Oh … Emak-Emak

Oh … Emak-Emak

Oh … Emak-Emak
Oleh: Evamuzy

Hari Minggu. Anak-anak diajak pergi tetangga sebelah, tidak enak kalau menolak. Takut mereka tersinggung. Katanya, sih, mau jalan-jalan ke mal. Okelah, tak apa. Sudah diberi uang saku juga. Cukuplah untuk jajan sendiri, biar tidak perlu merepotkan yang mengajak.

Sementara bapaknya anak-anak seperti biasanya, pergi memancing dari pagi sama teman-temannya. Padahal, nih, ya, si dia paling banter bawa pulang ikan mujair satu ekor. Dan itu saja sudah membuatnya bangga bak memenangkan sebuah kompetensi balap motor. Untungnya tanpa adegan selebrasi di atas meja. Waktu ditanya, kenapa bapak senang sekali begitu? Dia menjawab, “Bapak bangga, Ibu. Memancing ikan itu bukan hal yang mudah.” Aku hanya berdecak heran. Baiklah, asal kau bahagia, Pak. Emak ikhlas.

Namun, itu masih mending daripada dia pulang cuma dengan keadaan favoritnya: baju dan celana penuh lumpur, mirip bocah habis mandi di sawah yang mau ditanami padi. Sini tambahi ongkos cuci baju! Ingin sekali Emak bilang begini, tetapi, ya, sudahlah. Semoga saja mencuci baju kotor suami: selangkah lebih dekat dengan surga. Aamiin.

Wah, ditinggal di rumah sendirian, Emak enak, dong. Bebas tugas! Eits, kalian salah besar. Kalian tahu, di belakang, baju kotor setinggi Gunung Semeru minta dicuci. Belum lagi yang hari kemarin masih basah–karena hujan seharian mencumbu bumi–minta dijemur lagi. Segeralah Emak bertamasya dengan busa-busa cucian selama satu jam lebih. Lalu segera menjemurnya, kejar-kejaran sama terik matahari.

Selesai nyuci baju, Emak harus mengurus perlantaian supaya kinclong. Menyapu terus mengepel. Melihat rumah rapi dan bersih itu ibarat pulang dari perang. Lega. Rumah sederhana pun rasanya tinggal di istana. Duduk sebentar, Emak teringat sesuatu, belum belanja. Hari ini niatnya mau bikin soto ayam, request-an anak-anak dan bapaknya. Bersegeralah Emak menuju warung, membeli bahan-bahan.

Sebelum anak-anak sama bapaknya pulang, makanan harus sudah terhidang. Mereka pasti pulang dengan keadaan lapar. Oke, Emak harus gerak cepat. Anggap saja sedang ikut Master Chef Indonesia. Masak dengan waktu singkat, tetapi rasa dijamin harus enak dan nikmat. Kalau tidak, bakal kena semprot Chef Juna yang terkenal ganteng dan killer.

Done! Soto ayam spesial ala Emak kece selesai dimasak. Pas banget sama kepulangan anak-anak dan bapaknya. Suara mereka sudah riuh di ruang tamu.

“Lapar, Ibuuu.” Yang pasti itu suara merdu mereka, bukan Chef Juna.

Dengan sigap, Emak meracik soto ayam di mangkuk-mangkuk di atas meja makan. Bihun, tauge, tauco, bawang polong dan irisan tomat disiram kuah kaldu panas, tak lupa taburan bawang goreng. “This is it … soto ayam spesial ala Ibu. Selamat menikmati.” Emak berlagak layaknya chef terkenal.

Soto ayam yang dibuat sengaja Emak lebihkan satu porsi untuk tetangga. Hitung-hitung sebagai tanda terima kasih sudah mengajak anak-anak jalan-jalan siang ini. Dengan hati senang dan bangga karena bisa berbagi, Emak mengetuk pintu rumah tetangga membawa semangkuk soto ayam di tangan. Tersenyum manis saat pintu terbuka dan menyerahkan mangkuk bawaan kepada pemilik rumah. Emak segera pamit pulang setelah menjawab ucapan terima kasih si tuan rumah.

Sampai di rumah, Emak bingung. Pasalnya disambut wajah cemberut anak-anak dan bapaknya.

Ada apa gerangan dengan mereka? batin Emak berkata heran.

“Kalian kenapa?” Emak mendekati anak-anak dan bapaknya. Dahinya berkerut mirip kolor celana bapak saking bingungnya.

“Ibu … sotonya nggak ada ayamnya. Katanya soto ayam, tapi isinya cuma bihun sama sayur,” protes si bungsu sambil memonyongkan bibir.

Emak mematung sekian detik. Mengingat-ingat. Lalu, plak! Ditepuknya jidat. Jidatnya sendiri, bukan jidat Chef Juna. Bisa-bisa beneran kena semprot kalau iya.

“Oalah … Ibu lupa. Ayamnya baru direbus belum sempat digoreng, apalagi dipotong-potong di mangkuk kalian. Maaf, ya,” jawab Emak tak enak hati. Sudah berbangga hati masak secepat kompetisi, tidak tahunya malah begini.

Begini, nih. Kalau sok-sokan masak ala di Master Chef Indonesia. Jadilah soto yang disantap anak-anak dan bapaknya bukan soto ayam namanya, tetapi soto bihun dan sayur.

Maafkan Emak, anak-anaknya. Maafkan Emak, Bapak. 

Lalu, Emak teringat sesuatu. Sesuatu yang sepertinya cukup penting, tetapi apa, ya? Berpikir, berpikir, berpikir, mengingat dan … ketemu! Oalah … jadi, soto ayam yang diberikan ke tetangga juga tanpa ayam? Emak tepuk jidat lagi, tetapi kini beneran jidatnya Chef Juna. Ealah ….

Duh Gusti … Minggu depan anak-anak pasti diajak jalan-jalan lagi. Pikir mereka, buat beli ayam saja kita tidak mampu, apalagi untuk menyenangkan para buah hati. Karena tidak mungkin juga Emak antarkan sejumput suwiran ayamnya ke rumah mereka. (*)

 

Evamuzy, gadis kelahiran kota Brebes Jawa Tengah. Penyuka dunia anak-anak, es krim rasa cokelat dan warna cokelat muda.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata