Misteri Rumah Tua dan Keluarga Saga


Oleh : Alisa Davina Arashi

Ada sebuah rumah yang terkenal dihantui arwah seorang wanita tua. Sudah banyak orang yang ketakutan karena menyaksikannya, tetapi lebih banyak yang penasaran.

Sepasang kekasih malam itu berencana membuktikannya sendiri. Saat tengah malam mereka mengendap-endap memasuki rumah tersebut.

“Apakah menurutmu ia akan keluar malam ini?” tanya sang gadis.

“Entahlah. Kita harus membuktikannya sendiri,” jawab pacarnya.

Pasangan itu kemudian membuka pintu depan yang sudah reyot dan masuk. Di dalamnya sangat gelap dan berdebu. Begitu mereka masuk ke dalam, pintu yang baru saja mereka lewati terbanting lalu terkunci secara tiba-tiba.

“Aku takut!” tangis gadis itu, “Ayo kita keluar dari sini!” Gadis itu mencoba membuka pintu, tapi tangan pria itu menariknya dengan kasar.

Si pria tersenyum dingin dan berkata, “Mau ke mana kamu? Kamu belum bertemu dengan ibuku.”

Gadis itu menangis sesenggukan karena takut akan mati di rumah angker tersebut.

Di luar sana, malam begitu mencekam. Langit turun hujan. Suara burung hantu bersahut-sahutan membuat suasana semakin menakutkan.

Pria itu menarik rambut si gadis, lantas menariknya menuju sebuah kamar gelap di dekat ruang tamu mewah.

“Apa yang akan kau lakukan padaku? Kenapa memperlakukanku seperti ini? Aku kekasihmu,” ucap si gadis dengan penuh ketakutan.

Pria itu tertawa terbahak-bahak. Lalu mengikat tangan si gadis.

“Tenang saja, Sayang. Kau akan baik-baik saja. Seperti mereka,” jelas pria yang mengenakan baju hitam tersebut.

“Mereka siapa?” tanya gadis sambil berusaha melepaskan ikatan tangannya tapi ikatannya begitu kuat sehingga sulit terlepas.

Pria itu menghela napas panjang, lalu ia duduk di pinggir kasur yang alas kasurnya berantakan, kotor, dan penuh debu.

Ia menatap tajam ke arah gadis yang ada di depan mata, mengamati setiap detail lekuk badannya. Lalu pria itu berjalan ke arah lemari dan mengambil sebuah pisau dan pistol.

“Kau mau dibunuh pakai apa? Pisau atau tembakan? Ha-ha-ha.” Si pria tertawa lebar.

“Ampun. Ampuni aku. Lepaskan aku. Aku ingin hidup,” pinta gadis dengan raut muka cemas.

“Sepertinya pisau lebih cepat membuatmu mati. Kau tak akan merasakan sakit sedikit pun. Ya kan, Sayang?” Ia mencium kening si gadis, lalu tertawa keras.

Tak lama kemudian tercium bau darah yang sangat busuk. Menyengat hingga membuat mual siapa pun yang menghirup aroma tersebut. Ya, itu adalah pertanda wanita—ibu si pria—itu muncul.

Wanita tua itu berdiri di sebelah si gadis secara tiba-tiba, lalu ia berkata kepada anaknya, “Mangsa yang bagus, Nak. Kita akan menyantapnya malam ini. Lalu memberikan tulangnya pada mereka, anjing peliharaan kita di belakang rumah. Ha-ha-ha,” tawa wanita tua itu menggelegar dan terdengar menakutkan. Burung-burung di luar sana pun beterbangan.

“Tentu Ibu. Gadis ini adalah buruanku. Sudah lama aku pura-pura jadi manusia hingga tepat pada malam ini aku berhasil membawanya ke sini. Kita akan menjadi vampir yang sangat kuat, Bu. Karena dia masih keturunan bangsa Saga yang begitu diagungkan.”

Wanita tua dan pria itu saling menatap lalu tersenyum.

Kemudian gadis itu disuruh duduk di tengah lilin yang menyala. Lalu pria bertubuh jangkung itu membaca sebuah mantra. Sesekali memandangi sang gadis yang sedang menangis tak henti.

“Tuhan, tolong selamatkan aku. Jangan biarkan aku mati. Aku mohon. Kirim bantuan-Mu padaku yang lemah ini,” ucap gadis itu dalam hatinya. Ia benar-benar takut. Tapi keadaan membuatnya tak berdaya.

Pandangan mata sang gadis tertuju pada serpihan kaca di sebelahnya. Ia pun meraih kaca tersebut dan berusaha memotong tali yang mengikat tangannya. Tak lama, ikatan itu terlepas tetapi dia tetap berpura-pura bertingkah sebagai tawanan.

Wanita tua itu mendekati si gadis lalu ia melumurkan darah ke wajah sang gadis. “Kau akan semakin cantik. Ini sangat kami sukai. Sebentar lagi, darahmu akan kami isap.”

Pria itu akhirnya selesai membaca sebuah mantra yang panjang. Ia pun mendekati sang gadis.

“Mari kita isap darah kekasihku, Bu,” ajak si pria pada ibunya.

Lalu keduanya mencondongkan badan ke arah si gadis. Gadis memejamkan mata. Sesaat ia teringat sebuah kalung pemberian almarhumah ibunya. Wasiat ibunya, saat terjadi bahaya, ia harus menggunakannya. Lalu ia pun merogoh saku celana kanannya dan menunjukkan liontin kalung itu ke arah wanita tua dan pria. Kedua vampir itu merasa kesakitan dan tiba-tiba cahaya yang begitu terang menyilaukan mata. Gadis itu pun berada di sebuah padang rumput hijau yang luas. Di depan matanya terdapat sebuah istana yang begitu megah. Itu adalah istana para keturunan Saga tinggal.

 

Kota Bersemi, 16-01-21

Alisa Davina Arashi, newbie yang hobi membaca buku dan mendengarkan musik.

Editor : Rinanda Tesniana

Grup FB KCLK
Halaman FB kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/menjadi penulis tetap di Loker Kata

Gambar : https://pin.it/4Mx3n0a

Leave a Reply