Mother (2020): Ibu yang Buruk? – Sebuah Review Film
Oleh: Syifa Aimbine
Judul: Mother (Jepang)
Genre: Misteri, kriminal, dan drama.
Direktor: Tatsushi Ohmori
Tanggal rilis di Netflix: 3 November 2020
Berbeda dengan cerita bertema ibu pada umumnya yang menceritakan ibu yang baik atau ibu super, film asal Jepang bertajuk “Mother” ini justru kebalikannya. Tokoh ibu bernama Akiko (yang diperankan oleh Masami Nagasawa) ini benar-benar menunjukkan perilaku buruk seorang ibu yang tidak layak menjadi panutan.
Cerita diawali ketika sang anak yang berusia sekitar sepuluh tahun bernama Shuhei (diperankan oleh Sho Gunji) pulang sekolah dengan luka di lututnya akibat perundungan. Sang ibu menyambutnya dengan hangat dan menjilat lukanya, lalu mengajaknya berlari dan berenang. Sampai di sini saya masih mengira Akiko adalah ibu yang baik, karena berusaha menghibur sang anak. Namun, berikutnya perilaku buruk Akiko mulai terlihat. Ia datang ke rumah orang tuanya dan memaksa memberinya uang, sang adik kesal karena kakaknya itu hanya menjadi beban keluarga. Akiko kesal lalu membawa pergi Shuhei ke tempat bermain, lalu bertemu dengan pria yang menarik perhatiannya. Keduanya pulang bersama lalu merencanakan liburan bersama tanpa melibatkan Shuhei, ia meninggalkan anaknya itu sendiri selama seminggu. Selanjutnya kelakuan pasangan itu seakan tidak ada anak kecil di sekitar mereka, aktivitas seksual yang bebas dilakukannya di depan sang anak. Pacar sang ibu, Ryo (Sadao Abe), juga sama gilanya. Cinta Shuhei pada ibunya tentu saja tidak berbalas, Akiko malah terlalu sibuk dengan kekasihnya yang justru membuat kehidupannya memburuk. Kekerasan seksual sering mewarnai hubungan pasangan ini, bahkan pernah melibatkan Shuhei yang ikut dipukuli kekasih sang ibu saat Ryo mengetahui Akiko hamil. Meski masih kecil, Shuhei berani pasang badan untuk melindungi ibunya.
Film kemudian melompat ke lima tahun kemudian saat Shuhei lebih dewasa (Daiken Okudaira) sedang bermain bersama adik perempuannya, Fuyuka. Lalu seorang petugas sosial bernama Aya yang simpati dengan keadaan Shuhei, adiknya, dan juga Akiko yang sedang sakit; ia menawarkan bantuan pada mereka. Melihat tingkah buruk Akiko, Aya pernah menawarkan Shuhei untuk tinggal di panti asuhan, tapi lagi-lagi Akiko mampu meyakinkan kalau Aya hanya berpura-pura, dan meyakinkan kalau tidak ada lagi yang peduli pada nasib Shuhei selain ibunya, Shuhei pun kembali ikut pindah bersama ibunya.
Akiko, seorang wanita yang manipulatif, mengajari Shuhei menipu, mencuri, dan kejahatan lainnya. Puncaknya adalah ketika Akiko menyuruh sang anak membunuh kakek-neneknya untuk mendapatkan uang. Akiko membuat toxic relationship antara ibu dan anak, seolah-olah di dunia ini tidak ada yang peduli dengan hidupnya selain sang ibu, sehingga Shuhei benar-benar sangat bergantung pada ibunya, dan tidak ingin meninggalkan wanita itu. Padahal di salah satu scene, terlihat ayah Shuhei juga memiliki keinginan dan kemampuan untuk merawat anaknya itu, tapi Shuhei menolak dan memilih tinggal dengan ibunya.
Film ini cukup menguras emosi, sejak awal kita akan dibuat geram dengan tingkah laku buruk Akiko. Namun, di bagian akhir, kita akan dibuat hangat oleh ketulusan cinta Shuhei pada ibunya. Tak peduli seberapa buruk fitnah sang ibu, ia tetap menyayanginya. Shuhei di sini adalah korban dari keegoisan orang tua yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan mendidik dan mengasuh anak. Untungnya, di negara tempat film ini dibuat (Jepang) adalah negara maju yang memang merangkul masyarakatnya. Terlihat dari beberapa kali petugas sosial menyambangi Akiko dan anak-anaknya, tapi perilaku buruk Akiko memang sudah melampaui batas.
“Mother” dibuat cukup apik, tapi dengan alur yang cukup cepat dan melompat-lompat, membuat penonton harus benar-benar serius mengikuti jalan cerita. Menurut saya, kalau mau nonton film ini, kita harus dalam mood yang baik. Sebab film yang bergenre dark drama ini cukup membuat perasaan sedikit kurang nyaman, tim pembuat film sukses mempermainkan emosi penonton. Meski sejauh ini rating Imdb tidak terlalu tinggi, tapi film ini memiliki kualitas yang tidak main-main. Tidak salah kalau menjadi film yang cukup banyak dicari selama tahun 2020 lalu. Jika Anda penikmat film, maka tidak lengkap rasanya tanpa memasukkan film ini dalam agenda tontonan selanjutnya. (*)
Depok, 6 Januari 2021
Syifa Aimbine, Menyukai semua genre film.