Memaknai Kegagalan

Memaknai Kegagalan

Memaknai Kegagalan

Oleh : Mila Athar

Setiap manusia rata-rata pasti pernah mengalami kegagalan. Baik itu gagal dalam hal besar ataupun dalam hal kecil. Seorang teman pernah bercerita, dia merasa sedih ketika jurusan kuliah yang dia idam-idamkan yakni jurusan kedokteran ternyata tidak tercapai. Begitu pula dengan yang terjadi dengan tetangga sebelah rumah yang berkali-kali gagal menjalankan bisnis yang dia jalankan. Atau saat gagal mengikuti lomba dan gagal di tengah jalan.

Minggu ini juga terjadi hal yang luar biasa di kampung wilayah saya. Ada hajat besar pemilihan kepala desa. Selama berhari-hari suasana kampung terasa mencekam. Kebetulan ada dua tetangga dekat rumah yang sama-sama mencalonkan diri menjadi kepala desa. Keduanya dikenal dan sama-sama mempunyai peluang untuk menang. Dan begitulan, akhirnya ketika pemilihan hasilnya ada yang menang dan ada yang kalah. Ada salah satu yang berhasil menjadi kepala desa dan ada yang gagal. Ketika malam hari kami beramai-ramai untuk bersilaturahmi ke dua belah pihak, suasana kontras yang saya temukan. Di kubu yang kalah suasana begitu senyap, tampak wajah-wajah sembap oleh tangis dan kalimat-kalimat penghiburan. Berusaha untuk menerima dengan lapang dada walau ada rasa kecewa yang begitu kentara. Sebaliknya di kubu yang menang terlihat wajah-wajah ceria, ratusan senyum, dan suasana hingar bingar. Melihat semua itu, saya berpikir tentang bagaimana kita seharusnya memaknai kegagalan.

Gagal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna tidak berhasil atau tidak tercapai maksud atau keinginan. Keinginan manusia sifatnya beraneka ragam dan sangat banyak. Mulai dari keinginan kaya, sukses, hidup bahagia, memiliki jabatan tinggi, memiliki kendaraan, rumah, perusahaan, dan keinginan dunia lainnya. Namun, yang penting disini adalah bagaimana jika keinginan itu tidak tercapai atau mengalami kegagalan?

Penting sekali bagi kita untuk menyikapi kegagalan dengan baik. Berikut ini cara memaknai kegagalan yang bisa menjadi perenungan kita bersama.

Pertama, yakin bahwa kegagalan adalah takdir dari Allah. Bahwa segala apa yang terjadi di dunia adalah karena takdirnya. Manusia memang harus berencana namun Allah lah yang menentukan. Yakin bahwa apa yang kita inginkan belum tentu terbaik untuk diri kita. Selalu yakin bahwa Allah memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Percaya bahwa setiap kegagalan yang menimpa memiliki hikmah yang terbaik untuk hidup kita.

Kedua, kegagalan bukanlah aib. Selalu tanamkan dalam diri bahwa gagal bukan suatu aib atau kehinaan. Perlu dipahami bahwa gagal adalah siklus hidup yang setiap orang mengalaminya. Gagal bukan aib, namun suatu jalan kesuksesan yang tertunda. Dari kegagalan kita juga bisa belajar kesalahan yang sudah kita lakukan sehingga kita bisa melakukan evaluasi untuk meraih keberhasilan di masa depan.

Ketiga, mencari filosofi agar tetap berpositif thinking. Ber-positive thinking atau berhusnuzan pada Allah itu penting. Cari hikmah terpendam dari kegagalan yang menimpa. Bisa jadi di balik kegagalan akan ada kesuksesan yang lebih besar menunggu kita. Dan ini sudah terbukti dari berbagai macam cerita orang-orang sukses dunia, mulai dari ilmuwan, pengusaha, pejabat hingga para penulis yang bukunya best seller.

Keempat adalah kegagalan adalah guru yang berharga. Guru yang paling berharga dalam hidup kita adalah kegagalan. Kita tidak akan pernah tahu rasanya bangkit tanpa mengalami kegagalan. Kita tidak pernah tahu nikmatnya sehat tanpa pernah merasakan sakit. Dan kita tidak akan pernah tahu rasanya sukses tanpa pernah mengalami kegagalan. Kegagalan akan mengajarkan pada kita berbagai hal. Mengajarkan apa yang kurang dari diri, mengajarkan kesyukuran, mengajarkan pengalaman berharga, mengajarkan hebatnya mencoba. Karena kegagalan yang sebenarnya adalah jika kita tidak pernah mau mencoba. Lebih baik mencoba kemudian gagal, daripada tidak pernah gagal karena tidak pernah mencoba.
Kelima, kegagalan yang hakiki adalah orang yang tidak bisa beriman kepada Allah. Ya, kegagalan kita yang sebenarnya adalah ketika tidak percaya kepada Allah. Terhadap semua ketentuan yang telah digariskannya untuk hidup kita. Meyakini bahwa takdir terindah adalah selalu dari Allah. Tugas kita sebagai manusia hanya harus terus berusaha, kemudian tangan Allah yang akan bekerja untuk hidup kita.

Maka dari semua itu hendakalah kita bisa terus bersemangat dan kembali bangkit ketika mengalami kegagalan. Selalu yakin bahwa kegagalan merupakan titian indah menuju kesuksesan. (*)

 

Mila Athar. Hanya seorang gadis biasa yang mencoba mengumpulkan aksara yang terserak di semesta.

Grup FB KCLK
Halaman FB Kami
Pengurus dan kontributor
Mengirim/Menjadi penulis tetap di Loker Kata

Leave a Reply