawabnya.

“Beda rasanya, bagaimana?”

“Iya, rasanya beda. Mas pasang foto kita berdua dengan kemauan Mas sendiri dan setelah aku merajuk.”

Astaga, mengapa makhluk Tuhan yang satu ini sangat rumit sekali? Aku memang dari dulu, sejak masih bujangan, jarang sekali mengekspose masalah pribadi. Bagiku, kebahagiaan itu cukup dirasakan saja, tidak perlu pamer. Dan hal itu sama sekali tidak mengurangi perasaan sayang terhadap istriku.

Kadang-kadang kita kesulitan memahami perasaan perempuan, hal-hal sepele saja bisa menjadi besar.

Ada lagi, apa susahnya menjawab mau dibelikan apa jika aku pulang kerja? Bukannya malah menyuruhku menebak-nebak dengan menjawab terserah. Dan karena aku tidak mau salah beli, akhirnya aku pulang tanpa membeli apa-apa, biar nanti aku menyuruhnya memesan makanan lewat jasa online saja, biasanya memang begitu jika dia malas memasak, aku membolehkannya membeli, sebab aku tahu dia pasti sibuk menjaga toko kami yang mulai ramai. Namun, saat mendapatiku pulang dengan tangan kosong, katanya dia sudah tidak berselara makan, dan mukanya cemberut.

Pernah juga suatu sore, aku bilang akan pulang rada telat saat dia meneleponku agar cepat pulang, katanya di rumah—yang kami kontrak tiga bulan setelah pernikahan—wastafelnya macet. Karena masih ada pekerjaan, aku menelepon jasa reparasi untuk datang ke rumah dan membetulkan sesuatu yang rusak. Namun di luar dugaan, ternyata pekerjaanku masih belum kelar sampai larut malam, dan aku lupa mengabari istriku lagi, aku pikir tidak apa-apa karena sudah memberi tahunya tadi sore, jadi HP-ku yang habis baterainya itu tidak kuisi ulang lagi.

Ketika aku pulang dan sampai di rumah pukul setengah sebelas malam, istriku membukakan pintu, matanya sembap dan berair. Segera aku memeluknya serta meminta maaf, namun mungkin karena dia kadung kesal padaku, akhirnya aku tidak mendapat jatah bercinta malam itu.

Aku suka berpikir, apa yang kurang? Istriku bilang, aku suami yang tidak peka. Padahal, aku hanya tidak bisa mengungkapkan perasaanku dengan kata-kata. Kadang-kadang aku memang kurang mengerti beberapa hal tentang perempuan, terlebih lagi mood-nya yang cepat sekali berubah-ubah. Apa semua perempuan memang begitu? Kurasa tidak semuanya, tapi begitulah perempuan.

“Laporan bulan ini, sudah saya siapkan untuk presentasi minggu depan.” Suara Adit yang tiba-tiba muncul membuatku tersadar. Ya, tadi aku sedang melamun.

Mendapati wajahku yang kurang bergairah, Adit memutuskan untuk tidak segera meninggalkan mejaku.

“Ada apa?” tanyanya. “Sedang tidak ada masalah, kan?”

Aku tahu pertanyaan Adit hanya menjebak agar aku mau bercerita. Adit—rekan kerja yang sudah kuanggap saudara—itu menepuk bahuku.

Akhir-akhir ini aku memang lebih sering merenung, menerka-nerka apa ada yang salah denganku. Setelah kupikir-pikir, dan aku bercerita kepada Adit, dia yang sudah banyak pengalaman karena lebih lama umur pernikahannya malah menertawaiku. Katanya aku memang perlu banyak belajar memahami perempuan, terlebih lagi kepada seseorang yang telah mempunyai sebutan istri.

Kata Adit, perempuan suka sekali dipuji, perempuan suka sekali mendengar ucapan kasih sayang dari pasangannya. Sesekali bahagiakan istri dengan mengajaknya berbicara, cukup dengarkan saja keluh kesahnya, meski kadang-kadang kita juga tidak paham apa kemauannya.  Perempuan memang suka sekali bermain kode, dan laki-laki dipaksa untuk peka.

Aku jadi merasa berdosa. Perempuan yang dulu bahagia dengan keluarganya, perempuan yang dulu sering mendapat pujian dari ayah-ibunya, perempuan yang dulu tidak pernah kekurangan perhatian, rela dibawa olehku—laki-laki yang katanya cuek dan kurang peka. Tapi sungguh, di luar itu semua, aku tidak pernah berhenti mencintainya. Barangkali hanya caraku mencintainya yang berbeda.

Selanjutnya, aku membuka galeri di HP untuk mencari foto istri, namun sial, ternyata aku baru saja ganti HP satu minggu yang lalu lantaran sudah rusak. Aku tidak kehabisan akal, kubuka WhatsApp dan mengambil foto yang terpasang sebagai foto profil istriku.

Aku mengunggahnya di story WhatsApp sambil membubuhkan kata “I Love You”. Dua menit kemudian, terdengar bunyi pesan masuk.

I Love You Too

Pesan dari istriku menandakan kalau begitu sederhana kebahagiaannya. Aku yang awalnya kurang fokus mengerjakan pekerjaan kantor, menjadi tiba-tiba semangat. Malam ini, aku pasti mendapatkan jatah bercinta.

 

Banjarsari, 08 Oktober 2020

Siti Nuraliah, perempuan sederhana. Kadang suka menulis kadang suka membaca.

Editor : Lily

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply