Meniti Harapan

Meniti Harapan

Meniti Harapan

Raga nan lemah itu menggigil
Meringkuk di sudut kamar berukuran kecil
Sesekali merintih, terisak, dan berteriak
Memanggil sebuah nama dengan suaranya yang serak

Tertunduk lesu
Mengharap satu; ibu pulang membawa buah tangan
Agar perut terisi sesuatu
Entah makanan, atau minuman

Ini sudah malam kesekian
Sejak kepulangan ayah dari negeri seberang
Hanya menyisakan pilu sebab nyawa tak lagi di tubuh
Tinggalah ia, bersama wanita berwajah sayu

Hidup berdua di rumah tua
Jalani takdir dari Sang Maha Kuasa
Teguh bertahan
Dari badai kehidupan

Mungkin nestapa setia mendampingi
Pun derai air mata di wajah
Tapi harga mati
Adalah keyakinan yang tertanam kuat di hati, masih ada esok hari ‘tuk mengais rejeki

Malang, 04 Maret 2018

Mencumbu Rindu dalam Temu

Aku berdiri ketika angin membelai lembut kenangan
Membius hati ‘tuk memilin pun turut merasakan
Aroma kebersamaan di setiap jengkal waktu
Adalah rekam jejak dari sepasang jiwa yang menyatu

Bersamamu, terjalnya lautan kerikil telah kulewati
Saling memintal dengan warna menawan
Bak pelangi usai hujan membasahi
Namun berganti badai selepas kau menjarak pandang; raib oleh mantra keangkuhan

Seketika rindu bertahta manakala hampa tak dapat berdusta
Sesal sebab sengketa telah sukses meluruhkan air mata
Di bawah dahan akasia, kucurahkan segala gundah juga seikat harapan
Mengeja rindu lewat temu agar hangus segunung kesalahan

Kau kembali membawa ego yang terkikis ditelan tangis
Lalu dari binar netramu kuintip paksa nelangsa
Tapi tak apa, kabut telah melenyap seiring ikrar yang kau tunaikan
Di hari bertambahnya usiaku

Firasat membisik keras tanpa mampu diabaikan
Perlahan bayangan mewujud nyata
Hingga pertalian sejati menjadi bukti
Selama nama bersemayam dalam benak, selalu ada maaf tak peduli luka berdarah nanah

Malang, 10 Maret 2018

Dibudak Harta

Terbuai
Tergelincir badai
Menuai benih kemurkaan
Tiada guna setumpuk permata

Menggema di langit kesombongan
Berteman karib lama
Pemuja harta
Merana

Tersungkur
Nestapa menyubur
Melekat dalam ingat
Seuntai lisan tak beriman

Hanya linang air mata
Menyayat luka lara
Mendebat sunyi
Tersisih

Malang, 13 Maret 2018

Tentang Penulis:

Triandira, penyuka fiksi yang belum bisa move on dari mi ayam dan durian. Jika ingin menghubunginya bisa melalui akun FB dengan nama Triandira  Email: triwahyuu01@gmail.com

Profil penulis: Triandira

Grup FB KCLK
Halaman FB kami:
Pengurus dan kontributor
Cara mengirim tulisan
Menjadi penulis tetap di Loker Kita

Leave a Reply