Oh My Clay

Oh My Clay

Oh My Clay
Oleh : Fath_vhat

Howie terbang terhuyung-huyung nyaris terjatuh. Ia baru saja terkena tamparan tangan manusia saat mereka merasa terganggu oleh kehadiran serangga hitam pemangsa darah itu.

Howie sama sekali tak ada niat mengganggu. Ia hanya ingin meminta makan secara diam-diam saat sang agen darah sedang tidak fokus kepadanya. Namun, karena gerakan tangan yang sangat spontan itu, Howie terkejut. Ia berteriak begitu saja tanpa sengaja.

Teman-teman yang sedang menunggu di markas sampai mengintip panik mendengar Howie berteriak sedemikian keras. Untung saja, Howie mempunyai teman yang sangat solidaritas. Mereka segera menghampiri Howie dan membantu nyamuk jantan itu ke tempat peristirahatan.

Sementara teman yang merasa kesal dengan si manusia—yang tadi menampar Howie—ikut-ikutan berteriak di telinga manusia itu. Alhasil, mereka semua terkena tamparan juga, bahkan hampir terkena tepukan.

“Bagaimana? Sudah lebih baik?” tanya Angelia seraya memeriksa sayap yang baru saja ia obati. Memang belum sepenuhnya pulih, tapi setidaknya luka pada sayap Howie sudah hilang. Hanya menyisakan sedikit remukan yang mengakibatkan Howie tidak bisa terbang untuk beberapa saat.

“Aw!” jerit Howie saat Angelia menyentuh sayapnya. “Pelan-pelan, Angelia. Tadi itu sangat sakit. Punggungku sampai nyeri.”

Punggung Howie sedikit meringkuk seiring suara teriakannya.

“Maaf, Howie. Maaf, aku tidak sengaja. Kupikir luka di sayapmu sudah pulih.” Angelia merutuki kebodohannya. Pasalnya, sayap Howie berwarna hitam, luka yang ada di sayapnya tadi sudah dibersihkan. Jadi, ia tak tahu di mana bekas luka tadi berada.

“Tak apa, jangan diulangi lagi. Kau bisa membuat sayapku lumpuh jika terus-terusan seperti itu, mengerti?”

Angelia menunduk. Dalam tunduknya ia mengangguk. “Mengerti, Howie.”

“Bagus. Kalau begitu obati lagi lukaku perlahan-lahan,” pinta Howie. Punggung sayapnya ia condongkan ke Angelia seperti awal tadi.

Angelia mengangguk lagi. “Baik.”

Jauh di ujung sana, Clay menatap dua teman semasa kecilnya dengan cemas. Ia tahu, sangat bodoh di situasi seperti ini tak bisa berbuat apa-apa. Mau bagaimana lagi? Kalau ia tetap bersikeras mau membantu Angelia, pasti Howie akan memarahinya lagi seperti kemarin lusa. Mengingat, Howie masih sangat membencinya.

Itu kejadian masa lalu. Di mana Clay selalu menunaikan hobinya sebagai perempuan yang sedang mencintai lelaki dalam diam. Ia mengintip setiap aktivitas Howie yang sangat lincah terbang ke sana sini mencari darah segar untuk persediaan makanan dalam tubuh.

Tapi, Diane mengadukan semua perilaku Clay pada Howie. Bahkan, ia sengaja melebih-lebihkan. Jelas saja Howie marah. Semula ia berteman baik dengan Clay, tapi setelah insiden itu, Howie sama sekali tak mau menyapa jika berpapasan dengan Clay. Jangankan menyapa, menoleh saja ia tak mau. Entah kalimat bagian mana yang Diane lebih-lebihkan, yang jelas Howie seratus persen marah padanya. Dan Diane senang itu terjadi.

“Kau mengintipku lagi, huh?” hardik Howie tiba-tiba di hadapan Clay.

Clay tersentak. Ba-bagaimana bisa ia tahu?

“Mau sampai kapan kau menjadi tukang intip, Nona Clay? Tak cukup marahku membuatmu insyaf? Kenapa kau terus-menerus melakukan kesalahan yang sama? Kau seharusnya memperbaiki, bukan malah menambah lagi!” teriak Howie marah. Benar-benar marah, nada bicaranya sangat tinggi hingga mencapai beberapa oktaf.

”Aku hanya cemas padamu, Howie. Aku mengintip karena aku cemas,” terang Clay. Ia tidak mencoba membela diri, hanya saja memberi penjelasan agar Howie tak salah paham.

“Tak usah mengelak! Dari dulu sampai sekarang engkau masih tetap sama. Sama-sama membuatku muak!!” Howie pergi meninggalkan Clay yang masih terpaku mendengar penuturan tajam dari Howie. Ia menendang benda apa pun di sana hingga benda itu terjatuh dan hancur.

Clay tak dapat berbuat banyak. Yang bisa ia lakukan hanya menatap punggung Howie yang berlalu sambil menitikkan air mata.

“Howie, sebenci itukah kamu kepadaku?”

***

Harry berlari ke sana kemari membuka setiap pintu ruangan dengan panik. Bibirnya terus berteriak, “Di sini ada Howie? Di sini ada Howie?”

Ia sangat cemas sekaligus terburu-buru mencari Howie. Ada apa sebenarnya dengan Howie?

”Harry, kenapa kau mencari Howie? Ada apa dengan Howie?” tanya Angelia ikut-ikutan panik saat Harry berteriak ke sana kemari mencari Howie.

“Howie hilang!” jeritnya seraya mengacak rambut kepala ganas. Harry benar-benar frustrasi.

“Hi-hilang? Bagaimana bisa?” Angelia tergagap-gagap. Ia pun tak kalah frustrasinya dengan Harry.

Mereka berdua sangat akrab dengan Howie. Bahkan, mereka adalah sahabat Howie sejak kecil. Seharusnya bertiga dengan Clay. Setelah Howie marah besar pada Clay, ia tak lagi menganggap Clay sebagai sahabat. Jadi, Clay mundur. Tapi, diam-diam tanpa sepengetahuan Howie, Clay masih berteman baik dengan Angelia dan Harry.

“Aku tak tahu. Saat aku masuk ke ruangannya ia sudah tidak ada. Cepat, bantu aku mencari Howie. Aku yakin ia memaksakan diri mencari makan dengan sayap yang masih belum sepenuhnya pulih,” ujar Harry panik.

Angelia mengangguk mantap. “Aku bantu kau mencari Howie.”

Sepuluh menit sebelum Harry menyadari kehilangan sahabatnya, Clay sudah terlebih dahulu terbang mencari Howie tanpa sepengetahuan siapa pun. Ia sudah mencurigai semuanya jauh sebelum Harry dan Angelia sadar. Itu semua berkat hobi mengintipnya.

Setelah Howie membuat air matanya berlinang, Clay justru makin gencar mengawasi Howie. Bahkan, semalam ia rela tidak tidur hanya karena mengawasi Howie yang sedang sakit. Ia takut Howie membutuhkan sesuatu, tapi memaksakan diri melakukan seorang diri. Benar saja, saat mata Clay tak sengaja terpejam sebentar, Howie sudah tidak ada. Ke mana ia?

“HOWIE … HOWIE!” Mata Clay sibuk menyibak pemandangan di sekitarnya. Mungkin saja ia menemukan Howie sedang terbang dengan payah atau berjalan seperti nyamuk bodoh, merayap-rayap di permukaan lantai. Bagaimana kalau ada manusia yang tak menyadari ada nyamuk di bawah sana? Ia akan terinjak mati! Apa ia tak memikirkan hal itu?

“Tolong … tolong!!!”

Terdengar suara teriakan nyamuk berbarengan saling sahut-menyahut dari dalam kelambu. Mata Clay langsung membulat. “Howie! Itu pasti suara Howie.”

Cepat-cepat Clay menghampiri kelambu dan menajamkan mata mencari sosok Howie yang sudah berbaur dengan nyamuk asing lainnya.

“Ketemu! Itu Howie!!” batin Clay heboh.

Howie sedang berusaha mati-matian menjauhi manusia yang sedang menepuk nyamuk satu per satu dalam kelambu. Beberapa nyamuk asing sudah mati tak bernyawa. Kini, tinggal tersisa dua nyamuk lagi, salah satunya Howie yang menjadi incaran hangat untuk dibunuh sekali tepukan.

Clay sadar itu. Ia membelalak dan segera mencari celah untuk masuk ke dalam kelambu tidur. Nyamuk asing dalam kelambu selain Howie sangat lincah terbang ke sana sini mempermainkan si manusia yang sejak tadi sangat nafsu membunuhnya. Seraya tertawa cekikikan ia berujar, “Bunuh aku, manusia bodoh!”

Berbeda halnya dengan Howie, nyamuk jantan itu tergopoh-gopoh menerbangkan diri ke ujung kelambu mencari tempat persembunyian.

“Bagus, Howie. Kau harus sembunyi sebelum manusia itu mengincarmu. Cepat!!!” teriak Clay nyaris menangis melihat perjuangan Howie yang sangat luar biasa. Andai saja tak ada manusia itu, Clay sudah membantu Howie memapahnya hingga ia sampai ke markas. Tapi sayang, kalau ia menghampiri tentu ia akan menjadi incaran tepukan jua.

Howie menoleh mendengar ada suara teriakan lain selain nyamuk asing yang sedang bersamanya. Matanya memicing dan dahi mengernyit menatap sosok Clay sedang menangis di ujung kelambu sana.

“Nyamuk bodoh! Sedang apa ia di tempat berbahaya seperti ini? Sudah bosan hidup? Mau cari mati?” pekik Howie.

Nahas, mata manusia dalam kelambu tertuju pada Howie yang terbangnya sangat lamban. “Matilah kau, nyamuk sialan!” umpatnya seraya menepukkan tangan ke arah tubuh Howie.

Clay jelas berteriak panik. “Howie! Awaaas!!!”

Dua tangan raksasa mengarah kepadanya. Howie tersentak. Sebisa mungkin ia menerbangkan diri ke tempat lain, menghindar dari hadapan manusia itu. Nasib buruk sedang menimpanya, mata manusia itu sangat jeli memperhatikan Howie yang terbang sangat lambat sehingga mudah diincar.

“Aku tak boleh diam saja. Aku harus melindungi Howie!” tekad Clay. Ia terbang menuju mata sang manusia hingga manusia itu berdecak kesal.

“Enak? Makanya jangan bermain-main dengan kami!!” seru Clay tertawa bebas di telinga sang manusia.

Howie sempat tertawa melihat aksi nekad Clay. Kenapa ia lucu sekali?

Manusia dalam kelambu mengibas-ngibaskan tangan di daerah sekitar telinganya. “Ah, nyamuknya makin banyak saja.” Ia beranjak keluar dari kelambu.

“Kau menyerah, manusia bodoh?” umpat Howie ikut-ikutan seraya tertawa.

“Kau payah! Tubuhmu saja besar, tapi kau takut pada hewan kecil seperti kami,” ledek Clay seraya disambut tawa menggelegar dari Howie. Clay cepat-cepat menghampiri Howie. “Kau tak apa-apa?”

Howie mengangguk. “Aku baik-baik saja.”

“Syukurlah. Kalau begitu, ayo kita pulang sebelum manusia itu kembali,” ajak Clay.

Howie mengangguk. Tapi, belum sempat mereka beranjak, manusia itu kembali datang membawa obat semprot nyamuk. Clay menyadari hal itu terlebih dulu. Dengan sigap, ia mendorong tubuh Howie hingga tersungkur di atas permukaan guling empuk.

“HOWIE, AWAAASSS!!!”

Sekali semprotan, tubuh Clay linglung. Gelap, gelap, dan akhirnya Clay merasa dunia ini kehabisan oksigen. Clay mati hanya demi menyelamatkan Howie.

“CLAAAYYY!!” teriak Howie sejadi-jadinya.(*)

 

Fathia Rizkiah, sapa saja Fathia. Tinggal di kota Tangerang, kesibukanku di umur 20 tahun ini menjadi pendidik manusia-manusia kecil di TK Islam Al-Muhajirin. Bila senggang, boleh mampir ke akun wattpadku @fath_vhat. Aku memposting cerita yang membosankan di sana lho. Memberi krisar? Oh boleh sangat, jangan lupa di-follow, ya.

 

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply