MITAMITIK CANTIK
Part 1 : Belajar Matematika, Mudah dan Menyenangkan
Oleh : Ika Mulyani
Jika kita menanyakan kepada siswa SD, pelajaran apa yang paling sulit? Sebagian besar anak akan spontan menjawab, “Matematika!”
Mata pelajaran yang satu ini memang seolah menjadi momok yang mengerikan bagi kebanyakan siswa, dan juga orangtua mereka. Orangtua—terutama para mamak—lebih memilih menitipkan anak-anak mereka untuk belajar Matematika di lembaga bimbingan belajar—yang sering kali tidak murah—daripada mengajari sendiri di rumah. Padahal sejatinya, Matematika tingkat sekolah dasar ini masih bisa dikuasai dengan mudah, bila kita mengetahui celahnya.
Hal utama yang harus ditanamkan pada anak adalah, bahwa belajar Matematika itu tidak sulit. Belajar ilmu berhitung itu bisa dibuat menjadi mudah dan menyenangkan. Tidak perlu banyak menghafal rumus. Hanya ada beberapa rumus yang memang harus diingat sepanjang masa, dan itu tidak banyak jumlahnya. Rumus-rumus lain hanyalah hasil penurunan dari rumus utama yang perlu dihafal tersebut.
Bagaimana caranya Matematika jadi mudah dan menyenangkan?
Setiap keahlian dan kebisaan, tentu dicapai melalui beberapa tahapan. Seperti anak yang bisa berlari: diawali dengan belajar berdiri dengan berpegangan, lalu berdiri tegak tanpa bantuan. Selanjutnya belajar melangkah dengan dituntun, perlahan tuntunan dilepaskan, hingga si anak bisa berjalan sendiri dengan lancar, bahkan kemudian mampu untuk berlari.
Seperti itulah juga belajar Matematika. Ada tahapan yang harus dilalui dan dikuasai dengan baik, sebelum berlanjut ke tahapan berikutnya. Awali mengajari hal yang mudah, dengan cara yang menyenangkan, hingga anak menjalani setiap tahapan dengan penuh semangat dan kegembiraan.
Tahapan apa saja yang harus dilewati?
Pertama, anak mahir dalam operasi penjumlahan dan pengurangan. Mereka bisa menjalankan proses simpan-pinjam dengan baik dan benar dalam berhitung.
Kedua, anak mahir dalam operasi perkalian, dan anak hafal perkalian satuan satu sampai sembilan.
Ketiga, anak mahir dalam operasi pembagian.
Keempat, anak mahir dalam operasi bilangan pecahan.
Apabila sudah berhasil lulus dari keempat tahapan tersebut, insya Allah materi selanjutnya akan lebih mudah dikuasai.
***
Sebelum memasuki tahap pertama, ada tahap perkenalan yang juga harus dilewati, yaitu pengenalan nilai tempat angka dalam sebuah bilangan. Setelah melewati tahap ini, anak diharapkan bisa membaca bilangan dengan benar. Nilai tempat ini sendiri terdiri dari satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan, ratus ribuan, jutaan, dan seterusnya.
Di dalam bilangan pecahan, ada nilai tempat persepuluhan, perseratusan, perseribuan, persepuluhribuan, dan seterusnya. Namun, ini diajarkan nanti saja, bila anak akan memasuki tahap keempat, mahir bilangan pecahan, sub tahapan bilangan pecahan desimal.
Sebagai contoh, bilangan 1.234, dibaca seribu dua ratus tiga puluh empat. Angka 1 menempati ribuan, 2 ratusan, 3 puluhan, dan 4 satuan.
Contoh lain bilangan 2003. Ada anak yang membacanya sebagai dua ratus tiga, karena melihat ada dua angka nol di sana, dan mereka mengingat bahwa dua angka nol berarti ratusan.
Bila anak sudah paham tentang nilai tempat dari setiap angka—bahwa angka 2 pada 2003 menempati ribuan—ia tidak akan salah membaca. Ia akan membacanya sebagai dua ribu tiga.
Pengetahuan tentang nilai tempat ini penting, karena di dalam operasi penjumlahan dan pengurangan, setiap angka harus ditempatkan pada posisi yang tepat sebelum dioperasikan secara bersusun ke bawah.
Contoh, bagaimana cara mengoperasikan 1234 ditambah dengan 567?
Ada anak yang menyusunnya seperti ini:
1234
567
_________ +
Padahal, jika kita lihat nilai tempatnya, adalah sebagai berikut:
1234 = 1 ribuan + 2 ratusan + 3 puluhan + 4 satuan
567 = 5 ratusan + 6 puluhan + 7 satuan
Seharusnya, setiap angka dari bilangan pertama (1234), ditempatkan bersusun dengan angka dari bilangan kedua (567), yang memiliki nilai tempat yang sama. Sehingga susunannya menjadi :
1234
567
______ +
Dalam setiap operasi bilangan, angka yang mendapat urutan pertama untuk dioperasikan adalah angka yang menempati posisi satuan. Ini berlaku dalam operasi penjumlahan, pengurangan, dan juga perkalian.
Untuk contoh di atas, dapat juga dituliskan seperti ini:
1234
0567
______ +
Angka 1 tidak memiliki teman, jadi diberi angka 0 sebagai pasangannya. Angka-angka yang mendapat giliran pertama untuk dijumlahkan adalah pasangan 4 dan 7. Selanjutnya 3 dan 6, lalu 2 dan 5, terakhir 1 dan 0.
Contoh lain dalam operasi perkalian: 1234 × 5.
1234
5
_____ ×
Angka yang mendapat giliran pertama untuk dikalikan dengan angka 5 adalah angka satuan, yaitu 4. Setelah itu angka 3, lalu angka 2, dan terakhir angka 1.
Agar mudah mengingat kaidah ini, ingatkanlah anak pada pentingnya persatuan bangsa. Ber-satu itu penting dan harus diutamakan, hingga dalam berhitung pun, satuan harus didahulukan.
Mengaitkan pelajaran Matematika dengan kehidupan sehari-hari bisa menjadi sarana “jembatan keledai” bagi anak, agar lebih mudah dan menyenangkan dalam mengingat dan memahami berbagai kaidah di dalam ilmu berhitung.
Sekian dulu untuk bagian pertama ini. Dalam part selanjutnya, akan kita bahas lebih dalam tentang empat tahapan dasar dalam mempelajari Matematika. Setelah menguasai keempatnya, niscaya Matematika akan terlihat cantik dan ngangenin. Percayalah!
Salam Mitamitik Cantik! (*)
Ciawi, 20 September 2020.
Ika Mulyani, lahir di Bogor, 44 tahun lalu. Di sela kesibukannya sebagai ibu dari dua anak, ia juga mengajar matematika di sebuah bimbel. Hobi membaca membuatnya mencoba untuk menulis, dengan harapan dapat berbagi sedikit ilmu dan inspirasi. Salah satu mimpinya adalah, menulis buku “Fun Math for Kids and Moms”.
Editor : Devin Elysia Dhywinanda
Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata